Short Story: Kenzie and the Power of Jessica and Jasmine

11.4K 449 16
                                        

Rangkaian short story sambil nungguin season 3

Beberapa Tahun Lalu, Saat Mereka kelas XI SMA

"Hufttt!" keluh Kenzie sambil memainkan handphone nya di kelas.

"Muka bete amat!" Meiza berkomentar sambil mengerjakan soal soal latihan di buku Kimia yang diperintahkan oleh Bu Guru. Kenzie tidak menjawab, ia pindah duduk ke depan meja Meiza dan menatap Meiza yang masih mengerjakan soal tersebut. Meiza berusaha fokus, namun tatapan Kenzie membuatnya gak fokus.

"Ngapain sih?"

"Mei, lo tau kan? Bu Riri kalau ngasih tugas, dia juga bakal lupa. Gak akan di cek. Gak ada yang ngerjain, lo ngapain ngerjain tuh tugas? Mending temenin gue ngobrol! GABUT! Valdo cabut nih," Kenzie menutup buku kimia yang sedang dikerjakan oleh Meiza.

"Belajar tuh bukan buat diliat guru. Gue emang pengen ngerti ilmunya. Apa jadinya Indonesia kalau semua orang nilai oriented tapi gak peduli sama ilmu?" ceramah Meiza. Kenzie tidak menanggapi dan kepalanya menengok ke arah jendela kelas.

Meiza menyadari Kenzie tidak mendengarkannya dan langsung memukul lengan kurus sahabatnya tersebut. "Ngeliatin apa sih?"

Kenzie tersenyum tengil. "Lo tau Jessica ga? Anak IPS yang ketua Saman? Gue liat liat akhir akhir ini dia makin cantik deh," komentar Kenzie.

"Eh inget. Lo baru berapa hari putus sama Naomi*. Emang cowok brengsek!"

*) lihat chapter 31: The Tale of Two Brothers

"Bukan gitu, Mei. Gue cuman belum nemu aja cewek yang bener bener bisa ngertiin gue. Yang ada terus buat gue," ujar Kenzie berasalasan, meskipun sebagian dari perkataan tersebut adalah benar. Kenzie mencari cewek yang benar benar bisa melihat sisi lain dirinya.

"Gue kan selalu ada di sini, Zie. Gue selalu dengerin dan ngertiin lo? Se-gak bisa lihat itu kah?" batin Meiza dalam hati. Meiza sudah terbiasa dengan pikiran pikiran menyakitkan itu.

"Belom dapet, Mei."

"Makanya cari cewek juga yang serius, lo gali dulu kepribadiannya. Jangan liat cakep nya doang!" saran Meiza.

"Sanssss. Tapi ya udahlah ya. Yang penting ada temen chat aja. Soal dengerin masalah gue kan ada elo Mei. Sahabat terbaik gue, yang paling setia!" gombal Kenzie sambil mencubit lengan Meiza. Jantung Meiza terasa berdegup kencang, namun ia kembali menunduk lesu. "sahabat.. Ingat ya, Mei. Cuman sahabat!"

"Anyway, Dava nanyain lo tuh!"

"Dava anak basket?"

"He-eh!" Kenzie mengangguk.

"Terus?"

"Gue bilang aja lo udah ada yang deketin!" jawab Kenzie asal.

"HAH? KOK GITU!"

"Pasti lo tolak juga. Lo kan aneh, semua cowok ditolak. Mau nya ama siapa sih? Cari yang kayak apa?" kata Kenzie.

"Kayak lo, Zie." kata Meiza dalam hati, namun Meiza tidak akan pernah berani mengatakan itu secara kencang.

"Satu lagi, dia itu brengsek kayaknya?"

"Ihh tau darimana. Yang brengsek itu ELU!" Meiza menempeleng Kenzie.

"Feeling aja. Gue takut entar dia malah nyakitin lo doang. Gue gak bakal setuju lo sama Dava. Gue gak mau lo sakit hati gara-gara cowok kayak gitu!"

Meiza tersenyuh, meskipun dia tau Dava tidak punya track record sejelek itu. Entah apa dasar Kenzie mengatakan hal itu.

Kenzie sendiri menyadarinya. Dava bukanlah cowok binatang seperti dirinya. Tapi ada something yang membuat Kenzie tak nyaman Dava mendekati Meiza. Kenzie menginterpretasikan itu sebagai feeling bahwa Dava hanya berniat memainkan Meiza, padahal Dava tidak ada niat ke arah situ. Beberapa tahun kemudian Kenzie baru menyadari bahwa ia tidak mau membagi Meiza dengan pria lain. Tidak dengan siapapun, karena Meiza akan selalu menjadi miliknya. Saat itu Kenzie hanya belum bisa melihat itu.

KenzieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang