Suara dering telepon, membuat Olin mendengus kesal. Ia sangat malas menggerakan tubuhnya untuk mengambil ponselnya yang berada di nakas.
Dengan terpaksa ia pun bangkit dari tidurnya, dan segera mengambil ponselnya tersebut. Matanya membulat dan sebuah sen7yuman terukir di wajahnya saat nama itu muncul di layar ponselnya, Calum.
Tanpa pikir panjang, ia pun segera mengangkat panggilan telepon dari Calum.
"Halo?"
"Halo."
"Kenapa Cal, tumben telpon."
"Gapapa, mau ngajak lo jalan aja."
"Jalan? Kemana?"
"Hmm, gatau sih kemana hehe."
"Nonton film aja, gimana?"
"Boleh."
"Yaudah, kapan?"
"Sekarang..."
"Sekarang?!"
"Iya, lo bisa kan?"
"Bisa, kok."
"Ok sip."
"Okay, i'll see you soon."
"Bye."
"Bye."
Nada panggilan terputus, bersamaan dengan Olin yang berteriak gembira di kamarnya, ini mimpi atau nyata?
Calum-ngajak-gue-jalan.
ANJAY GA?
"Mimpi apa gue semalem? Mas Calum nga---" ucapannya terhenti ketika suara dering telepon kembali terdengar.
Ini pasti Calum, pikirnya.
Ia pun segera mengangkat telepin tersebut tanpa melihat nama yang tertera di layar.
"Halo Calum, kenapa nel---"
"Calum?"
"Hah?"
"Gue Manu, Olin...."
Olin menjauhkan ponsel dari telinganya, mencoba melihat nama siapa yang tertera di layar ponsel itu, Manu. Sial, pasti Manu mengira yanh tidak-tidak.
"Eh, maaf. Gue kira Calum, nghehe."
"Wah, abis telfonan ya lo sama Calum?"
"Nggak kok."
"Boong lu njir."
"I- iya, bener nggak."
"Yaudah kalo nggak mah."
"Ada apa lo nelfon?"
"Gapapa, kangen aja."
"Ah, co cwit. Jimayu."
"Dih dasar anak pak Asep."
"Jangan buka kartu dong."
"Oh iya, gue mau ajak lo jalan mau nggak?"
"Ja- jalan?"
"Iya, kenapa?"
"Ga- gapapa, hehehe."
Olin menggaruk tengkuknya, kenapa ia mendapatkan dua ajakan sekaligus dalam waktu yang sama. Ini ibaratkan kalian harus memilih antara menikah dengan Justin Bieber atau Shawn Mendes. Rumit.
"Lo mau kan Lin?"
"Gimana ya, gue kayanya gabisa."
"Kenapa? Ada Isabel sama Sonia juga kok. Tapi Joey, kayanya ga bisa deh, soalnya gue chat ga di bales-bales."
"Mphhh... maaf nih, Selena Gomez kayanya gak bisa ikut dulu."
"Kenapa?"
"Capek, mau bobo cantique."
"Yaudah, selamat bobo cantique."
"Ya."
"Bye, love you."
"Bye."
Olin memutuskan panggilannya, membuang nafas pasrah, pikirannya melayang pada Manu yang ia bohongi demi dirinya yang sudah terlanjur memiliki jadwal bersama Calum. Apa ini petanda buruk? Atau baik?
Ia pun memilih tidak memikirkannya, dan segera menghambur ke kamar mandi untuk membersihkan badan, karena setengah jam lagi Calum pasti akan menjemputnya. Dan, ia harus berpenampilan sebaik mungkin, demi Calum.
"IT'S GONNA BE BEATIFUL DAY, WITH YOUUU."

YOU ARE READING
cogan addict ÷ calum
Fanfiction"Bagi kontak cogan dong!" Copyright © 2017 by yung-blud #7 in CALUMHOOD {7/11/20}