Jun

1.7K 265 0
                                        

"Tapi kamu bagian dari masa depan aku, (y/n)"

Tidak, tidak. Ini salah!

Perkataan Junhoe mengiang di telingamu. Kalimat yg membuatmu terus menangis sabtu yg lalu.

Setelah mengatakan itu tidak ada lagi yg membuka suara diantara kalian hingga akhirnya kamu pulang.

Hari selanjutnya tidak ada pesan.

Hingga kini hari ketiga. Kamu tau kamu merindukannya, hingga kalimat yg Junhoe lontarkan mengiang di telingamu.

Akhirnya kamu memutuskan untuk ke kantin kantor sebentar, menenangkan diri daripada harus bersedih lagi.

Karena memang perpisahan itu sangat menyakitkan.

"(Y/n) aku pengen memiliki kamu seutuhnya"

"Tapi ini cara yg salah jun!"

"Tenang, kalo udah gini berati kita udah terikat dalam suatu tali yg gaboleh putus"

"Gamau, aku takut"

"Percaya sama aku, ya sayang?"

Kamu memukul kepalamu sendiri, menyalahkan semua perbuatan kalian. Itu satu keputusan bodohmu saat pacaran sama Junhoe dulu. Kamu merelakan semua yg kamu miliki buat dia dan sekarang kamu menyesal.

Ini salah!

"Sampe kapan mukulin kepala terus?" Tanya Sana yg kini sudah berdiri disampingmu.

"Lo putus sama june?"

...

Hari ini tidak begitu banyak yg kamu kerjakan. Maka untuk pertama kalinya dalam sebulan kamu bisa pulang kerja tepat waktu, jam 5 sore.

Setelah merapikan meja dan mematikan komputer, kamu bergegas keluar kantor.

"Tumben udah pulang?" Tegur Jinhwan yg sedang merapikan mejanya sendiri.

"Hehe iya kak" jawabmu seadanya.

"Aku duluan ya"

"Tiati"

Kamu melangkahkan kakimu keluar kantor. Karena masih malas pulang kerumah maka kamu memutuskan untuk jalan-jalam sebentar.

Saat sedang santainya berjalan menyusuri pertokoan, hujan tiba-tiba turun dan otomatis kamu berlari mencari tempat untuk berteduh.

"Hng gagal rencana jalan-jalan" gumammu sambil mendongak, melihat seberapa deras hujannya.

"Tau gini di kantor aja tadi, download drama"

Tapi tiba-tiba ada sebuah tangan yg menutupi wajahmu, menghalangi air agar tidak terkena wajahmu.

Kamu menoleh dan mendapati orang itu adalah Junhoe. Ia tersenyum.

"Halo" sapanya.

"Lo ga salah, menurut gue Junhoe aja yg egois. Padahal kan lo ngelakuin ini buat kepentingan dia sendiri, bukan semata-mata karna lo pengen ngatur-ngatur dia"

Kamu gatau harus tersenyum atau gimana, kamu diem aja memandang cowok yg terus tersenyum itu.

"Jangan hujan-hujan dong, kan aku ga suka kalo bajumu basah. Nanti diliat cowok lain" ujarnya.

Kamu menunduk, sekarang perkataan Sana siang tadi terus terngiang di telingamu.

"Terserah lo sih mau tetep mempertahankan dia dan menahan diri terus atau gimana. Tanya aja sama hati kecil lo"

Junhoe meraih lenganmu dan menggoyangkannya.

"Kamu gapapa, (y/n)?" Tanyanya khawatir.

"Kalo lo ngerasa capek dengan semuanya, yaudah.. lo berhak mutusin dia, jangan jadi cewek bodoh yg dibutakan oleh cinta, (y/n)"

Hingga berangsur-angsur waktu kamu habiskan untuk diam sambil menunggu hujan reda. Sekarang kamu bener-bener nyesel karna harus pulang lebih awal.

"Aku mau ngomong sayang, boleh kan?" Junhoe menyematkan jari besarnya diantara jari kecilmu, mengalirkan hangat tangannya dan membuatmu tenang. Kamu nggak munafik, kamu menyukai itu.

Tapi ini salah, kenapa harus menerima sentuhan Junhoe?

Setelah hujan berganti gerimis, Junhoe melepas tangannya. Kamu mengamati ia yg melepas jaketnya, memakaikan kepadamu.

Junhoe gapernah se manis ini.

"Mau pergi sekarang? Atau kamu mau pulang?"

"Pulang" jawabmu singkat lalu menunduk.

Kening Junhoe mengerut, menampakkan wajah kecewanya. Tapi kemudian kembali tersenyum. "Kopi mau?"

...

Junhoe membawamu ke kafe tempat kalian sering nongkrong dulu. Jaraknya memang jauh, tapi kamu tetap menurut selagi Junhoe menyetir tanpa jaket.

"Jun" panggilmu saat kalian berhenti di lampu merah.

"Iya apa sayang?" Cowok itu menoleh, menampilkan sisi wajahnya.

"Ga dingin?"

"Kamu hangatku, ada kamu dibelakang aja aku udah ngerasa hangat. Peluk aku boleh? Nanti aku masuk angin"

Ragu ragu kamu menjulurkan tanganmu hendak menyentuh perutnya. Kan kasian kalo masuk angin gara-gara jaketnya kamu pake.

Tapi Junhoe meraih tanganmu, menempatkan di sekeliling perutnya, lalu menggenggam kepalan tangan kirimu.

Lampu hijau, dan ia kembali menyetir dengan satu tangan, kebiasaannya dulu.

"Tenang aja, kalo jodoh ga kemana kok. Lo bakal dipersatukan Tuhan lagi dengan cara lain kalo emang kalian berjodoh"

Macaron • iKONWhere stories live. Discover now