34. The Warmness They Have

6K 857 126
                                        

What will tomorrow be like?

a: I wanna stop the time so that i'm not getting weaker.

˚₊· ͟͟͞͞➳❥𝓣𝓸𝓶𝓸𝓻𝓻𝓸𝔀⋆* 🍭 ⁺⑅

Malam ini dingin sekali karena hujan lebat yang disertai petir yang berdansa di langit. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali aku terbangun dan berjengit kaget.

Di dalam selimutku yang tidak terlalu tebal ini, aku melingkar seperti kucing. Dan aku juga sudah beberapa kali membesarkan suhu ac kamarku hingga akhirnya aku matikan karena malam ini dingin sekali. Sumpah, aku tidak bohong.

Aku lirik jam dindingku dan mendapati jarum pendeknya berada di angka dua. Pasti aku akan mengantuk pada pelajaran kimia nanti. Oh, jangan pernah lupa kalau hari ini juga upacara. Uh, malas sekali.

"Hmmmmmm dua hari."

Netraku beralih pada jam kecil pemberian Soobin yang aku pajang di nakas. Jarumnya sama sekali tidak berjalan, tertancap pada pukul 1:55 walaupun batrainya sudah aku coba ganti setiap hari. Aku akan membeli batrainya sekali lagi hari ini. Kalau masih tidak jalan, aku akan menyerah.

Sedangkan bonekanya aku tempatkan di kasurku untuk menemaniku tidur agar aku tidak merasa kesepian lagi pada tempat tidur untuk dua orang ini. Coklatnya? Setengahnya diambil oleh kak Jimin untuk ia makan bersama teman-temannya yang kemarin ke rumah lagi. Heuh, dia memang tidak pernah tidak mengambil makananku.

Mendengar hujan yang sudah sedikit reda serta petir yang juga berkurang, aku memutuskan untuk kembali mencoba untuk tidur.

Dan benar saja. Dalam sekejap, aku sudah hendak kembali terbawa ke alam bawah sadar. Tapi, kemudian, tidurku harus kembali terganggu karena nada dering ponselku tiba-tiba berbunyi. Kesadaranku sontak kembali lagi ke permukaan.

Aku berdecak frustasi. "Siapa siiih tengah malem gini! Kurker banget.."

Walaupun mengomel aku tetap mengambil ponselku dan melihat kontak dengan nama Soobin memanggilku. Aku mengernyit bingung. Pesanku sejak maghrib tidak dibalas lalu dia menelepon pada pukul dua pagi??? Saat aku sudah mengetahui semuanya pun, hidupnya masih sulit untuk aku tebak. Namun, aku tetap mengangkatnya.

"Halo? Kenapa, Bin?"

"Jihan.. Temenin aku."

Aku semakin mengerutkan alisku. "Maksudnya? Temenin apa?"

"Aku ga bisa tidur. Temenin, yah."

Astaga. Tidak kah ia tahu aku sangat mengantuk? Permintaan ini cukup berat untukku sejujurnya. "Bin, aku ngantuk tapi.." Heuh, memang susah ya jadi orang baik.

"Aku engga."

Rasanya aku ingin pura-pura tidur. Tapi aku kasihan mendengar nada bicaranya yang memelas itu. "Kamu ga bisa tidur kenapa? Ujan? Petir?"

"Di sini ga ujan."

"Trus kenapa?"

"Ga tau. Tiba-tiba inget kamu."

Astaga. Apa harus sampai menelepon? Aku ingin menangis.

Karena aku tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan dan ia juga sepertinya tidak memiliki topik pembicaraan, suasana sontak menghening. Membuang-buang kuota internetku saja. Ya, benar. Wifi rumahku sudah dimatikan oleh Mama karena sebentar lagi masa ujian akan datang.

Suasana seperti ini mendorongku untuk tertidur kembali. Tapi akhirnya dia angkat bicara.

"Kamu kalo bisa, ke sini."

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Where stories live. Discover now