BAGAIMANA MEMBACA, MENIKMATI DAN MENGKRITIK PUISI?

37 2 0
                                    

BAGAIMANA MEMBACA, MENIKMATI DAN MENGKRITIK PUISI?

Oleh Sandeep Parmar

Berikut adalah beberapa tips untuk pembaca puisi tegar, kritik, penyajak - semuanya adalah mentor The Ledbury Emerging Poetry Critics Scheme – tentang bagaimana membaca dan menulis puisi.

Pemuisi America Adreienne Rich mengatakan: "Puisi bagaikan mimpi mimpi, di dalamnya diletakkan apa yang tidak kamu tahu sebagai tahu". Mengabaikan kesedaran manusiawi, tanpa persoalan (sebab musabab) tetapi mengaitkan terbentang luasnya padang simbolik bahasa, tidak hanya pada si pengarang puisi. Pembaca, juga, melayari hal hal kabur tidak tahu itu. Pembaca, sama seperti penulis, merangka keputusan kreatif kabur ketika membaca, tentang hal personal atau tidak rasional, aktif bukan pasif, dan dengan bertindak demikian mereka masuk dalam ruang membangun dan tidak ditetapkan. Pembaca harus melakukan dengan rela, dalam ruang tidak selesa (liminal space) di mana sajak/puisi bangkit dan dituntut ulang baca, atau mungkin tidak difahami/ditafsir dengan cara yang sama setelah dibaca kali ke 2. Membaca bukanlah aksi semulajadi. Bagi sang kritik, membaca, tidak mampu dielak, menetapkan sejenis bentuk kerja dalam gerak membaca. Ini bukti bahawa semua pembaca, terutamanya sang kritik, mendengar arsip bahasa dan suara milik penulis dalam tiap asumsi bait 'Aku', patah kata atau bayangan imejan.

Jeremy Noel-Tod:

Ketika aku mencuba menerawang respon terhadap puisi, aku sering mencari satu perkataan, kata yang menonjol. Membaca puisi itu secara kuat, perlahan, beberapa kali, membantu untuk indentikasi perkataan perkataan. Adakah ia menganggu paten yang formal (ritma, ritma)? Adakah ia panjang berbanding perkataan biasa yang digunakan (contoh: 'Promises' dalam karya Robert Frost – Stopping by woods on a Snowy Evening)? Apakah ia kabur atau terbuka maknanya? (jika begitu, buka kamus yang bagus) Apa sahaja penemuan akan memberikan kamu klue/petanda pada soalan kenapa perkataan perkataan dalam puisi disusun di sekitarnya.

• Vidyan Ravinthiran:

1. Cari kata kata atau rujukan yang tidak difahami

2. Ingat bahawa puisi ditulis oleh manusia, dan seperti manusia ia mengandungi konflik tidak sengaja jiwa – saat tidak bersolusi atau hal tidak pasti. Begitu juga dengan kritik kamu...

3. Cuba elakkan klise atau kata kata mati (kata yang tiada fungsi). 'mudah dikaitkan" "usaha pada kata mudah untuk difahami (hard-won)" dan lain lain lagi.

• Sarah Howe:

Baca dengan pena di tangan – aku dapati ia lebih mudah sedemikian – mencatat impresi, kaitan, kata sukar kabur tidak difahami (quandaries) digariskan sebagai langkah asas. Kerana bual bicara (interaksi) kamu dengan puisi tersebut akan jadi lebih mendalam dengan pemahaman, kamu akan mula menggaris halaman yang menghubungkaitkan satu kata pada yang lain, mengesan hubungkait yang tidak digambarkan sebelumnya. Pena kamu akan mula mencari paten imaginasi atau bunyi, kesan struktur atau susunan puisi tersebut, secara muda ia adalah pemetaan puisi bacaan secara visual. Di ketika yang sama, ditemui bunyi dan ritma – bak irama musikal sesebuah bahasa puisi – tumpukan pada bahagian maknanya: Jangan takut untuk membaca puisi sacara lantang. Bagaimana garis pecahannya bertindak pada nafasmu? Apa yang kamu perasan pada gerak alunan (pacing) , dan bagaimana ia terkait dengan tona/emosi, pada waktu tertentu atau bila bila masa sahaja? Sang kritik terbaik akan percaya pada gerak hati, tetapi cubalah cari jalan untuk berlaku adil pada mereka dengan kesesuaian pilihan perkataan ketika menegur.

Ledbury Emerging Poetry Critics adalah acara perMENTORan yang bertujuan menggalak diverisiti budaya meriviu puisi, di asaskan oleh Pemenang award puisi Sandeep Parmar dan Sarah Howe dengan kerjasama Ledbury Poetry Festival, the UK's biggest poetry festival.

Untuk keterangan lebih sila layari www.poetry-festival.co.uk atau @ledburyfest

Artikel terjemahan ke Bahasa Malaysia oleh Regina Ibrahim nukilan:

Sandeep Parmar

Sandeep Parmar is senior lecturer in English Literature at the University of Liverpool where she co-directs Liverpool's Centre for New and International Writing

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Sandeep Parmar is senior lecturer in English Literature at the University of Liverpool where she co-directs Liverpool's Centre for New and International Writing. She holds a PhD from University College London and an MA in Creative Writing from the University of East Anglia. Her books include Reading Mina Loy's Autobiographies: Myth of the Modern, an edition of the Collected Poems of Hope Mirrlees (Carcanet, 2011), and two books of her own poetry published by Shearsman: The Marble Orchard and Eidolon, winner of the Ledbury Forte Prize for Best Second Collection. Most recently she edited the Selected Poems of Nancy Cunard (Carcanet, 2016). Her essays and reviews have appeared in the Guardian, The Los Angeles Review of Books, the Financial Times and the Times Literary Supplement. She is a BBC New Generation Thinker and regularly appears on Radio 3.

RUANG KATA KATAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt