What will tomorrow be like?
a: Be strong, my boy.
─▗ ▘➤𖥸 𝓣𝓸𝓶𝓸𝓻𝓻𝓸𝔀
(Tolong yang mudah nangis, jangan dibaca pas lagi puasa. Pas udah buka aja ( ̄へ ̄))
Hari ini dan hari kemarin dalam hidupku dan Soobin sedikit mengalami perubahan. Lantas, bagaimana hari esok?
Kalau kemarin aku bisa dengan leluasa keluar masuk ruangan Soobin untuk bertemu dengannya, memeluknya, dan membujuknya makan, hari ini tempat terdekat yang boleh aku jangkau untuk melihatnya adalah hanya sebatas dibalik kaca pembatas di ruangan itu. Aku tidak boleh masuk mendekatinya. Aku bukan keluarga. Walaupun Mamaku dokter di sini.
Waktu kunjungan pun terbatas. Walaupun aku memiliki dua jam, paling lama aku hanya berdiri lima belas menit di situ. Hanya bisa melihatnya. Setiap hari. Selama tujuh hari berturut-turut.
Rasanya...kita semakin jauh ya.. Aku pengen nemuin kamu. Aku mau nanyain apa kamu gapapa? Semoga gapapa. Semoga kita punya hari esok untuk kita berdua tertawa lagi ya.. Kamu jangan khawatir. Aku ga pernah lupa sebut nama kamu tiap kali aku menghadap Tuhan kita.
Kamu yang kuat! Aku yakin kamu bisa. Karna aku juga mencoba untuk bisa. Yang sabar ya sayang, sakitmu menjadi penggugur dosa-dosa kamu.
Tapi Bin, aku kangen.. Do you?
Aku tatap lelakiku dari sini. Boy who owns my shoulders. Moveless and untouchable. Lama. Hingga akhirnya samar-samar aku bisa melihat kedua pelupuk itu mengerjap-ngerjap perlahan. Oh, dia bangun!
"Biiiiin!!!!"panggilku pelan sembari mencoba menarik perhatiannya yang aku tidak yakin dia melihatku.
Tidak sampai satu menit kemudian mamaku datang untuk memeriksa. Dan dia masih belum menotisku di sini. Setelah selesai memeriksa, om Joohyuk dan Sanha didatangkan untuk tes respon. Mereka berdua menggunakan jubah steril khusus icu.
Inilah waktunya saat tubuh Sanha menghalangi penglihatanku dari wajah Soobin. Aku mengerucutkan mulutku. Tidak, aku tidak kesal. Hanya menyayangkan.
Aku kemudian memilih untuk pergi dari situ dan menunggu diluar saja.
Setelah aku menunggu sekitar tiga menit, Om Joohyuk keluar tanpa melepaskan jubahnya.
"Jihan"panggilnya.
Lantas aku yang duduk ini menoleh pada beliau yang berdiri, sembari menyahut,"Ya om?"
"Sini masuk.. Ketemu Soobin"
"Eh? Emang boleh om?"
"Boleh, om yang minta"
Dengan semangat aku lalu buru-buru masuk dan mengenakan jubah steril itu dengan grasak-grusuk. Menemui Soobin yang memandang aku yang berjalan mendekatinya. Aku tatap wajah yang setengahnya tertutup alat itu.
"Hai, gimana kabarnya? Kamu inget aku?"
Ia hanya diam menatapku dengan sesekali mengerjap-ngerjap. Agak lama, hingga situasi ini terasa canggung. Aku lantas menatap Mamaku.
"Gapapa ajak ngomong aja"ujar mamaku.
Aku kemudian kembali menghadap Soobin lagi. Lagi, dia terus menatapku. Aku terus menatapnya. Seperti menyalurkan rindu. Tangannya yang terbaring itu sedikit terangkat untuk menggapaiku. Lantas aku dekatkan jemari kami hingga bertaut.
"Dia pegang tangan kamu?"tanya mamaku. Aku mengangguk.
"Kenapa ma?"
"Kamu satu-satunya yang direspon"

YOU ARE READING
Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]
Fanfiction[sudah dibukukan][tersedia ready stock] "Akankah hari esok itu ada untuk kita?" *Narasi Baku *Dialog Non Baku *AU *Lokal settings *Semi lokal name *Harsh Words *Gausah serius amat