Dalam kegelapan kamarnya, terlihat Kathy terduduk di ranjangnya sambil memandangi liontin yang berada dalam genggamannya. Dulu, dia hampir memutuskan untuk tidak membawa liontin itu dan meninggalkannya di ruang bawah tanah tersebut. Dibukanya bandul itu melihat foto mereka berdua, foto yang tanpa sengaja ditemukannya terselip dibuku pria itu beberapa bulan yang lalu dan diam-diam diambilnya menggantikan fotonya yang dulu rusak karena terkena air.
Perlahan dia membuka ingatannya kembali , pertemuan dengan anak laki-laki yang mencuri hatinya sejak pertama bertemu serta janji yang diucapkannya. Selama dua puluh tahun ini, Kathy tidak pernah ingin mengingat kenangan akan anak laki-laki itu lagi. Kehidupannya bersama Robert Adams telah membunuh semua harapannya secara perlahan termasuk kesempatan untuk bertemu kembali dengan anak laki-laki itu.
Lagipula, meskipun Kathy tahu ini bukanlah salah anak laki-laki itu karena tidak menepati janjinya, tetap saja Kathy tidak bisa menyingkirkan perasaan dikhianati dan menyalahkan yang selalu menghinggapi hatinya ketika dirinya begitu tersiksa dan kesepian.
Hatinya selalu menjerit dan memanggil nama anak itu agar datang menghiburnya, menemaninya dari kesepian yang begitu menyiksa namun , hal tersebut tidak pernah terjadi. Oleh karena itu, Kathy tidak pernah mengizinkan dirinya untuk mengenang masa kecilnya dengan anak laki-laki itu. Karena yang ada hanyalah rasa pedih dan sakit karena dilupakan. Namun, kejadian kemarin membuat dirinya tahu bahwa.....
Pria itu tidak pernah melupakannya.....
************
Pertama kali melihat anak laki-laki itu, dia merasa bahwa seperti itulah sosok pangeran yang biasa ada didongeng yang diceritakan ibunya. Tampan dan memesona sehingga membuatnya diam-diam terus mengamatinya. Tiba-tiba, anak laki-laki itu melihat ke arahnya, menangkap basah dia sedang diam-diam memandangnya dan tersenyum manis kepadanya. Senyuman mautnya membuat gadis kecil itu menjadi malu dan bersembunyi dibalik pohon oak besar.
Diam-diam, gadis kecil itu menjulurkan kepalanya mencoba mengintip apakah anak laki-laki yang memesona tadi masih berada disitu, Namun, kekecewaan membayang di wajahnya ketika melihat tempat anak laki-laki tadi berdiri sudah kosong. Gadis kecil itu terduduk dengan lemas dan menundukkan wajahnya ketika mendengar suara langkah kaki didepannya.
Begitu dia menengadahkan wajahnya, sepasang mata cokelat emas yang begitu indah sedang menatapnya membuat gadis kecil itu terkesiap kaget dan kembali menundukkan wajahnya. Lama tidak ada suara membuat gadis itu mengira anak laki-laki itu sudah pergi. Dengan ragu-ragu, dia mengangkat wajahnya dan bertatapan kembali dengan mata cokelat itu yang semakin dekat dengannya.
Wajahnya memerah karena malu dan cepat-cepat dia menyembunyikan wajahnya lagi. Hal tersebut terjadi berulang kali hingga suara tawa dari anak laki-laki itu yang membuatnya lupa akan rasa malunya dan mengangkat wajahnya kembali.
Bahkan sosoknya semakin bersinar dengan senyum diwajahnya membuat gadis kecil itu tidak bisa mengalihkan perhatiannya sama sekali. Namun, anak laki-laki itu terus tertawa membuat gadis kecil itu akhirnya merasa kesal karena merasakan bahwa anak itu menertawakannya.
" Apa yang lucu ?" tanyanya sambil mencebikkan mulutnya dengan sedikit kesal ketika tawa anak itu sudah mereda.
"Kamu yang lucu. Reaksimu dari tadi sungguh lucu dan manis."
Pada mulanya gadis kecil itu hendak marah namun mendengar dirinya dikatakan manis membuat pipinya memerah karena senang. Senyum malu-malu tersungging dibibirnya membuat gadis kecil itu terlihat begitu memikat. Tak terkecuali anak laki-laki itu yang terlihat terpesona melihatnya.
