Bagian 68: When Women Stand Together

11.1K 639 148
                                        

Sebelumnya di Kenzie:

Meiza baru saja mengetahui kelakuan Kenzie yang berusaha mendekati Aleina kembali dan Meiza mengajak bertemu Aleina.

Di Chryssantine

Aleina duduk di ruangan belakang Chryssantine, agak menjauhkan diri dari keramaian. Ia masih butuh ketenangan atas kejadian kemarin. Ya, ia sudah memaafkan Kenzie baik untuk kejadian Bali ataupun kejadian kemarin. Kata sayang? Itu merupakan suatu kesalahan besar dari Kenzie.

Satu hal yang membuat Aleina merasa bersalah adalah pesan dari Meiza kemarin. Meiza sepertinya sudah tau. Aleina tidak ingin hubungan Kenzie dan Meiza harus berakhir.

Akhirnya yang ia tunggu-tunggu datang. Meiza masuk ke Chryssantine bersama Vonzell. Meiza mencari-cari Aleina dan akhirnya melihat Aleina di ujung ruangan. Meiza melangkah tanpa ekspresi. Hal tersebut tentu saja membuat Aleina menunduk gak enak.

Meiza akhirnya duduk di meja depan Aleina. Aleina masih menunduk ketika ia berbisik lirih, "Maaf, Mei."

Kalista yang ada di dekat Aleina langsung berbicara lantang. "Buat apa lo minta maaf? Lo gak salah. Lo udah jaga diri lo baik-baik. Cowoknya dia yang gak bisa kontrol diri. Jangan minta maaf kalau lo gak salah."

Vonzell menepuk punggung Kalista mencoba menenangkan Kalista yang tidak terima sahabatnya menunduk bersalah ketika ia yakin bahwa Aleina tidak bersalah, Kenzie lah yang terlalu terlarut perasaan.

"Na, lo masih sayang sama Kenzie?"

Aleina tidak bisa mengatakan apa yang ada di dalam hatinya. Ia hanya mengeluarkan tetes air mata, begitu pula dengan Meiza.

Meiza tiba tiba berdiri dan berpindah duduk ke samping Aleina. Ia memeluk Aleina. Kedua gadis itu sama-sama menangis dan saling berpelukan untuk menguatkan satu sama lain.

"Dia bilang sayang sama lo, Na?" tanya Meiza. Aleina hanya terisak tidak menjawab.

"Dia bukan orang jahat. Lo tau itu kan, Mei?"

Meiza mengangguk, "Iya. Gue tau."

"Mei, dia bukan orang jahat. Dia sayang sama lo. Dia cuman.. clueless, lost. Dia gak sadar dia udah merusak masa depannya. Masa depannya sama lo, Mei."

"Gue tau, Na. Gue ngerti. Kenzie sama sekali bukan orang jahat. Gue tau dia luar dalam. Hatinya jauh lebih halus bahkan dibanding kita. Gue tau. Gue tau dia adalah orang yang selalu berjuang buat gue, bahkan ketika dia pikir gue gak tau. Itu yang membuat gue makin sakit. Rasanya makin perih. Karena gue tau, orang yang mengkhianati gue adalah orang yang selalu memperjuangkan gue, orang yang selalu ada di hidup gue."

Hati Vonzell dan Kalista ikut teriris melihat pemandangan itu. Hati dua cewek hebat itu dihancurkan oleh seorang lelaki. Hanya saja kedua cewek itu sama sama tidak mau berteriak kata kasar, kata brengsek. Karena memang dia berbeda.

"Ini lebih sakit dari kejadian sebelumnya. Gue gak bisa terima kata sayang keluar dari mulut dia, untuk perempuan lain. Susah, Na. Gue gak tau gue harus apa."

"Tinggalin dia. Lo berdua berhak dapat yang lebih baik!" ujar Kalista tidak bisa menahan emosi. Saat itu rasanya ia ingin bejek-bejek Kenzie. Bisa-bisa nya Kenzie berbuat gila kayak gini.

Meiza sejujurnya tidak mau berpikir ke arah sana meskipun itu adalah hal terlogis yang bisa ia lakukan. Mulutnya memang mudah untuk mengancam Kenzie, tapi hatinya. Hatinya akan selalu menjadi milik Kenzie. Pahlawan hidupnya sejak 9 tahun yang lalu.

"Gue tau itu susah. Ada cowok yang cuman mau badan kita, cuman mau kesenangan, cuman nganggep dia mainan. Percaya Mei, Kenzie bukan salah satu dari lelaki kayak gitu. Dia pernah jahatin gue, dia pernah mainin gue, tapi gak pernah sekalipun ada di pikiran dia niat untuk nyakitin lo," potong Vonzell. "Namun itu gak membuat apa yang dia lakukan jadi benar. Yang dia lakuin tetap salah."

KenzieWhere stories live. Discover now