Bagian 61: Biarkan Hari Berselang Malam, Seribu Gelap Berganti Terang

12.2K 577 94
                                        

Sepanjang perjalanan pulang Carsten berpikir keras, apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki hubungan kedua orangtuanya. Pertama, ia harus melakukan porsi kerjanya. Berbincang dengan ayahnya. Namun akhir-akhir ini mereka sepertinya sangat berjarak. Carsten harus menemukan metode untuk berbicang dengan ayahnya.

Carsten memarkirkan mobil mewahnya di garasi dan melihat ke ujung garasi. Saat itu seperti ada bohlam menyala di otaknya. Ide tersebut tiba-tiba terlintas di pikiran Carsten.

Carsten menaiki tangga garasinya dengan terburu buru dan mencari keberadaan ayahnya. Iya menemukan ayahnya sedang duduk di ruang tamu, melihat foto pernikahannya dengan Stephanie. Waktu di mana semua terasa indah. Stuart menyadari Carsten sudah ada di ruangan tersebut.

"Carina called me," ujarnya pelan. Carina adalah anak pertama Stuart dan Stephanie yang telah menikah dan tinggal di luar negeri bersama suaminya.

"Dia bilang apa?"

"Dia setuju soal perceraian."

Carsten melempar sesuatu ke arah Stuart dan Stuart yang merupakan mantan bintang American Football sewaktu sekolah menangkapnya dengan cekatan. Stuart menyadari apa yang dilempar Carsten. Kunci motor Harley Davidson.

"Still up for a ride?" tanya carsten.

"Cars...What do you have in mind?" tanya Stuart penasaran.

"Father and Son time. Maybe in Sentul. Our vacation home. How?"

Stuart mengangguk, "Let me grab my jacket."

Tak lama kemudian sepasang ayah dan anak itu menuruni tangga. Sepasang ayah dan anak yang sama-sama tampan. Mereka mengenakan kemeja dan dibalut jaket kulit ala biker. Stuart dan Carsten menaiki motor gede mereka. Sudah hampir 1 tahun sejak terakhir mereka riding bareng. Pasangan ayah-anak heartbreaker yang siap mematahkan hati wanita manapun itu meluncur bersama.

"Son, you're still never gonna ever beat me. In riding or even in seducing a chick. C'mon be more professional!" ujar Stuart sombong ketika mereka sampai. Sepanjang perjalanan memang Carsten tidak bisa mengimbangi kecepatan dan manuver Stuart.

Mereka berhenti di sebuah warung kopi sederhana di daerah sentul. "Wanna a cup of coffee?" tanya Carsten.

"Sure!"

Mereka duduk bersama dan memesan masing-masing sebuah kopi panas. Mbak-mbak penjaga warung kopi tersebut keheranan, kenapa bisa ada dua bule ganteng dan berbadan kekar makan di sana.

Carsten dan Stuart memang terlihat seperti pria sempurna. Wajah tegas, dada bidang, tangan berotot. Mereka merupakan simbol dari kekuatan, kejantanan, dan kehebatan kaum pria. Semua yang orang inginkan, mereka memilikinya. They have all the toys. Cars, bike, house, and yes... women.

"May I ask you something?" tanya Stuart

"Anything."

"What do you think of me?" ujar Stuart dengan agak tegang. Kejadian akhir akhir ini membuatnya banyak berpikir.

"You are my hero. You are one hell of bad ass father. I want to be... just like you, Dad."

"That's  what I fear the most. You've becoming like me, A Jerk."

Carsten tertawa. "I'm your son. Your DNA running through my veins!"

*kelanjutan dialog dalam Bahasa, meskipun Stuart lebih seringgunakan Bahasa Inggris

"Dad tau apa yang Cara dan kamu lakuin ke simpenan, Dad.  Cara gila. Dia marah marah di depan umum. Yang kamu lakuin... jauh lebih gila, Cars. Dia itu perempuan, bukan binatang."

KenzieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang