Sesekali ku lirik ia yang terus saja memandangku dengan tatapan anehnya. Jujur ini begitu risih.
"Liatnya biasa aja kali" kataku. Ketus seperti biasanya.
Dan ia hanya tersenyum, membuat matanya yang kecil membentuk sebuah garis. Manis. Senyum yang dulu selalu ku dambakan.
Tapi itu dulu.
Wajahnya tetap tampan seperti dulu, begitu sempurna ditambah rambutnya yang tetap membuatnya terlihat makin tampan diwarna putih, walaupun sedikit lebih panjang tapi ia tetap memukau.
"Ga potong rambut? Udah mulai gondrong tuh" tegurku setelah mengamatinya.
"Biasanya dulu kamu yang nyuruh aku potong rambut, sampe nganterin ke barber segala" jawabnya cepat, mengingatkanku pada masalalu kita kembali.
Jujur aku tidak ingin seperti ini.
Aku melihat sekeliling, ini kafe tempat kita dulu bertemu untuk pertama kalinya.
"Kamu ngapain ngajak aku kesini lagi?"
Ia menyesap capuchino latte-kesukaannya-sebelum menjawab,
"Aku kangen kamu"
Entahlah dulu aku selalu merasa pipiku begitu panas ketika ia mengatakan ini, tapi sekarang rasanya muak.
"Sabodo"
Ia tertawa, "Kamu belajar jahat dari mana? Dulu kayanya gapernah bisa jahatin aku"
"Kamu bahas yang dulu-dulu mulu ih" tukasku, ia tersenyum.
"Ara.." panggilnya lembut.
"Hm?" Jawabku seadanya.
"Kamu makin cantik aja" pujinya.
"Emang dasarnya udah terlahir cantik kan"
"Ra.." panggilnya lagi.
"Apasih ah?"
"Aku suka kamu..." "...lagi"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ini foto yoyo pas lagi frustasi soalnya ditolak Ara lagi :')