49. Cheating?

5.8K 875 401
                                        

What will tomorrow be like?

a: Is that our future?

⁀➷

"Pa, ga jadi mandi?"tanyaku pada Soobin yang masih berbaring miring di kasur dengan tangan yang masih menepuk-nepuk pelan tangan Hanbin, anak kami. Berbarengan dengan itu, mulutnya menggumamkan sebuah nyanyian lembut sebagai pengantar tidur sang bayi kecilnya.

Soobin berhenti sejenak dari aktivitasnya hanya untuk menoleh padaku yang berdiri di sebelah kasur dan meletakkan jarinya di bibir.

"Sssttt baru mau tidur.."bisiknya pelan lalu kembali melanjutkan aktivitas sebelumnya.

Lantas aku melipat tanganku di dada dengan handuk Soobin yang masih tersampir di lengan. Aku pandangi mereka. Hingga aku tidak sadar tersenyum dengan sendirinya. Melihat pemandangan yang sangat jarang sekali aku lihat ini, hatiku berdesir. Mereka adalah dua kebahagiaanku.

Tak berapa lama kemudian, setelah Soobin merasa Hanbin telah terlelap, ia perlahan bangkit untuk kemudian berdiri di depanku. Merapikan rambutku yang sedikit berantakan.

"Tadi pas kamu keluar kamar dia nangis. Yaudah, aku diemin deh.."ujarnya lalu mencium dahiku sekilas.

"Yaudah, nih.." Aku berikan handuk itu pada Soobin. "Nanti telat kerja. Air angetnya udah aku siapin.."

"Makasih sayang.."finalnya. Lalu mencium pipiku sebelum akhirnya berlalu menuju kamar mandi.

Tidak Soobin. Aku yang berterima kasih.

Sepeninggalan ayahnya, Hanbin kembali menangis. Lantas aku angkat tubuhnya untuk aku gendong. Aku timang-timang sembari menggumamkan lullaby. Maaf, dia memang cengeng. Seperti aku hehehe...

Bahkan dia menghabiskan sepanjang malam hanya untuk menangis hari ini, yang membuatku lelah. Jujur saja aku sangat mengantuk. Tapi semua itu seolah sirna ketika dia mulai tertidur. Wajahnya penuh sirat kedamaian. Bersih, tanpa dosa.

Aku pandangi lekat-lekat wajah itu. Hidungnya... Mulutnya... Lekuk wajahnya... Bahkan manik dibalik kelopak yang terlelap itu, semuanya adalah Soobin. Dia Soobin kecilku. Aku harap dia juga tumbuh dengan baik, seperti ayahnya.

Merasakan sakit pada pinggulku, aku lalu mendudukkan diri pada sofa kamar. Bersender untuk beristirahat sejenak. Melelahkan. Tapi aku menikmati ini semua. Aku bahagia.

Aku merasakan kantuk mulai menguasai diriku. Perlahan, aku merasakan berat pada kelopak mataku, hingga akhirnya aku tertidur dengan Hanbin yang masih terlelap dipangkuanku.

Mendapati wanitanya tertidur, Soobin yang baru saja memasuki kamar pasca membersihkan diri, tersenyum melihatnya. Ia kemudian mengenakan pakaian yang telah disiapkan istrinya dipinggir kasur tanpa sedikit pun mengganggu keduanya. Ia kemudian mendudukkan diri di sebelah istrinya, bermaksud membangunkannya untuk berpamitan.

Ia menusuk-nusuk pelan pipi wanitanya dengan telunjuk. "Jihan... Bangun dong... Jihan..."

"Ehm.."

"Jihan... Bangun dulu sayang.. Jihan.. Jihan..."

Soobin terus saja memanggilku yang tertidur.

Sedikit demi sedikit, perlahan namun pasti, suara panggilan itu kian menjauh..

Semakin menjauh..

Gambar kejadian itu pun memudar perlahan direnggut kegelapan.

"Jihan.. Jihan.."

Aku perlahan membuka mataku dan merasakan pipi kiriku ditusuk-tusuk oleh sesuatu. Netraku langsung menangkap sosok Soobin yang sedang berjongkok di sebelah tempat tidurku, tepat di hadapanku. Dagunya ia tumpukan di atas kedua tangannya yang bertumpuk di tepi kasurku. Ah, tampannya..

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Where stories live. Discover now