46. Long Lost

6.2K 974 629
                                        

What will tomorrow be like?

a: From now on, i'll do nothing. So i dont hurt you more.

──── “ 💭 „

Untuk yang ke sekian kali, aku terbangun pukul dua pagi karena ponselku berbunyi tanda sebuah panggilan masuk. Aku hampir saja marah kalau saja tidak membaca nama Papa mertuaku tersayang pada layarnya.

Ada apa dia memanggilku dini hari begini? Walau malas, aku tetap langsung mengangkatnya.

"Halo om?"

"Jihan.."

Suaranya tidak terdengar seperti suara laki-laki paruh baya, melainkan suara Soobin.

"Aku ga bisa tidur."

Lagi. Dan ternyata itu memang benar dia.

"Loh? Kenapa? Masih mual?"

"Iya. Gaenak ya hamil 3 bulan.."

Aku terkekeh kecil di sela kantukku itu. Sempat-sempatnya dia berbodoh ria dalam keadaan begitu.

"Muntah lagi ga?"

"Iya, sekitar setengah jam yang lalu."

Benar sekali, aku pulang sedikit larut kemarin karena Soobin demam. Dia merasa mual lalu muntah pada pukul dua siang kemarin. Tidak lama kemudian suhu tubuhnya naik. Itu karena obat yang dia minum tidak bereaksi akibat meminum susu yang aku bawakan kemarin.

Alhasil, dia diceramahi tante Jieun yang memeriksanya karena seorang suster tidak sengaja menemukan kotak susu yang Soobin jatuhkan ke lantai.

Ini.. sudah kedua kalinya aku mencelakai Soobin. Aku juga tidak tahu. Niatnya aku hanya ingin sedikit membuatnya senang. Tidak menyangka efeknya akan begitu. Uh, rentan sekali dia.

Aku tidak membuatnya menjadi better, malah membuatnya menjadi bengbeng. Ya. Aku tahu aku jayus.

Tapi, sepertinya ingatan dia sedang dalam kondisi baik karena mengingatku?

"Jadi kebangun gara-gara mual?"

"Engga, dari kamu pulang aku gabisa tidur sama sekali.."

Persis seperti waktu itu. Karena ini salahku, aku harus menemaninya.

"Yaudah aku temenin ngobrol."

Kami mengobrol panjang malam itu selama kurang lebih satu jam hingga ponselku panas. Sesekali ia akan terdiam tiba-tiba karena papanya yang bergerak di sofa, katanya. Karena kalau ayahnya itu bangun, dia pasti akan menyuruh Soobin untuk mematikan sambungan telepon ini.

Kami membicarakan apa saja yang seru sembari mengenang masa semester ganjil kemarin. Walaupun kebanyakan dia tidak mengingatnya. Jadi, sepertinya perkiraanku sebelumnya itu salah. Apa sih yang kamu harapkan, Jihan..

Tapi dia mengingat saat kami nge-date di waktu dia kabur, dan saat kami dikejar anjing.

Aku pasrah, hingga tidak sadar menghela nafas.

"Kamu kenapa? Capek?"

"Ng? Engga.."

Ada hening sebentar sebelum ia berkata:

"Aduh udah jam setengah 3 ya.. Kamu masih ujian kan hari ini? Maaf ya ngebangunin.."

"Ga kok sayang, gapapa."

"Yaudah sekarang tidur gih.."

"Kamunya?"

"Gampang itu mah."

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Where stories live. Discover now