What will tomorrow be like?
a: Hari esok sudah berakhir.
🥀
(5017 words ಥ⌣ಥ)
Sekarang 5118 words setelah direvisi - Soobinder, 2020.
(Silahkan puter lagu ioi - downpour, jangan lupa repeat one biar mampus)
Setelah 5 hari aku berdiam diri di kamar, akhirnya aku menciptakan semangat untuk keluar. Hatiku belum sembuh. Tapi duka yang aku rasakan setidaknya sedikit mereda.
Aku keluar jam 9 pagi untuk menemui makam lelakiku untuk pertama kali. Sendirian. Mamaku bilang tempatnya di sebelah timur dan cenderung di tengah. Dan di sinilah aku sekarang. Kembali untuk bertemu, meski yang aku lihat hanya tanah dan namanya yang tertulis di batu.
Ternyata dia ditempatkan di sebelah ibunya yang sama sekali belum pernah aku kunjungi. Dia tidak pernah mengajakku untuk ziarah. Atau lupa. Mungkin.
Aku duduk berjongkok di antara keduanya, menghadap pahatan nama lelakiku. Aku letakkan sebucket bunga yang aku beli sebelum ke sini di atasnya.
"Happy mensive.. 3 bulan nih.."
Aku pegang pahatan nama lelakiku untuk aku usap sekali seperti aku mengusap rambutnya. Lalu aku tarik tanganku untuk bermain, menusuk-nusuk pelan tanah yang terlihat paling baru di antara yang lain itu dengan jariku.
Aku tidak tau apa yang membuatku berdiam diri tanpa suara selama beberapa menit di situ, hingga aku lelah dengan situasi ini.
"Bin, aku kangen.."
Seharusnya aku tidak boleh menangis, tapi aku menangis lagi. Di hadapannya.
"Maaf ya kemarin aku ga nganter kamu ke sini.."
"Aku patah hati Bin, berat bagi aku.. Tapi lebih berat lagi bagi kamu"
"Tapi kamu nempatin janji kamu buat sembuh, sekarang kamu udah sembuh, kamu ga sakit lagi Bin, kamu ga perlu merasa kesakitan lagi"
"Kamu yang baik ya di sana.. Kamu gausah khawatirin aku.. Aku gapapa.. Aku bisa jaga diri.."
"Sesuai janji aku bakal simpen memorinya dan ga bakal ngelupain kamu.."
"Kita udah melewati semuanya sekali lagi.. Kamu udah melewati semuanya.."
"Makasih udah berani deketin aku.. Pacarin aku.. Aku tau pertimbangan kamu pasti berat banget.. Sekarang aku ngerti.."
"Waktu kita bentar banget.. Andai aku kenal kamu dari dulu.."
"Tapi setelah aku inget-inget kemarin, kayanya aku pernah beberapa kali kedapetan kamu lagi ngeliatin aku dulu pas kelas 1, kalo kita sama-sama duduk depan kelas sama anak-anak. Pas kamu ke rumah Beomgyu pun.."
Aku terkekeh mengingatnya kembali. Tapi kemudian tawa ku luntur berganti seketika dengan tangis yang semakin deras. Seperti kebiasaanku, aku menelungkup di atas lututku. Berpikir sekali lagi, apa aku bisa melewati hidupku tanpamu?
Aku masih butuh kamu Bin.. Aku gamau jadi Jihan yang kesepian lagi..
I still can’t be in the rain alone without you.
But, will it stop now? These raindrops, these tears? I don’t want to get wet with rain and tremble with cold.
Let me just cry for a moment.

YOU ARE READING
Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]
Fanfiction[sudah dibukukan][tersedia ready stock] "Akankah hari esok itu ada untuk kita?" *Narasi Baku *Dialog Non Baku *AU *Lokal settings *Semi lokal name *Harsh Words *Gausah serius amat