48. By Your Side

6.2K 905 422
                                        

What will tomorrow be like?

a: I'm already fine. How about you?

⁀➷

Aku pulang hari ini sekitar pukul setengah sembilan malam. Benar sekali, mengikuti jadwal Mamaku lagi. Semenjak Soobin menginap terus di rumah sakit, Mamaku jadi pulang lebih lambat dari shift-nya.

Perasaanku saja atau tidak, malam ini bulan bersinar begitu cerah. Aku merasakan kedamaian tersendiri saat menatap langit malam. Sejak keluar dari rumah sakit tadi hingga di dalam mobil menuju ke rumah ini, aku tidak berhenti tersenyum seperti orang gila, hingga sekarang. Wah, sepertinya aku benar-benar gila. Hahaha.

Aku tidak tahu. Dari setelah konsultasi pada Psikiater hingga menangis tersedu-sedu tadi, aku merasa bahagia. Aku merasa bebanku hilang dan rasanya itu.. lega sekali. Rasa di mana akhirnya kau didengar. Rasa di mana akhirnya semua sudah baik-baik saja. Karena semua cerita pahit yang selama ini aku pendam akhirnya keluar.

Aku menceritakan semua perasaanku. Begitu pun Mamaku. Dan tadi bahkan hingga terjadi perdebatan kecil antara aku dan Mamaku. Tapi tidak sampai seperti Mbak Lucinta dan Deddy kok. Tenang saja. Tapi, akhirnya kami berbicara satu sama lain.

Aku tidak diberi obat apa pun oleh psikiater itu, pun Mamaku. Kami dinyatakan tidak memiliki penyakit mental apa pun. Dokter Siwon tadi memberiku sebuah penghargaan kecil berupa tepuk tangan begitu tahu kuatnya aku. Aku bisa mengontrol emosiku karena selalu bisa menangis, selalu bisa menuangkan emosi. Sedangkan Mamaku satu tingkat lebih rendah dariku.

Baguslah kalau begitu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Tapi, masih ada sesuatu yang memenuhi pikiranku sebenarnya. Tentang Soobin. Aku tadi tidak sempat bertanya karena begitu keluar ruangan psikiater itu, Mamaku buru-buru ke ruangannya yang sudah didatangi seorang pasien. Sedang aku kembali ke ruangan Soobin.

Anak-anak langsung heboh begitu melihat mataku yang sembab. Mereka mengira Mamaku melakukan sesuatu lagi padaku. Mereka lucu sekali haha. Tapi aku mencoba terbuka dan menceritakan semuanya pada mereka. Aku menjawab apa pun yang mereka tanya dengan tidak melewati batas privasi.

Jadi,

"Ma, Soobin pernah konsul juga?"tanyaku.

"Iya."

"Dia kenapa ma?"

"Cemas berlebihan. Jadi dia mama saranin konsul. Dan ternyata dia *anxiety disorder."

*Gangguan kecemasan

Aku terkejut, meskipun tidak sepenuhnya terkejut karena ini pernah terlintas di pikiranku sesekali. Aku ingat betul dia yang pernah panik sampai ketakutan sekali. Tapi tetap saja, begitu mendengar jawaban Mamaku, itu tetap mengejutkan.

Atau lebih ke sebenarnya aku tidak rela mengetahui Soobin menderita sesuatu lebih dari yang aku tahu detik sebelumnya.

"Sejak kapan ma? Sejak dia pernah nginep di rumah kita itu?"

"Dah lama.. Dari dia baru-baru divonis."

Aku lebih terkejut lagi.

"....kok bisa ma? Dia ada masalah apa?"

"Ya... Dia takut sama penyakitnya. Dia takut mati. Dia takut ngerepotin papanya, karna saat itu mamanya kan juga lagi menjalani perawatan. Biaya buat mamanya aja udah mahal. Ditambah lagi dia juga harus rawat jalan. Dia merasa terbebani karna dia membebani. Dia ga tega sama orang tuanya. Makanya dia ga terima kalo dia sakit."

Oh, ternyata hati laki-laki itu sudah baik hati dan memikirkan orang lain sejak dulu.

"Jadi dia dikasih obat sama psikiater?"

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Where stories live. Discover now