5. Jobless

10.4K 1.3K 93
                                        

What will tomorrow be like?

a: you think anything is possible when you’re a kid

˚ ༘✶ ⋆。˚𓆟𓆝 𓆜 –––———––

Di sebelahku, Minju sedang tidak bisa diajak bergosip karena ia sedang fokus menghafalkan materi presentasi sejarah bagiannya. Berbeda denganku. Bukan karena aku sudah hafal. Tapi karena aku memang tidak mau menghafal. Aku malas. Nanti aku membaca saja.

Diberi mata digunakan untuk membaca, bukan menghafal. Lalu, untuk apa diberi otak? Formalitas.

Tapi, di sini aku mencoba untuk menghafal sedikit. Setidaknya aku harus mengerti bagianku sendiri. Yang pasti, yang menjawab pertanyaan dari anak-anak nanti bukan aku.

Waktu jam pelajaran sejarah sudah dimulai. Sesuai pesan pak Junho semalam, beliau akan datang terlambat. Aku memutuskan untuk mendengarkan musik dengan earphone-ku untuk membunuh rasa jenuh.

Baru saja ponselku hendak memutarkan lagu keduanya, Soobin, Yeonjun, Heejin, dan Hitomi masuk berbarengan ke dalam kelas dengan tumpukan buku yang tidak terlalu tebal dan tipis pada masing-masing tangan mereka. Laki-laki di kelasku banyak. Tapi kenapa Heejin dan Hitomi turut mengangkut buku?

Aku terpaksa kembali melepaskan earphone-ku karena buku itu pasti akan dibagikan.

"Semuanya silahkan ambil masing-masing, ya. Buat Soobin sama Jihan ga ada soalnya kalian ga mesen jumat kemarin."

Apa dia bilang? Aku hanya membolos satu pertemuan, tapi rasanya aku melewatkan banyak hal. Lalu, bagaimana nanti aku belajar? Ilmu itu tidak bisa ditransfer saja dari otak pak Junho ke otakku!

Lagi pula, kenapa anak-anak tidak ada yang memberitahuku dan Soobin?!

"Ini mesennya ke bapak sendiri. Makanya kita ga bisa nyusul-nyusul mesennya. Trus bapak juga minta uangnya ditransfer."jelas Minju yang baru saja kembali dari mengambil bukunya pada Heejin.

"Kenapa pas pelajaran ga dikasih tau aja bapaknya kalo ada orang yang belom pesen???"kesalku.

"Nanti lo ketauan bolos."

"Ya kan dia tau gue ke toilet?!"

"Heh! Bapak tuh udah curiga tau! Masih baik dia ga manggil lo!"

"ASDFGHJKL!" Mari kita belajar alpabet.

"Trus gue harus gimana dong? Ada ga itu buku jualannya?"rengekku. Aku ingin menangis saja rasanya.

"Lo punya kartu perpus?"

"Engga.." Tidak usah heran mengapa anak seperti aku tidak pernah membuat kartu semacam itu. Membaca saja enggan, apalagi menghinggapi perpustakaan. Membaca saat presentasi itu pengecualian.

"SOOBIN! SINI LO!" Minju memanggil Soobin yang sedang asyik memainkan ponselnya dengan wajahnya yang santai. Apa dia sama sekali tidak memikirkan bukunya?

Saat menghampiri Minju pun, ia tak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari ponsel. Akibatnya, pahanya itu tak sengaja menubruk ujung meja Minju. Uh, sakit. Buktinya ia sontak mendesis dan mengelusi tempat yang sakit.

"Shh adaw.."

Aku terkekeh melihatnya.

"Lo punya kartu perpus?"tanya Minju. Soobin menggeleng.

"Udah tau gimana cara dapetin bukunya?"tanya Minju lagi. Soobin menggeleng lagi. Sepertinya, rasa sakitnya itu lebih menarik perhatian dari pada buku.

"Sini. Duduk lo."

Tanpa kata kemudian Soobin mendudukkan diri pada kursi di depan Minju yang kebetulan penghuninya entah ke mana.

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Where stories live. Discover now