What will tomorrow be like?
a: As you live through, you’ll disappear some day
☁️ . . . ⇢ ˗ˏˋ ࿐ྂ
Soobin tidak masuk tiga hari karena masuk angin. Makanya, sebelum keluar malam itu seharusnya ia makan malam!
Esok hari setelah malam itu, malamnya ia mengirimiku sebuah foto yang menampilkan punggungnya yang sedang dikerok Sanha. Aku tertawa melihatnya. Mereka berdua lucu sekali.
Kalau aku yang masuk angin, punggungku dikerok ibuku, kak Jimin memegangi kakiku layaknya sapi yang akan disembelih.
Lagi pula, siapa suruh berkunjung ke rumah anak gadis yang sedang sendirian malam-malam? Aku bukannya jahat tidak menyuruhnya masuk malam itu. Aku takut tetanggaku akan berpikiran hal yang tidak-tidak kalau aku berduaan saja di dalam rumah dengan Soobin.
Jadi, setelah selesai jalan santai dalam rangka merayakan ultah sekolah, murid-murid disuruh untuk kembali lagi ke sekolah kalau ingin mendapatkan nomor ujian. Licik sekali cara mengancamnya. Mereka tahu saja rakyat sekolah ini malas-malas.
Kami sedang luntang lantung tidak jelas di lapangan setelah pengundian nomor doorprize. Aku tidak mendapatkan apa pun. Aku memang jarang sekali beruntung.
"Diumumkan kepada seluruh siswa untuk masuk ke dalam kelas agar melakukan pembersihan kelas. Yang kelasnya tidak bersih maka tidak akan dibagikan nomor." Suara pak Jonghyun berkumandang dari pengeras suara yang tertancap pada genteng ruang guru itu.
Masa bodoh. Pokoknya, aku tidak akan bergerak sebelum anak-anak kelasku juga bergerak. Mereka masih asik bersenda gurau di pinggir lapangan sini.
Sebenarnya aku sedang menunggu Soobin membeli minuman sejak setengah jam yang lalu. Tapi dia tak kunjung kembali hingga detik ini. Sedang Minju sedang menikmati waktunya dengan Seungmin.
Orang pacaran itu memang kerap kali lupa pada teman. Aku pun, menjalani hubungan tanpa status ini terkadang lupa pada dunia yang masih berputar ini.
Dari tempat aku duduk, aku bisa menyaksikan Seoyeon yang sedang asik berfoto ria bersama teman-temannya. Sesekali wajahnya yang sinis itu menatapku tidak suka. Masa bodoh.
Lalu, secara tiba-tiba Yeonjun datang untuk bergabung di gerombolan kelas kami dengan kardus kosong bekas air mineral cangkir yang ia jadikan helm. Secara harfiah satu sisinya benar-benar ia bolongi membentuk mata, hidung, dan mulut. Aku tertawa sembari menggeleng, lelah dengan tingkahnya yang tidak pernah aneh.
Sedetik berlalu, aku merasakan kepala belakangku disundul-sundul oleh sesuatu dengan pelan dan tidak menimbulkan sakit. Aku sontak menoleh. Dan itulah tepatnya sesuatu itu mencolok mataku. Uh... Perih.
Aku mengaduh memegangi sebelah mataku.
"Vehgdidjkxnzvsgsyaksgsussgksnsjjkmnzi??"seru sang pelaku yang ternyata Soobin. Ia sedang mengulum sebuah terompet kecil yang memanjang ketika ditiup.
"Lo ngomong apa sih, njing."keluhku. Soobin sontak memposisikan dirinya duduk di sebelahku. Ia juga mengenakan topi ulang tahun kerucut yang membuatnya terlihat menggemaskan.
Soobin meletakkan dua cangkir Bad Day Cappucino yang baru dibelinya itu lalu menyingkirkan terompet itu dari mulutnya. "Sorry, Han.. Sakit banget ga?"
"Ga sakit, tapi perih.."
"Sini sini. Jangan ditutupin gitu." Soobin menyingkirkan tanganku dari mata dan memperhatikannya yang aku yakini sedang berair. Ia memegangi kepalaku, kemudian meniup pelan mataku itu.

YOU ARE READING
Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]
Fanfiction[sudah dibukukan][tersedia ready stock] "Akankah hari esok itu ada untuk kita?" *Narasi Baku *Dialog Non Baku *AU *Lokal settings *Semi lokal name *Harsh Words *Gausah serius amat