What will tomorrow be like?
a: Dont give up
゚*☆*゚ ゜゚*☆*゚ ゜゚*☆*゚ ゜゚*☆*゚
Aku tidak tahu sejak kapan aku tertidur. Tapi, saat aku terbangun, aku mendapati Minju yang menidurkan kepalanya pada pundakku dan Soobin yang menyandarkan kepalanya pada pahaku. Aku sudah seperti ibu dua anak saja.
Aku terbangun karena anak-anak yang duduk di belakang itu berisik sekali, bernyanyi riang sembari bermain gitar. Daehwi dan Beomgyu bahkan sudah bergabung di sana untuk bernyanyi.
Baguslah. Aku turut senang. Kalau begitu, Beomgyu tidak lagi seperti orang yang memiliki dendam kesumat berkepanjangan lagi.
Aku menatap ke luar jendela dan tidak mengenali tempat yang sedang kami lewati. Seperti sudah memasuki area perkebunan yang asri dan sejuk. Di sini dingin sekali hingga membuat kaca bus menjadi berembun. Aku mendekap tubuhku supaya dingin yang aku rasakan ini setidaknya berkurang.
"Jaket kelas ini agak ga guna, anj."
Bahkan Soobin pun memeluk tubuhnya dan menyamankan posisi kepalanya pada pahaku. Aku jadi kasihan. Tapi, kalau aku disuruh bertukar tempat dengannya, tentu saja aku tidak mau!
Detik demi detik berlalu, aku merasakan tubuhku semakin berat. Aku terpaksa mengusir kepala Minju dari pundakku.
Beberapa menit kemudian, kami akhirnya sampai pada tempat tujuan. Semua yang tertidur telah terbangun. Satu per satu dari kami mulai keluar dari bus, disertai dengan Yeonjun yang melakukan peregangan sembarangan.
"YA ALLAH, SENTIL DIA KE PLUTO PLEASE."
"Hei, denger."seru bu Sooyoung saat kami sudah berkumpul dengan wajah kumal. Padahal sudah susah payah berdandan dari rumah. "Kalian jangan mencar, ya. Ikutin aja kemana guider-nya jalan nanti. Understand?"
"Oh, yes."
"Nggeh nggeh."
Selang sepersekian detik dari situ, guider yang wali kelasku maksud akhirnya datang. Melakukan percakapan sebentar dengan bu Sooyoung sebelum akhirnya kami dipersilahkan masuk ke dalam.
Hari sudah menunjukkan pukul tujuh. Tapi udara sama sekali tidak menampakkan kehangatannya. Aku tidak henti-hentinya mendekap tubuhku sampai aku rasa tulangku remuk. Tiba-tiba saja seseorang menyampirkan sesuatu yang aku yakini jaket pada bahuku. Dia ternyata Soobin.
Aku sontak melepaskannya dan mengembalikannya secara paksa.
"Pakek. Kita lagi bukan di negeri dongeng mau pinjem-pinjeman jaket. Liat bibir kamu biru gitu."
Aku dan Soobin memang berjalan di belakang sekali pada rombongan. Tidak mendengar apa pun yang dijelaskan guider-nya. Masa bodoh.
Soobin terkekeh kemudian kembali memakai jaketnya. "Iya, mama."
"Ndasmu!"
"Kamu sering-sering dong marahin aku gitu, biar kangennya aku sama mamaku terobati."
"Sana jadi anak nakal, biar aku marahin terus."
"Iya abis ini aku nakal."
Selama kami mendengarkan guider itu berceramah tentang proses pembuatan teh botol itu, aku jadi ketularan Yeonjun yang tidak hentinya menguap.
Tapi, aku juga sedikit terkesima dengan mesin-mesin yang ada di sini. Atau akunya saja yang norak karena tidak pernah melihat pabrik?
Setelah mungkin sekitar setengah jam kami berkeliling, kaki ini juga sudah terasa pegal, akhirnya perjalanan yang tidak ada manfaatnya bagiku ini selesai. Kami keluar melalui pintu belakang pabrik. Dan..

YOU ARE READING
Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]
Fanfiction[sudah dibukukan][tersedia ready stock] "Akankah hari esok itu ada untuk kita?" *Narasi Baku *Dialog Non Baku *AU *Lokal settings *Semi lokal name *Harsh Words *Gausah serius amat