Chapter 27

2.2K 201 2
                                        

Permintaan Maaf
.
.
.
.
.
.

Joshua tengah berdiri di depan gerbang sekolah, berniat menunggu Luna yang sepertinya belum datang ke sekolah. Tiga anak perempuan berdiri di hadapannya, melihat dari bet seragamnya tiga anak perempuan itu sepertinya siswi kelas XI. Joshua menautkan satu alisnya.

"Ada apa ya?." tanya Joshua bingung.

Salah satu anak perempuan itu memainkan rambutnya dengan jarinya, "boleh minta no hp?."

"Engga punya hp." jawab Joshua cepat seraya tersenyum kemudian melangkahkan kakinya, Saat dirinya mulai berjalan raut wajahnya kembali datar.
.
.
Joshua memasuki kelasnya, melihat Luna yang ternyata sudah berada di kelas mengurunkan niatnya untuk menjelaskan kesalah pahamnya, anak laki-laki itu berjalan menuju tempat duduknya di belakang.

Saat itu Joshua menyesal akan setiap perlakuannya kemarin.

***

"Ih, apa-apaan sih nih cewek." ucap Alena tengah melihat video.

Tetan yang juga menyaksikan ikut gemas, "pengen gue kasih kaca biar tau diri. Dasar cabe." seraya membedakki wajahnya yang mulai kusam.

Tya tersenyum karena dia adalah salah satu dayang-dayangnya Alena. Alena terkenal karena kedua orangtuanya yang sebagai donatur SMA Cendera.

Veir yang mengetahuinya merebut handphone dari tangan Alena.

"Eh, lo! Apa-apaan sih main ngambil barang orang aja." ucap Alena sewot.

Veir yang penasaran melihat video di handphone tersebut kemudian mengapus video itu dengan seenaknya.

"Ko di hapus sih?!." amuk Alena kepada Veir

Veir mengembalikkan handphone tersebut kepada Alena, "gue paling engga suka ngeliat orang yang berusaha ngehancurin hubungan orang." katanya
"Orang yang PHO itu terlihat seperti engga laku."

Kata-kata itu seolah panah berhasil menusuk  ketiga anak perempuan itu.
Veir tersenyum miring kemudian berlalu begitu saja.

Alena mengepal tangannya sekuat mungkin, "dasar sotong!." gerutunya.

"Sabar len." kata kedua temannya berusaha menenangkan Alena yang sudah emosi.
.
.
Veir mendudukki kursi yang berhadapan dengan temannya, Vicky tengah menikmati mie ayamnya.
"Abis kemana lo?." tanya Vicky.

Veir tengah mengaduk mienya, "biasa ke WC ada panggilan." jawabnya

Veir yang menyadari hanya berdua seperti makhluk homo, "Joshua mana?." tanyanya.

"Engga tau." Jawab Vicky cepat kemudian menikmati mienya lagi.

Veir menyantap mienya, secara perlahan dirinya khawatir dengan keadaan gadis itu.

Joshua yang melihat Citra berdiri di koridor berjalan menghampiri anak perempuan itu.
Citra yang melihat Joshua dengan mengetahui kalau anak laki-laki ini pasti akan menanyai Luna.

"Luna lagi di WC." kata Citra.

"Bisa ke belakang gedung sekolah, engga?." kata Joshua membuat Citra penuh tanya.

"Emang kenapa ya, Jo?." tanya Citra.

"Ada yang mau gue omongin." jawab Joshua yang di angguki oleh Citra.

Joshua berjalan terlebih dulu yang di buntuti oleh Citra.

Sesampainya di belakang gedung sekolah, Joshua menghela nafas berat.
"Sorry buat sebelumnya." kata Joshua duluan.

"Sorry buat apa?." tanya Citra bingung.

"Atas sikap gue. Gue tau pasti Luna udah cerita ke lo." kata Joshua

"Cerita apa?." tanya Citra tak mengerti ucapan Joshua.

Joshua mengacak rambutnya,
"gini sebenarnya gue sama Luna lagi berantem gara-gara Luna ke pengen temenan sama lo tapi gue larang—"

"Sebentar, kenapa lo larang Luna buat temenan sama gue?." tanya Citra cepat.

"Gue takut terulang lagi seperti waktu itu." jawab Joshua.

Citra mengerutkan keningnya kalimat Joshua itu sangat ambigu, "maksud lo terulang gimana?."

"Waktu SMP Luna pernah di perlakukan kasar sama temennya, lo tau sendiri sepolos apa anak itu. Makanya gue takut kalau dia menjadi trauma ketika kejadian terulang lagi." jelas Joshua.

Citra mengangguk paham, anak perempuan itu tersenyum, "gue janji, engga bakalan ngelakuin hal yang sama seperti temennya itu." kata Citra.

Joshua tersenyum lega, "untuk sebelumnya gue juga minta maaf, karena selalu negative thinking sama lo." ujarnya.

Citra megangguk senang.

***

Sepulang sekolah, Joshua, Veir dan Vicky pulang bareng. Seperti pada anak laki-laki biasanya yang mungkin akan mengobrol tentang game terbaru tahun ini.

Luna dan Citra pun pulang bareng. Citra yang teringat ucapan Joshua ketika istirahat tersenyum, betapa senangnya Luna jika mengetahui kalau Joshua adalah seorang yang begitu perhatian.

"Lun, lo lagi marahan ya sama Joshua?." tanya Citra membuat langkah kaki Luna terhenti.

Citra pun menghentikan langkah kakinya, raut wajah Luna berubah murung terlihat jelas oleh Citra.

"Ko diem sih?." ucap Citra menyadarkannya.

Luna tersadar dari lamunannya, "engga ko." jawabnya.

Benar kata Joshua. Luna itu terlalu polos, bahkan saking polosnya dia tidak bisa berbohong tentang perasaannya.  Citra tersenyum.

"Joshua itu orangnya perhatian ya, Lun. Beruntung deh lo pacaran sama dia. Seandainya aja dia kaya Joshua." gumam Citra terdengar jujur.

Luna yang mendengar ucapan Citra terkekeh.

LDR  (Completed√)Where stories live. Discover now