Satu Harapan Terkabul.
.
.
.
.Hari ketiga penerimaan peserta dididik baru.
Aku sudah bisa memakai seragam putih-biru. Seperti biasa Aku turun dari motor Ayah lalu mencium punggung tangan Ayah kemudian berjalan memasuki gerbang sekolah dengan tangan kanan yang memegang tali yang mengikat satu balon."Pagi, neng Luna." Sapa Pak Beta.
Aku menoleh ke arah Pak Beta yang terduduk di pos satpam,
"Pagi juga, pak." Sapaku balik kemudian mataku melirik kursi kayu yang masih disana dekat pos.
Aku jadi teringat dengan Anak laki-laki itu.Tentang anak laki-laki itu, Aku tidak bertemu dengannya saat Penyambutan hari ke dua itu pertemuan awal dan sepertinya akhir karena batang hidung Anak laki-laki itu tidak terlihat sama sekali. Apa dia pindah ke sekolah lain?.
Aku kembali menatap lurus berjalan mantap memasuki area sekolah semakin dalam. Di lapangan yang cukup terbilang besar semua siswa berbaris di lapangan, semua membawa balon yang di perintahkan oleh kakak senior.
"Dek."
Aku membalikkan badan, mendapati anak perempuan yang usianya lebih tua dariku. Aku memberikan balon itu kepadanya.
"Semoga senang sekolah disini, ya." katanya seraya tersenyum padaku lalu berlalu.
Seusai panjatkan doa, acara selanjutnya adalah pelepasan balon ke udara. Aku menjinjitkan kaki berniat melihat balon yang akan di terbangkan.
Saat balon itu sudah di terbangkan Aku berpikir akan kemana balon itu terbang?.
Maksudku, jika ribuan balon itu meledak akan sangat bahaya karena bisa membuat bangunan bergedung hancur. Menurut artikel yang ku baca pada saat itu.🔅🔅🔅
Empat jam sudah, acara penyambutan kini telah selesai. Esok akan belajar seperti biasa karena hari ini juga sudah memperkenalkan wali kelas, wali kelas VII-B bernama Pak Yosep Pecabi, baliau guru seni.
Aku berjalan melewati koridor,di sepanjang koridor beberapa siswa tengah berasik mengobrol, bercanda bersama temannya. Aku ingin mempunyai teman.
Ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Aku tidak bisa bersosialisasi dengan mereka karena aku merasa tidak memiliki hal yang sama pada mereka. Bukan. Alasannya karena Aku takut menjadi bahan bincangan mereka.Hidupku ini sungguh hampa. Karena aku tidak mempunyai satu teman pun di sekolah.
"Luna."
Terdengar panggilan suara seseorang, Aku mendengarnya namun tidak memberhentikan langkah ku.
"Luna."
Aku memberhentikan langkah kaki ku, dia benar-benar memanggilku.
Aku bisa merasakan dia berada di belakangku karena dari napasnya yang terngos-ngosan. Dia menepuk bahu ku dari belakang kemudian dia berdiri di sampingku."Hai, Luna." sapanya ramah.
Aku tersenyum padanya, "Hai."
Dia mengulurkan tangannya lalu aku menerima ulurannya. "Kenalin, nama gue Chessa Pitalika. Panggil aja Chessa." Katanya.
"oh, iya, Chessa." kataku sedikit kikuk.

YOU ARE READING
LDR (Completed√)
Romance1 March 2019 #1 in LDR Note : Cerita berantakan harap maklum. (Completed√) (Dilarang keras mencopy cerita!) Saling menyayangi, saling mempercayai dan saling menjaga hati adalah kunci kisah cinta yang sesungguhnya. Meskipun jarak memisahkan mereka...