BENARKAH INI BERKAH?

21.7K 1.1K 10
                                    

Syila POV
Sebenarnya aku malas untuk memperkenalkan diriku. Apalagi dihadapan semua orang seperti ini. Dihadapan semua mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Ini semua karena dia. Senior yang seenaknya menunjukku untuk memperkenalkan diri mewakili teman-teman angkatanku diacara pembukaan OSPEK Jurusan. Memang sudah tak ada lagi perploncoan dalam ospek ini seperti yang sering aku dengar dulu dari Bang Dhia', tapi rasanya seperti ini jauh membuatku terplonco. Bagaimana tidak, sekarang semua mata tertuju padaku. Menantiku untuk mengucapkan kata perkenalan dariku. Tanganku gemetar, semua ini gak akan berakhir sebelum aku memulainya. Bismillah.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Teman-teman dan kakak-kakak sekalian, perkenalkan nama saya Arsyila Romesha Farzana. Semua orang yang mengenal saya, memanggil saya dengan Syila. Asal saya dari Surabaya. Ayah saya bernama Muhammad Ihsan Al Masruq dan Ibu saya Shanaira Fitrah Firdaus. Saya dua bersaudara, kakak saya Dhiaurrahman Zahid Hamiza. Dia saat ini tengah sibuk di bisnis kulinernya. Saya disini tinggal bersama om dan tante saya, di perumahan Ijen Nirwana. Hmm saya kira cukup perkenalan dari saya, mungkin ada yang ditanyakan?" tanyaku sembari mengambil nafas lega.

Seseorang mengangkat tangannya. Dia senior yang tadi menunjukku tadi. Mau apa lagi dia? Aku menunggu pertanyaan yang terucap darinya dengan was-was.

"Kamu lupa apa saja yang wajib kamu sebutkan diperkenalan kam?" tanyanya. Mati aku. Apa aja tadi yang disebutin kakak nyebelin itu ya? Lupa lupa lupa. Kenapa disaat seperti ini penyakit lupaku justru kambuh sih.

"Maaf kak." kataku lirih.

"Bagaimana kamu bisa menghafal nama-nama obat kalau perkenalan aja apa yang saya minta gak kamu sebutin semuanya. Gitu kok mau jadi dokter. Mau jadi apa pasien-pasien kamu nanti."

"Maaf kak."

"Maafmu gak akan merubah segalanya. Lain kali kalau ada orang yang berbicara itu fokus. Jangan malah melamun, ngantuk atau malah ngobrol sendiri. otak manusia memang hebat, manusia bisa menggunakan kelima indranya secara bersama-sama tapi hasil yang didapatkannya tidak akan maksimal. Contohnya ya kamu itu, tadi saat Nadia menjelaskan seputar perkenalan ini saya lihat kamu mengantuk, bahkan saat memintamu untuk menyebutkan 10 point, kamu hanya dapat menyebutkan 5. Kamu yang 5 point lagi lupa kan? Itu karena kamu tidak fokus menerima informasi yang telah saya berikan." Katanya serius. Aku hanya menunduk malu. Aku memang salah disini. Aku memang sempat mengantuk tadi. Dan lagi-lagi aku hanya menggumamkan kata maafku tanpa berani mengangkat wajahku.

"Saya minta maaf kalau mungkin apa yang saya lakukan ini membuat kamu malu. Saya gak bermaksud melakukan perploncoan sekarang, saya tau disini juga banyak yang mengantuk. Saya cuma mau memberi tahu bukan cuma kamu tapi untuk kalian semua, kuliah disini gak gampang. Yang akan kalian hadapi nanti bukan mesin tapi manusia. Kalian bertanggungjawab dengan nyawa pasien kalian. Makanya saya minta kalian untuk fokus. Dan saya bisa menjamin, kalau kalian sampai tidak fokus, hukuman buat kalian bukan seperti ini. Tapi lebih parah lagi." Katanya lagi. Aku tersenyum mendengar penuturannya. Dia memang benar, ayah dan bunda sering mengatakan hal yang sama dengan yang ia katakan.

"Dan untuk kamu, Arsyila Romesha Farzana." Bahkan dia mengingat namaku dengan lengkap. Bahkan teman-temanku dulu waktu SMA kesulitan mengingat nama lengkapku.

"Terimakasih telah membantu saya menjelaskan pelajaran paling awal, syarat awal untuk menjadi seorang dokter. Kamu boleh duduk." Katanya dingin. Tak ada senyum disana seperti film-film romantis yang sering aku lihat. Poor you Syila. Aku pun mengangguk dan kembali duduk ditempat dudukku.

"Ok... maaf untuk keadaan tegang tadi ya. Anggap saja itu perkenalan sosok dari Kak Azka pada kalian. Kenapa tegang? Takut ya sama dia? Galak ya?" tanya Kak Nadia sambil melirik senior dingin yang ternyata bernama Azka.

La Tahzan, Innallaha Ma'anaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن