19. Why is He

6.3K 942 126
                                        

What will tomorrow be like?

a: Still the same

˚  ·

"HABEDE SOOBEANNNN! Noh! Makan tuh galah biar tambah tinggi!"seru Nancy, melempar potongan pohon bambu yang aku yakini ia curi dari pohonnya di halaman depan, ke meja Soobin.

Soobin terkekeh. "Anjay!" Kemudian kembali melemparnya pada gadis yang tengah mengulum permen itu. Nancy dengan santainya menghindar lalu berjalan ke meja ujian Heejin.

"Habede, Soobin!!!"

"Makasih Nako.."

"Habede, Soobin. Semoga gua tetep ranking satu. Aamiin."

"Bangsat wkwkwk.."

Aku tersenyum di tempatku melihat Soobin yang dihujani dengan kalimat-kalimat selamat. Itu membuatnya tertawa terus menerus. Sedang bahagia, ya? Seperti tidak ada salah apa-apa pada yang di sini.

Tidak. Aku tidak marah perihal dia meninggalkanku makan seorang diri dua hari yang lalu. Aku sudah lelah marah. Aku bertaruh ia juga muak untuk terus meminta maaf. Jadi, aku hanya menganggap itu angin lalu.

Setengah jam setelah Soobin pergi hari itu, ia mengirimiku pesan.

Soobin
maaf
hati-hati

Aku hanya membacanya tanpa membalas. Tapi lima menit kemudian, ia kembali mengirimiku pesan.

Soobin
semangatin aku dong!!!!1!1!

Jihan
iya semangat woy!1!1!1!1


Entahlah. Soobin menjadi orang yang paling tidak aku mengerti kehidupannya dan jalan pikirannya di muka bumi ini.

Aku juga tidak terlalu ingin tahu mengapa ibuku menanyakan keberadaan Soobin hari itu. "Bukan apa-apa."jawab ibuku saat ku tanya. Baiklah. Aku anggap itu sesuatu yang tidak penting.

"Lu ga kasih surprise ke dia?"tanya Minju.

"Ngapain? Pacar bukan."

"Sebagai temen kan bisa, Alberto. Jangan terlalu mengkambinghitamkan status."

Aku hanya diam. Perkataan Minju ada benarnya juga. Tapi, tetap saja aku tidak mau.

"Ga ah, Ju. Males. Ntar pas gue ultah dia ga kasih surprise kan masih gue juga yang nanggung malu. Tapi gue udah ucapin dia kok pagi tadi di chat."

"Makanya. Udah gue bilang kan waktu itu. Jauhin aja lah dia. Lu sama Beomgyu aja."

Beomgyu, ya. Aku lirik ia yang sedang fokus membaca buku sembari mendengarkan lagu di mejanya. Minju bilang, dia suka padaku. Tapi, aku tidak merasakannya sama sekali. Kalau memang benar begitu, kenapa sampai detik ini ia masih tidak mau bicara padaku? Terserahlah. Aku tidak peduli.

"Iya. Ntar gue coba."

Minju memberikan ibu jarinya padaku kemudian kembali membaca bukunya yang sejak aku datang tadi sudah ia buka. Aku kalau sudah di sekolah begini tidak bisa lagi konsentrasi membaca seperti itu.

Aku memutuskan untuk keluar kelas dan mendudukkan diri pada kursi koridor. Anak-anak kelasku berisik sekali berdiskusi materi. Aku tidak ingin menimbrung. Lalu, seperti biasa, Soobin akan datang untuk duduk di sebelahku. Ia tiba-tiba menadahkan tangannya.

"Kado."

"Cuih."aktingku meludah pada tangannya. "Kamu lah traktir aku."

"Yuk. Kapan?"

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Where stories live. Discover now