Chapter 53

890 107 3
                                        

Dia Ada di Hati Ini
.
.
.
.
.

Ditempat yang begitu ramai,pria itu sesekali memegang tengkuknya. Dia merasa tidak nyaman. Pria itu tidak sendiri,melainkan bersama wanita berambut lurus sepanjang punggungnya. Wanita itu mengenakan dress pendek berwarna biru memadukan dengan kemeja yang dikenakan pria itu.

Wanita mengamit lengan pria itu,pria itu terus menolaknya. Pria itu berjalan mendahului wanita itu,membiarkan wanita itu berjalan sendiri.

"Joshua,Tungguin."ucap wanita dengan menghampiri pria itu.

Joshua berjalan,tidak peduli dengan wanita itu.

Joshua memberhentikan langkahnya,wanita itu kini sudah disampingnya. Mengamit kembali lengan Joshua.
Joshua menoleh kearah wanita itu,dia mendengus lalu menjauhkan tangan wanita itu.

Joshua menatap wanita itu,dia begitu dingin.
Membuat wanita itu terdiam. Joshua berjalan menghampiri pria yang mungkin seumuran dengannya.

"Veir."panggil Joshua.

Pria itu menengok ke arah Joshua.
Pria itu melebarkan matanya lalu menyerngitkan sedikit keningnya.

"Joshua."ucapnya.

Joshua tersenyum,"lo ngapain kesini?."tanya Joshua kepada Veir.

Veir melipatkan tangannya di dada,"urusan bisnis."jawabnya sok tenang. Padahal dirinya sedang patah hati.

"Mampir kerumah guelah."ucap Joshua.

"ngegame engga?."tanya Veir.

Joshua mengangguk pelan. Kedua pria itu berjalan menuju keluar mall.

"lo ke mall sama siapa,Jo?."

Joshua melirik sekitar.

"Sendiri."jawab Joshua.

Wanita itu yang melihat Joshua berjalan keluar mall,hanya mendengus kesal.
Bisa-bisanya pria itu membiarkan dirinya sendiri.

***

Pukul 06.30 dimana matahari sudah menyinari dunia. Luna yang masih tertidur dibanguni oleh Citra. Sesekali wanita itu mendengkur kencang. Citra yang kesal,berjalan menuju kamar mandi lalu mengambil air ke dalam gayung.

Citra berjalan memasuki kamar Luna,dia mencipratkan air itu pada wajah Luna.
Namun,nihil. Temannya malah ke senangan diciprat air. Citra menaruh gayung itu dimeja kemudian dia membisik.
"Lun,ada joshua tuh."

Sontak,temannya langsung membuka matanya.
"Beneran,Cit?."ucap Luna lalu menguap.

Citra mengangguk,kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Gue bohong deh."bisiknya kepada Luna. Membuat Luna mendengus kesal.

***

Joshua mengambil yogurt dari lemari dinginnya,kemudian menghampiri temannya yang tengah bermain PS4.
Joshua terduduk disebelah Veir,menyodorkan satu yogurt ke temannya. Veir menaruh stick PS kemudian membuka bungkus yogurt itu,pria itu menahan yogurt  dengan mulutnya seraya menyesap yogurt.

Joshua memperhatikan Veir,terlintas dia teringat dengan ucapan Veir dulu.
Dimana temannya akan menemui Maya ketika sudah dewasa.
Joshua menghela nafas.
"Lo udah temuin Maya?."

Jari Veir terhenti pada stick PS,mulut pria itu melepaskan bungkus yogurt.
Dia kembali menggerakan stick itu,tanpa menjawab pertanyaan Joshua.

"Jo,Lo engga kangen Luna?."tanya Veir balik.

Joshua tersenyum,"Lo pake nanya lagi."jelasnya.

Veir fokus dengan karakter yang dimainkannya. Dia mengangkat bibir atasnya.
"Maya udah nikah,Jo."

***

Pukul 17.00, Dimana awan gelap menyelimuti langit-langit. Luna terduduk dihalte,menunggu angkutan umum yang ingin ditumpanginya.
Sedari-tadi angkutan umum tidak ada yang melintas,Luna dengan cepat berjalan meninggalkan halte.
Sepanjang jalan suara petir berhasil membuatnya ketakutan,Luna menahannya. Dia harus cepat pulang.

Setitik air menetes,namun dirinya tak terkena air itu. Luna mendongakkan kepalanya,sebuah payung berwarna merah melindunginya dari air hujan.
Tangan itu tampak besar,Luna membalikkan badannya mendapati pria yang membantunya saat di minimarket.

"Terimakasih."ucap Luna.

"Sama-sama."jawab pria itu.

Mereka berjalan bersama.
Luna sesekali melirik pria itu,lantas dia membuka tasnya seraya mengeluarkan uang 200ribu. Dia memberikan uang itu kepada pria itu,pria itu menolak.

"Engga usah ganti."ucapnya seraya tersenyum.

Luna memasukkan uangnya kembali kedalam tas,pria ini sangat baik padanya. Mungkin,jika Luna tidak ingat dengan Joshua dia akan...

Ahh...Luna,Joshua itu akan sedih.

Luna memalingkan wajahnya kearah lain.

"Nama lo siapa?."tanya pria itu,namun pria itu fokus menatap jalan.

Luna sesekali melirik pria itu,apa ada yang salah jika seseorang hanya bertanya nama. Bodoh. Perasaannya makin tidak karuan.

Dia. Hanya. Bertanya. Nama. Saja.

"Nama gue Luna."

Pria itu tersenyum. "Gue Zavo Abraham. Panggil aja Zavo."ucap pria itu menengok kearahnya lalu mengarah kembali seperti semula.

Inget Joshua,Luna. Inget. Inget.
Jangan baper.

LDR  (Completed√)Where stories live. Discover now