PERCAYALAH

9.5K 652 68
                                    

Azka POV
Aku tidak tau apa yang bisa aku lakukan saat ini. Syila masih belum mau aku temui. Tentu saja hal itu membuatku frustasi sendiri. Bagaimana tidak kalau dulu dia begitu bergantung padaku tapi kini semuanya terasa terbalik. Dia bahkan tidak mau melihatku sedikitpun. Banyak pertanyaan memojokkanku yang ditanyakan oleh mbak Caca. Semua orang mencurigaiku mulai tidak setia dengan Syila.

“Ka… mbak boleh tanya lagi gak sama kamu? ini semua demi Syila. Kamu mesti jawab jujur.” Kata mbak Caca padaku saat aku sedang duduk ditaman.

"Dari tadi aku juga udah jujur mbak.”

“Iya mbak percaya. Mbak tau kamu cinta banget sama Syila. Mbak percaya itu. Tapi masalah ini gak mungkin kan begitu aja muncul kalau gak ada penyebabnya?”

“Tapi aku gak pernah sedikitpun merusak kepercayaan Syila padaku mbak?”

“Mbak percaya. Tapi boleh mbak tanya sesuatu? Tapi kamu jawab sejujur-jujurnya. Ok?” tanya mbak Caca. Aku hanya mengangguk.

“Syila masih takut untuk berhubungan dengan kamu?”

“Maksud mbak? Hubungan suami istri?” tanyaku memastikan. Permasalahn ini memang hanya aku, Syila dan mbak Caca yang tau. Keluarga yang lain tidak pernah tau. Aku dan Syila memang sepakat untuk menyembunyikannya.

“Iya mbak. Kami selalu saja gagal setiap mencoba melakukannya. Syila selalu berkeringat dingin setiap aku mencoba memulainya.”

“Terus apa yang kamu lakukan setiap nafsu biologismu meminta?”

“Mandi mbak. Hanya itu yang bisa aku lakukan.”

“Kamu gak jajan kan?”

“Astagfirullah mbak. Demi Allah aku gak mungkin melakukan semua itu.”

“Kalian pernah membicarakan ini akhir-akhir ini?”

“Enggak mbak. Tapi memang semenjak liburan ini Syila lebih banyak murung mbak. Lebih sering melamun. Apalagi kalau lagi main sama Kaamil.”

“Kamu di rumah sakit deket sama seorang cewek? Pasien atau asisten kamu mungkin?”

“Enggak sih mbak. Sama pasien ataupun perawat atau bidan di rumah sakit aku selalu bersikap biasa sama mereka. Tapi ya memang ada beberapa dari pasien ku ya gitulah mbak. Terus asisten baruku sih memang terkesan agak centil.”

“Om Ihsan tau?”

“Belum mbak.”

“Suruh cepet ganti ya. Sepertinya akar permasalahan kalian ada disini.”

“Maksud mbak?”

“Gini bukannya aku suudzon atau gimana ya. Tapi mbak curiga asisten kamu itu punya tujuan gak baik sama kamu. sekarang mbak tanya, asisten kamu kan sebelumnya cowok, semua orang di rumah sakit juga tau kalau kamu minta asisten pasti cowok. Dari sekian banyak pegawai cowok kenapa bagian HRD milih cewek itu jadi asisten kamu?”

“Lalu hubungannya sama Syila mbak?”

“Syila itu sekarang dalam goncangan yang sangat besar tanpa kamu sadari. Dia merasa sangat bersalah sama kamu karena selama lima tahun ini dia belum bisa menjadi istri yang sempurna buat kamu. ini yang menjadi tekanan pertamanya. Tekanan kedua muncul dari saudara-saudara atau orang lain yang menanyakan padanya perihal kenapa dia belum juga hamil padahal kalian sudah menikah lima tahun. Dan tekanan ketiga bisa dari asisten kamu atau pasien-pasien kamu yang centil menggoda kamu. dia takut kamu akan berpaling darinya yang belum bisa menjadi istri yang baik buat kamu, dia takut kamu akan meninggalkannya, menduakannya. Ketakutan-ketakutan inilah yang menjadi tekanan terbesarnya saat ini sehingga bikin trauma itu muncul lagi, bahkan semakin parah. Kamu faham kan maksud mbak?”

La Tahzan, Innallaha Ma'anaWhere stories live. Discover now