APA KABAR AZRAQI

9.5K 598 6
                                    

Zia POV
Siapa yang menyangka aku bakal ketemu mbak Ina disini. Setelah peristiwa yang menimpa Syila dulu, aku dan mbak Ina memang tak pernh bertemu lagi. mbak Ina menghindar untuk menemuiku ataupun Mala. Mbak Ina selalu menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Syila. terlebih saat Izard memaki-maki mbak Ina, aku tau bagaimana terlukanya mbak Ina. Tapi sekarang aku senang melihat mbak Ina dan Izard bisa berdamai. Seperti tadi saat mereka asyik membuat kue bareng anak-anak tadi. Izard tidak berlaku kasar lagi sama mbak Ina.

Karena keseruan tadi sore, anak-anak memintaku, Izard dan mbak Ina untuk menginap dan melanjutkan keseruan kami. Izard mengajak anak-anak menonton film kartun Doraemon kesukaan mereka. Aku dan mbak Ina membuatkan makan malam untuk mereka semua dibantu bik Tami. Eh bukan aku sih tepatnya yang masak, aku cuma bantu motong doang, bik Tami dan mbak Ina yang masak.

"Aku gak tau kalau mbak Ina ternyata pinter banget masaknya." Kataku saat aku membantu menyajikan makan malam

"Ya mana ada anak gizi gak bisa masak Zi."

"Eh iya ya... eh tapi masakan mbak Ina tuh enak banget lho. Dulu aku pikir cuma masakan Syila aja yang paling enak ternyata mbak Ina juga lebih enak masaknya."

"Bundaku jauh lebih enak masaknya. Belum ada yang bisa nandingilah."

"Kalau aku gak pernah masak mbak. Kalau dimasakin sih tiap hari mbak."

"Gak mau belajar masak Zi?"

"Hehe enggak deh mbak. Ntar yang ada aku malah bikin berantakan dapur. Ini tadi aja kan aku cuma bantu potong-potong sayur doang. Itupun berantakan."

"Ya itu karena kamu belum terbiasa aja Zi. Aku dulu juga gitu kok."

"Hehehe."

"Malah ketawa. Udah kamu panggil anak-anak gih kita makan malem dulu." kata mbak Ina. Aku hanya mengikuti perintah mbak Ina untuk memanggil anak-anak. Toh aku juga sudah gak sabar untuk mencoba makanan buatan mbak Ina.

"Masakan mbak Rina emang gak ada duanya." Kata Shela mengomentari masakan mbak Ina.

"Masakan mbak Rina memang selalu enak, emangnya masakan mbak Shela. Kalau gak gosong ya rasanya aneh." Ejek Putri. Dasar gadis kecil ini, bisa juga bikin Shela cemberut seperti itu. Gelak tawa menggelegar di ruang makan.

"Putri... gak boleh bicara seperti itu sayang. kan mbak Shela masih belajar. Mbak Rina dulu juga gitu waktu belajar masak. Nanti kalau Putri belajar masak pasti gak akan langsung enak kan?" tanya Mbak Ina menengahi. Sungguh, entah kata kagum apalagi yang bisa aku ungkapkan untuk gadis didepanku ini. ternyata bukan hanya Syila bidadari syurga incaran ikhwan shaleh tapi kali ini akupun menemukan satu lagi calon bidadari syurga. Dan siapalah aku, bahkan apa yang bisa aku banggakan untuk bersanding dengan mereka.

"Tuh dengerin dek. Mbak kan masih belajar, kalau gak enak ya maaf." Kata Shela

"Maaf mbak Shela." Kata Putri langsung memeluk Shela. Jadi keingat mbak Sasa.

"Sudah ya... sekarang dilanjut makannya." Kata Mbak Ina lagi sebelum ia bangkit dari tempat duduknya.

"Mau kemana?" tanya Izard

"Kalian teruskan saja makannya, aku mau liat Bagas dulu dia udah bangun apa belum." Kata mbak Ina menjelaskan. tuh kan apa aku bilang. Ikhwan yang kelak memperistrinya pastilah orang yang sangat beruntung. dan aku yakin ikhwan didepanku ini salah satu diantara mereka yang menginginkan sosok istri seperti mbak Ina. Yah dia adalah Izard, Rashad Abizard Sakhel saudara sepersusuanku.

Dari pancaran mata Izard aku bisa melihat betapa kagumnya Izard pada sosok mbak Ina. aku pernah melihat pancaran itu saat Izard melihat Syila dulu. entahlah. Aku sendiri belum bisa mengartikan sorot mata itu.

La Tahzan, Innallaha Ma'anaWhere stories live. Discover now