What will tomorrow be like?
a: Do you need a light?
꒰ 🌸 𝓣𝓸𝓶𝓸𝓻𝓻𝓸𝔀 ”♡ᵎ꒱ˀˀ ↷ ⋯
Aku terbangun dalam keadaan ruangan sudah terang ketika aku merasakan seseorang menepuk-nepuk pelan pundakku. Dia ibuku yang sepertinya baru saja pulang karena ia masih memegang tasnya. Dari tadi aku dan Soobin tidak memanfaatkan penerangan apa pun di ruangan ini. Aku lirik jam dinding dan mendapati jarum pendeknya berada di angka sebelas.
Aku duduk di ujung sofa panjang dengan Soobin yang menidurkan kepalanya pada pahaku. Tidur menghadap ke kanan dengan tangan yang ia lipat di dada. Soobin tadi aku peluk dan usap punggungnya hingga ia tertidur. Jadi aku menyuruhnya untuk naik ke sofa.
"Kalian ketiduran apa gimana?"tanya ibuku.
"Mati lampu tadi, ma. Baru mau ngerjain tugas."jawabku. Bukti nyatanya masih berceceran di atas meja.
"Oh? Soobin ketakutan ga?"
"Iya, makanya sampe tidur. Itu kenapa, ma?"
"...gapapa. Itu dia panik aja."
"Jadi gimana dong ini sekarang? Suruh nginep apa pulang?"
Ibuku berjalan ke arah pintu untuk memasukkan sepatu Soobin ke dalam lalu menutup pintunya.
"Nginep aja. Biarin dia tidur dulu. Bahaya kalo belum tenang." Wanita paruh baya itu melangkah menuju kamarnya, meninggalkan aku yang kebingungan di tempat. "Tunggu bentar, mama ambilin bantal sama selimut."
Ibuku mengambilkan bantal untuk kami berdua yang berarti aku akan turut tidur di sini. Aku tidur di atas kasur tipis yang ibuku bentangkan di sela meja dan kursi setelah mejanya digeser sedikit.
Uh, tubuhku sakit tidur di atas alas yang tidak empuk begini. Tapi ibuku bilang, Soobin harus dijaga kalau saja dia membutuhkan sesuatu. Baiklah. Sekali-sekali aku yang berkorban. Jangan Soobin terus.
Ibuku sudah mengetahui perihal Soobin yang belum pulang semalam ini karena ibuku bilang ayahnya meneleponnya. Soobin dan aku sudah diteleponi. Tapi di antara kami berdua tidak ada yang terbangun. Dasar kaum kerbau.
Soobin membangunkanku saat subuh tiba. Aku sedikit terkejut mendapati tubuhku sudah di atas sofa. Tapi, seingatku, saat aku tidak sengaja terbangun pada pukul dua tadi, aku sudah berada di atas sini.
"Bangun.. Subuh.."ujarnya. Ia meletakkan dagunya di ujung sofa dengan tangan sebagai tumpuannya. Dekat sekali dengan wajahku.
Aku yang nyawanya masih setengah ini menatapnya seperti orang bodoh. "Ha? He'eh." kemudian kembali memejamkan mataku.
"Kok merem lagi.."
Sepersekian detik kemudian, aku merasakan pinggangku ditusuk-tusuk oleh jari. Aku sontak tersentak-sentak kecil
"Bin, geli.."
"Makanya bangun." Ia masih melakukan hal itu.
"Iya. Lima menit lagi."
Sepertinya Soobin memberikanku kesempatan karena aku tidak lagi merasakan pinggangku ditusuk-tusuk. Tapi ternyata aku salah. Seperdekian detik setelah aku merasa sofa yang aku tiduri ini menukik ke dalam, ia menggelitiki pinggangku hingga aku kembali tersentak, terbangun, dan tertawa.
"Berenti, Bin! Berenti! Wkwkwkwkwk.. Iya iya! Aku bangun!" Mau tidak mau aku terpaksa mendudukkan tubuhku.
Lalu, ketika tawa itu mulai surut, menyisakan kedua iris kami yang saling beradu, keheningan datang beberapa saat untuk bertamu.

ESTÁS LEYENDO
Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]
Fanfiction[sudah dibukukan][tersedia ready stock] "Akankah hari esok itu ada untuk kita?" *Narasi Baku *Dialog Non Baku *AU *Lokal settings *Semi lokal name *Harsh Words *Gausah serius amat