Epilog

9.4K 1K 1.2K
                                        

"Ngapain stop di indomaret, Bin?"tanyaku yang bingung karena laki-laki yang memboncengku dengan motor vario biru ini tiba-tiba saja memberhentikan motornya di lapangan parkir minimarket itu.

"Aku mau beli buku gambar, pengen gambar"jawabnya sembari mengeluarkan standar motor lalu menumpukan motornya di situ.

Aku otomatis turun walaupun masih dipenuhi dengan pikiran bingung. Soobin masuk duluan, seolah yakin dengan apa yang ingin ia lakukan itu. Aku membuntutinya. Sedikit mempercepat langkahku karena aku berada cukup jauh di belakang.

"Emang ada?"

"Semoga aja ada"

"Tapi setau aku gaad-"

"Nah itu dia!"serunya menunjuk salah satu rak. Ternyata pandangannya berhasil menangkap keberadaan benda yang dicari.

Baiklah. Aku diam saja. Itu urusannya.

Sembari menunggu Soobin membayar benda tersebut aku menggumam sembari mengetuk-ngetukkan sebelah ujung kakiku membentuk irama. Tanganku aku lipat di dada. Netraku tak berhenti mengedar ke seluruh penjuru ruangan.

"Kamu pengen jajan? Jajan aja. Mumpung masih di sini"katanya yang tiba-tiba saja sudah ada di depanku.

"Ngga ah, ga mood makan"jawabku lalu melangkah keluar dengan sedikit menghentak-hentak seperti anak kecil. Ia mengikutiku.

Kami berdua tidak melanjutkan perjalan kami dengan motor karena langit sudah berkata jika ia tengah mendung dan memilih untuk duduk pada kursi yang tersedia di depan indomaret. Soobin mengeluarkan buku gambarnya. Dan oh lihat, dia juga membeli spidol 12 warna.

"Soobin plis deh, random banget"

Ia tersenyum saja memamerkan deretan giginya yang membuat wajahnya semakin terlihat manis despite being so pale. Salah satu alasan mengapa hingga detik ini aku masih mengaguminya.

Aku bertopang dagu memperhatikannya yang mulai menggoreskan tinta bewarna itu pada buku putih yang tergeletak di meja. Sesekali juga aku memperhatikan wajah seriusnya. Lucu. Ia menggigit bibir bawahnya.

"Mau gambar apa?"

"Dua orang cewe cowo duduk di taman"

"Kenapa gambar itu?"

"Bersejarah. Aku yakin kamu ga bakal lupa. Kalo lupa, liat ini aja"

Aku diam saja dan terus memperhatikannya kemudian. Bersamaan dengan itu rintik-rintik hujan mulai berjatuhan, yang lama kelamaan menjadi hujan lebat. Dan aku mulai merasakan dingin merasuki tubuhku, menyelimutiku hingga ke tulang.

Aku memeluk tubuhku untuk mendapatkan kehangatan setidaknya sedikit.

"Selesai.."ujarnya lalu menutup spidol itu sebagai akhir dari pekerjaan. Lalu ia menoticeku yang sekarang sedang menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. "Eh, dingin ya? Aduh sorry ya aku keasikan.."

Soobin kemudian melepaskan jaket yang ia kenakan untuk ia pakaikan pada tubuhku. Sekarang dingin yang aku rasakan sedikit berkurang lagi.

"Kamu ga dingin?"tanyaku.

"Ga, kamu ga tau aja aku kalo tidur dalem freezer kulkas"jawabnya.

"Hhh lucu"

Ia tertawa kecil melihat reaksiku terhadap guyonannya. "Aku beliin cappucino panas sama popmie ya, biar anget.. Tunggu sini, atau mau ikut ke dalem?"

"Ikut.."kataku lalu dengan langkah cepat memposisikan diri berdiri di sebelahnya. Ia otomatis merangkulku, mendekap tubuh kecilku pada pelukannya seperti akan hilang jika aku dilepaskannya.

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Where stories live. Discover now