Chapter 14

3.1K 218 0
                                        

a Hope
.
.
.
.
.
.

tak..tak..tak..

Suara ketikan terdengar kencang didalam kamar, Hirata tengah mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka melihat putranya sedang berhadapan dengan komputernya. Semakin melihat putra bungsunya, dia semakin merindukan putra sulungnya yang tidak ada kabar. Dimana Jason, putraku?.

Batinnya bertanya, pikirannya pun mengkhawatirkan putra sulungnya. Hirata ingin bertanya pada sang suami namun dirinya sangat takut, takut akan amarah suaminya yang selalu meledak jika dirinya bertanya tentang putra sulungnya. Hal itu membuatnya sangat sedih.

Dia begitu menyayangi suaminya bahkan menerima setiap perlakuan suaminya. Rudy sudah berbeda. Sifat lembut, tutur baik dan sopan hilang begitu saja.
Sekarang Rudy sangat berbeda. Dia sangat angkuh dan berlaku kasar pada dirinya.

Hirata merindukan suasana keluarga yang dulu dengan nampak bernuansa candaan, obrolan bahkan tertawa ria namun inilah kenyataannya sekarang semua hilang. Seisi rumah ini hanya ada percakapan dirinya dengan putra bungsunya. Selain itu rumah menjadi sunyi.

Hirata menutup pelan pintu kamar putranya, kemudian berlalu.

Suatu saat kebahagian akan datang,tunggu dan sabarlah.

Harapan kecil yang namun begitu berarti yaitu ketika suasana rumah penuh dengan tawa dan canda ria.

🔅🔅🔅

"Kamu engga ngasih tau yang sebenarnya?." Tanya seorang perempuan berambut coklat.

Pria yang duduk di hadapannya tersenyum simpul, "Suatu saat pria itu akan ketahuan." katanya singkat.

🔅🔅🔅

Luna mematap layar ponselnya,bibir tersenyum senang, matanya terus menatap foto seseorang.

"Itu siapa ka?." tanya Lily yang merupakan adik Luna.

Luna dengan cepat menaruh ponselnya di saku celananya, menatap adiknya jeli.

"Kakak udah pacar ya?." tanyanya lagi

"Apaan—" Luna berusaha membantah namun terpotong.

"Aku bilangin ayah ah." kata Lily kemudian berlalu dari kamar Luna.

Dengan cepat Luna bangkit dari tempat tidurnya kemudian mengejar adiknya yang sudah pergi entah kemana.

"Lily nanti kak Luna beliin es krim deh." teriaknya membujuk seraya berlari mencari adiknya.

🔅🔅🔅

Kringg..kring..

"Halo."

"Ini dengan pak Rudy."

"saya sendiri. Maaf, anda siapa ya?."

"Anda lupa dengan suara saya?
Sudah berapa lama kita tidak berbicara?."

Rudy mengingat suara tersebut, suara yang tidak asing di indera pendengarnya.

"Apa mau kamu?."

"Serahkan semua aset milik ibuku kemudian ceraikan ibuku."

"Kamu ini!." Amuk Rudy.

"Hmm, kenapa? bukannya anda sudah memiliki kekayaan yang lebih dari aset perusahaan Hunsan."

"Tutup mulutmu!."

"Wah, saya terdengar kejam ya. Maaf, kalau begitu. Saya hanya ingin memperingatkan kepada anda, bahwa yang saya lakukan masih belum sebanding dengan yang anda lakukan dulu."

"Dasar anak kurang aj—"

"Suatu saat saya sendiri yang akan merebut semua aset milik mamah dari anda."

Telepon itu di matikan,emosinya meluap.

Dasar anak sialan!.

LDR  (Completed√)Where stories live. Discover now