Gerald mengerang frustasi dari balik meja kantornya. Dipandanginya dokumen yang berada didepannya namun semua pikirannya sama sekali tidak berada di situ. Sekarang hanya ada satu sosok yang selalu memenuhi pikirannya.Pria itu yang biasanya begitu tampan dan rapi sekarang terlihat begitu kacau dan berantakan.
Kemana perginya Kathy sebenarnya? Hari pertama, kedua, Gerald mengerahkan seluruh usahanya untuk mencari keberadaan wanita itu dimana saja yang kemungkinan merupakan tempat persembunyian wanita itu namun hingga memasuki minggu ketiga bahkan jejak bayangan istrinya sama sekali tidak terlacak. Perkataan Kathy di suratnya kembali terngiang dibenaknya dan mengetahui bahwa wanita itu benar-benar serius tidak ingin ditemukan oleh Gerald.
Penyesalan memang selalu datang terlambat. Perkataan yang diucapkannya ketika sedang dibutakan amarah akhirnya berbalik menjadi bumerang untuknya.
Memasuki minggu keempat, Gerald akhirnya tidak bisa menyembunyikan kenyataan sebenarnya lagi kepada ayahnya yang sudah beberapa kali menanyakan kabar tentang Kathy yang lama tidak mengunjunginya.
" Gerald, mana istrimu? Apakah dia tidak enak badan, mengapa sudah begitu lama dia tidak datang mengunjungiku bahkan tidak memberi kabar sama sekali?" Pandangan ayahnya mencari-cari beharap bisa menemukan sosok wanita yang dikasihinya bagaikan putrinya sendiri. Melihat anaknya yang hanya diam membisu, Will Blackwell akhirnya menatap seksama putranya dan menyadari keadaan Gerald yang begitu kacau.
" Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya setelah melihat Gerald yang masih tidak membuka suara.
" Dad, apa yang harus kulakukan? Aku telah melakukan kesalahan begitu besar dengan meragukannya. Seharusnya aku percaya dengan perkataannya dan bukannya malah mengancamnya ." Pandangan mata Gerald nyaris hampa ketika memandang ayahnya. Rasa sakit karena kehilangan Kathy membuatnya tidak bisa menghindar lagi dari ayahnya.
" Apa maksudmu , nak? Jelaskan semuanya dari awal." Dan akhirnya meluncurlah semua cerita dari bibir Gerad sejak dari hubungan pernikahan mereka yang mulai membaik , kiriman surat wasiat tanpa pengirim serta konfrontasinya dengan Kathy yang akhirnya menyebabkan wanita itu memilih pergi dari sisinya.
William Blackwell menggelengkan kepalanya tidak mempercayai kebodohan anaknya sama sekali. Namun, dia tahu kecemburuan serta amarah memang selalu membutakan hati dan perasaan seseorang.
" Mengapa kamu bisa meragukan istrimu sendiri bahkan setelah kamu mengatakan kamu mencintainya? Dan bagaimana mungkin kamu bisa mengira gara-gara perusahaannyalah, Kathy ingin menikah denganmu? Lihatlah, bahkan dengan mudahnya dia memberikan seluruh perusahaan dan kekayaannya kepadamu dan memilih bercerai denganmu. Karena baginya semua harta dan kekayaan itu tidak sebanding dengan anak yang dikandungnya. "
" Aku tidak bisa menyalahkan anak itu sama sekali karena memilih bercerai darimu. Bukankah begitu lebih bagus, Gerald? Aku juga mendengar kabar bahwa kekasih lamamu sudah kembali. Tanda tangani saja surat perceraian itu dan seperti yang Kathy katakan, lupakanlah bahwa dia pernah muncul dalam hidupmu dan melanjutkan hidupmu seperti dulu." Cecar ayahnya tanpa ampun.
" Aku kecewa dengan dirimu karena telah menyakiti hati seorang wanita yang begitu mencintaimu dan malah membalasnya seolah dia hanyalah sampah yang bisa diinjak-injak. Kamu salah karena mengira Kathy yang memerangkapmu dalam ikatan pernikahan ini. Akulah yang memanfaatkan kasih sayang Kathy padaku yang menganggapku sebagai ayahnya dengan memohonnya untuk menikah denganmu."
Kata demi kata ayahnya menusuk tajam bagaikan silet ke ulu hatinya. Membuatnya mengingat kembali betapa kejam perlakuannya terhadap Kathy bahkan sebelum mereka menikah. Ayahnya memang benar, memang pantas wanita itu meninggalkannya karena sikapnya. Wanita mana yang tahan jika terus disakiti hatinya? Namun, Gerald tidak bisa melakukan seperti apa yang dikatakan ayahnya. Melupakan keberadaan Kathy sama saja menyuruh Gerald hidup tanpa hati yang utuh apalagi dengan adanya kehidupan baru yang tercipta diantara mereka.
