part 51

1K 169 50
                                        

  Senin, menjadi hari yang paling dibenci para pelajar. Bagaimana liburan mereka berakhir, dan bagaimana bisa jika Senin butuh 6 hari untuk berubah menjadi Minggu, sementara Minggu hanya butuh semalam untuk menjadi Senin. Bukan kah itu menyebalkan? Pastinya.

Tapi sepertinya hari Senin kali ini akan sangat menyebalkan bagi Olin, bukan karena ia akan bertemu kembali dengan guru yang menyebalkan dan kembali berkutat dengan tugas-tugas yang sulit di terima oleh otak. Mungkin itu salah satunya, tapi ada satu alasan yang makin membuat ia membenci Senin (kali ini). Karena ia akan kembali melihat Manu yang akan masuk seperti biasa, setelah lepas dari hukumannya selama seminggu.

Seharusnya sekarang ia senang karena akan kembali bertemu Manu, tapi semua itu harus ia urungkan karena perselisihan antara dirinya dan Manu. Ia tak tahu apa yang akan dilakukan jika berpapasan langsung dengan Manu. Dan sekarang, dirinya hanya bisa berdiri di depan pintu kelas, sambil menggigiti kukunya.

Pikirannya tak karuan, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Hatinya pun bimbang, rasanya ia ingin kembali pulang, dan kembali tidur di balik selimut. Namun, angannya hilang ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

Tidak, ia tidak menoleh kepada orang di belakangnya. Melainkan hanya mengumpat sial, bagaimana jika orang ini Manu? Sial.

"Lo kenapa?" Orang itu berbicara. Olin bernafas lega ketika orang itu berbicara, ia tahu siapa orang ini, dan yang pastinya bukanlah Manu.

Olin membalikan tubuhnya, mengahadap ornag yang kini sedang melipat tangannya di dada sembari menampilkan senyuman yang membuat matanya menyipit, dan beberapa kerutan di pipi tembamnya.

"Calum, gue kira siapa tau gak?!" Kata Olin yang malah membuat Calum terkekeh.

"Emang lo pikir siapa? Calon suami lo? Manu? Iya?" Olin membulatkan matanya. Kenapa semua ini terasa seperti berada dalam film Now You See Me?  Seperti begitu banyak pesulap, dan banyak tebakan yang selalu tepat, seperti Calum sekarang.

"Kenapa? Kok gelagapan?" Tanya Calum yang membuat Olin makin bingung dibuatnya.

"Nggak papa, gue mau masuk kelas bhay." Kata Olin meninggalkan Calum, lalu langsung memasuki kelasnya tanpa pikir panjang bahwa dia akan bertemu Manu, yang sebenarnya hatinya ragu untuk melakukan itu.

Lima langkah ia berjalan dari pintu kelas, sudut matanya sudah bisa menangkap objek yang sedang ia hindari sedari tadi, Manu. Duduk seperti biasa, namun kali ini ditemani dengan dua lelaki yang sudah Olin kenal cukup dekat, Thomi dan Ali.

Mereka begitu serius mengobrol hingga Manu, tak menyadari kehadiran Olin yang sudah berjalan menedekatinya, ralat, mendekati meja Olin yang memang berada di dua bangku belakang Manu.

Olin menaruh tasnya di atas meja, dan segera duduk di tempat duduknya. Lalu bergabung dengan Sonia, Joey dan Isabel yang sudah datang terlebih dahulu.

Sonia menatap Olin, lalu menatap Manu secara bergantian. "Belum baikan?" Tanyanya, dan Olin menggeleng lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Sonia mengelus pundak Olin, sementara Isabel dan Joey hanya bisa menatap Olin yang sedang tidak berkutik. "Tadi di luar sama siapa? Kaya sama cowok." Tanya Joey yang di angguki oleh Sonia dan Isabel.

"Calum." Ucap Olin, yang membuat ketiga temannya membulatkan bola mata dan membuat Manu menolehkan kepalanya sedikit, lalu kembali mengobrol dengan Thomi dan Ali.

"Gila lu, ada Manu juga." Ujar Joey.

"Ih, gue juag ga sengaha ke---"

Ucapan Olin terhenti karena Calum yang sedang berdiri di depan pintu kelas, sambil berkata. "Nanti pulang bareng ya...." Ucapnya, yang membuat Olin membulatkan matanya, jadi sedari tadi Calum belum pergi ke kelasnya? Baru Olin ingin membalas perkataan Calum, tetapi Calum kembali melanjutkan perkataannya.

cogan addict ÷ calumTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang