"Gue suka banget Bandung dari dulu", Vonzell bercerita.
"Iya, emang kenapa?" jawab Kenzie sambil memacu mobilnya keluar dari gerbang tol Pasteur. Pintu masuk Bandung.
"Gara-gara waktu kecil gue nonton Petualangan Sherina. Di Bandung kan itu. Aduh gak banget ya" cerita Vonzell.
"Haha dasar kayak anak kecil. Pokoknya ini tempat gak kalah bagus deh. Pasti lo suka" Kenzie mengemudikan mobilnya ke daerah Dago. Kenzie menyanyi nyanyi mengikuti lagu yang di setel di radio. Suara Kenzie bagus, pikir Vonzell dalam hati.
Ketika Kenzie membelokan mobilnya ke jalan tempat kafe tersebut. Kenzie berteriak kesal, "Sh*t tutup lagi". Ternyata tempat yang Kenzie rekomendasikan sedang di renovasi. Kenzie terlihat sangat kesal. Vonzell tidak tau harus berkata apa. "Yaudah Zie, Gakpapa cari tempat lain aja yaaa" Vonzell berusaha meredakan kekesalan Kenzie. Tiba-tiba Kenzie tersenyum "Iya zel. Nothing will screw up our trip" Kenzie tersenyum sambil kembali melajukan mobilnya.
"Mau kemana?" tanya Vonzell.
"Liat aja ntar. Kan Spontan" Kenzie tersenyum nakal, "Takut gue culik ga?" canda Kenzie.
"Ihh apaan dah Zie"
"Kalau tiba tiba gue ini penculik lo panik ga?" gombal Kenzie.
"Gak. Gue baru muaythai kemarin. Lo gue jab strike" Vonzell menirukan gerakan yang ia pelajari dari instruktur muay thai nya.
"Kok lo betah banget muay thai sih? Ngecengin instrukturnya ya. Ayooo"
"Instrukturnya cowok masih muda gitu. Agak-agak bule sipit. Lebih muda tapi dari gue. Yakali sama brondong" canda Vonzell.
Kenzie melajukan mobilnya ke arah setiabudi. Menuju jalur yang cukup menanjak. Kenzie kembali mematikan mesin mobil. Mereka menikmati udara dingin bandung dan pemandangan yang indah. Kenzie menyetir melewati beberapa kedai di pinggir jalan. Sampai Kenzie akhirnya berhenti di depan suatu kedai. Kedai tersebut berada di sebelah sebuah restoran besar. Kenzie melihat sekilas dari jendela kedai tersebut terlihat pemandangan kota bandung dari atas. Pemandangan yang cukup romantis. "Kita makan sini yuk" ajak Kenzie. Vonzell mengikuti saja keinginan Kenzie.
Kenzie berusaha memarkirkan mobilnya di suatu spot yang cukup kecil. Tiba tiba tangan kiri Kenzie menggapai bagian belakang jok Vonzell. Kenzie berusaha memarkirkan mobilnya hanya dengan tangan kananya. "Oh ini toh yang dibilang orang orang parkir ganteng" pikir Vonzell dalam hati. Tanpa halangan Kenzie memarkirkan mobilnya dengan lancar. "Siap Vonzell. Kita sudah sampai akhirnya"
Kenzie mengenakan sweater biru tua nya dan turun dari mobil. Sementara itu Vonzell membetulkan dandanannya. Ketika Vonzell selesai berdandan tiba tiba pintu mobil terbuka. Kenzie membukakan pintu untuk Vonzell. "Silahkan Princess" canda Kenzie. Kenzie benar benar tau cara memperlakukan wanita, pikir Vonzell. Kenzie membantu Vonzell berjalan di daerah yang berbatu. "Itu sepatu tinggi amat neng". Vonzell hampir kehilangan keseimbangan di jalan berbatu tapi Kenzie menahan badannya. Satu lagi momen dimana Kenzie bisa membuat jantung Vonzell berdegup kencang. Mereka memasuki kedai kecil tersebut. Ternyata kedai itu dijaga oleh seorang ibu tua.
"Misi bu" Kenzie masuk. Ia agak menunduk ketika melewati ibu tua tersebut. Vonzell terdiam. Meskipun keturunan keluarga Rezkytama, tapi Kenzie sangat sopan bahkan terhadap sebuah pelayan toko.
"Misi den, neng. Ini menu nya. Mau makanan apa?" tanya nenek tersebut. Kenzie dan Vonzell memilih milih makanan. "Aku nasi gorengnya 1 porsi ya bu. Minumnya milo anget" pesan Kenzie. "Aku samain aja bu" tambah Vonzell.
Ibu itu segera memasak pesanan Kenzie dan Vonzell. "Gue kalau liat ibu ibu kerja gitu suka inget Oma gue deh. Kasihan sebenernya. Tapi gue salut, mereka masih mau kerja" cerita Kenzie.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kenzie
Teen Fiction"Gue brengsek, dia juga brengsek. Tapi Yeezy gue asli, Yeezy dia KW. Mending lo sama gue aja, Mei!" Sangat sulit mencari kalimat yang dapat menggambarkan seorang Kenzie Rezkytama, anak bungsu dari seorang Millionaire Jakarta. Pria tampan dengan be...