What will tomorrow be like?
a: Feels like i'm always waiting. I need you to come, get me.
ᵕ̈ ↷
Siang itu, Soobin terbangun. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk pada korneanya.
Tv di depannya menyala. Pula terdengar suara bip berjangka yang teratur dari sebelah kirinya.
Ia tidak begitu ingat apa yang terjadi padanya. Sekelebat ingatan yang terlintas samar-samar pada memorinya adalah potongan gambar dirinya yang mengendarai motor dengan suara tertawa perempuan di belakangnya.
Cewek itu...siapa ya..
Soobin sudah dipindahkan ke ruang rawatnya tadi pagi. Namun masih dengan elektrokardiografi dan masker oksigen yang menempel pada tubuhnya.
Lalu tiba-tiba saja ia didatangi oleh laki-laki paruh baya yang wajahnya menyerupai dirinya. Menatapnya penuh sayang dan bahagia karena akhirnya anak bungsunya telah bangun dari tidur yang mengerikan.
Meski tidak terlihat secara kasat mata pada raut wajahnya, namun dari tatapan netranya yang tulus seolah berkata benar begitu adanya.
Soobin melirik laki-laki itu. Benaknya menerka-nerka karena ia tidak ingat siapa dia. Namun rasanya sungguh familiar dan.. ia merasa terikat kuat dengannya.
"Butuh sesuatu?"tanya Joohyuk.
Soobin hanya menjawabnya dengan gelengan lemah. Karena sejujurnya dia juga tidak tahu apa yang dia butuhkan.
"Bentar ya, Papa panggilin dokter." Segera setelahnya laki-laki itu menekan salah satu tombol yang berjejer pada dinding di atas kepala Soobin.
Ohh dia papa aku..
Satu menit kemudian, datang seorang suster dan wanita paruh baya yang kira-kira berusia sama dengan ayahnya, membawa sebuah catatan berpapan dan pena di kantung jas putihnya. Wanita itu terlihat sedikit lusuh dengan rambut yang ia ikat asal dan wajah yang terlihat lelah.
Orang yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya apakah wanita itu sudah mandi atau belum.
"Haloo, gimana kabarnya?"tanya wanita itu begitu sampai tepat di sebelah ranjang pasien.
Joohyuk sontak memundurkan tubuhnya selangkah untuk memberi sedikit ruang pada dokter itu.
Bora tahu Soobin tidak akan menjawab. Yang menjadi alasan ia langsung menyumpal telinganya dengan stetoskop, lalu memeriksai tubuh Soobin. Selesai, ia kalungkan lagi di lehernya.
"Udah boleh dilepas semua. Lepasin sus."ujarnya, untuk kemudian menuliskan sesuatu pada catatannya. Sedang suster yang diperintah melepaskan semua alat dari tubuh Soobin dan membereskannya.
Kemudian Bora menyentuh dada kiri anak itu.
"Di sini sakit?"tanyanya.
Soobin mengangguk, meski dengan respon yang lambat.
"Pusing?"
Soobin kembali mengangguk.
"Oke. Kamu masih butuh banyak istirahat ya.. Habis ini harus makan dan harus diabisin."
Meski dia tidak paham dengan situasi ini, Soobin mengangguk kecil.
"Tes dulu." Bora menarik lengan atas Joohyuk untuk membuatnya maju. "Kamu inget ga dia siapa?"
"Papa."
Joohyuk terkekeh. "Itu mungkin karna tadi saya udah nyebut diri saya Papa. Itulah makanya dia tau. Mungkin sebelumnya dia ga inget."

YOU ARE READING
Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]
Fanfiction[sudah dibukukan][tersedia ready stock] "Akankah hari esok itu ada untuk kita?" *Narasi Baku *Dialog Non Baku *AU *Lokal settings *Semi lokal name *Harsh Words *Gausah serius amat