Chapter 9

32.6K 1.7K 3
                                        

NIZAM POV.

Setelah kejadian sebulan yang lalu, aku selalu merasa selalu dihatui rasa bersalah,

"Ma, Nizam tadi malem ngimpi makan bulan,"ceritaku pada mamaku pagi ini.

"Nak menurut, legenda ciungwanara, kalau kita mimpi makan bulan pertanda kita akan dapet anak," jawab mamaku, hingga membuatku tersedak.

"Uhukk...Uhukk, "

"Anak? Apa? Ah tidak mungkin!" Batinku yg membuatku mengacak rambutku frustasi.

"Emang Nizam ngelakuin begituan, nak mama ngga mau kamu nanem benih di sembarang perempuan," tambah mama

"Enggak kok ma," jawabku ringan

"Yaudah ya ma , aku ke kantor dulu nanti keburu siang, see u mam, love u," pamitku pada mama sambil mencium pucuk rambutnya.

Di kantor.

"Thanks Ndra,"terimakasihku pada Andra karena dia kini menyerahkan mobil sport terbarunya untukku, sudah balik nama lagi.

"Yoi bro, eh btw, sebulan yg lalu di hotel kata anak2 elo, nglabrak si Ulet bulu mesum ya di club?" Tanya Bram.

"Iya, akhirnya gue liat pakek mata kepala gue, kalo cewek kayak gitu ngga pantes jadi ibu buat anak2 gue," jawabku dengan penuh keyakinan

"Terus gmana si Naura...?" Tanya David.

"Ngga tau, lagian bodo amat sih, gue juga udah lupain dia, ngga penting dia tu,"jawabku tetapi ada yg mengganjal.

"Oh ya, kemaren pas Nikahan gue dia pucet banget, kayaknya itu efek cinta bertepuk sebelah tangan lagi deh," tambah David.

Brakk...

Pintu ruanganku terbuka dengan kasar

"Bisa saya minta waktu dengan Mr. Nizam?" Tanya wanita itu, ternyata Naura.

"Naura, kamu kok disini, ada urusan apa kamu Ra, muka kamu itu pucet banget," ucap Andra menyapa Naura, ya memang benar wajahnya pucat pasih.

"Ini bukan urusan anda, tuan saya hanya berurusan dengan Mr. Nizam," gertak Naura, yg berhasil membuat sahabatku keluar dari ruanganku

Kini hanyalah aku dan Naura yg saling menatap.

"Aku Hamil...kau puas!" Jelas Naura yg seketika membuatku kaget

"Ngga mungkin itu anak aku, eh Naura kamu aja mau aku tidurin ya pasti mau kan ditidurin sama cowok lain, dasar perempuan murahan," sahutku

"NIZAM!!, ini anak kamu, kalau kamu ngga mau tanggungjawab aku ngga masalah tapi jangan pernah sebut aku wanita murahan!" Bentak Naura lagi.

"pengaruh alkohol yg buat aku, jadi mau sama kamu, oh ya dan saat aku mesra sama kamu, itu karena aku taruhan sama Andra, dan see aku dapet sertifikat kepemilikan mobil sport terbaru," tambahku seakan aku adalah lelaki yg biadab, maaf Naura ini karena aku belum siap menjadi seorang Ayah.

Tak lama kemudian Naura keluar dari ruanganku, aku melihat ke arah mejaku,
Apa ini...

Foto hasil USG,

Namanya tertera Ny. Naura Balqis Wijaya.
Berarti ini anakku...

Brakk....

"BAJINGAN KAMU NIZAM!!," gertak Andra.

"KAMU HAMILIN NAURA? MALEM ITU AKU PESEN JAGAIN NAURA! BUKAN HAMILIN NAURA! ELO PAHAM KAN, ZAM!, "tambah Andra

Bugh...bugh

Sebuah pukulan Andra mendarat di wajahku, ya Andra aku tau kamu menyukai Naura. Tapi Naura mencintaiku.

"ELO NGGA MAU TANGGUNGJAWAB, BIAR GUE YG JADI AYAH BUAT ANAK ELO, DASAR BRENGSEK!,"tambah Andra lagi.

Kata-kata itu membuatku merasakan nyeri di dalam hatiku, Andra mau menjadi Ayah untuk anakku.

AUTHOR POV.

"Ma...maafin Naura..." tangis Naura pada mamanya.

"Kenapa nak?" Tanya mama Naura

"Naura H-hamil ma, hiks...hiks..."Ungkap Naura.

"Kamu hamil, sama siapa nak?" Tanya mama dengan nada yg merintih

"Lelaki brengsek itu ma, dia ngga mau tanggung jawab,"jelas Naura

"Sialan..." Tegas Papa Naura yg mendengar semuanya.

"Gugurkan saja, bayi itu, memalukan! Papa kasih kamu waktu untuk memikirkannya, jika dalam 1 minggu kamu tidak mau maka Papa akan memaksamu." Ucap Papa Naura

"Pa jangan Naura mohon pa, Anak ini ngga salah pa," pinta Naura

"Ayahnya saja tidak menginginkannya Naura, pikirkan lagi, Papa dan mama akan keatas untuk menenangkan pikiran," Tambah Papa Naura.

"Nak, kita harus kuat, kita harus bisa ya, mama akan bawa kamu pergi dari Indonesia, mama akan kasih kamu kehidupan yg layak." Batin Naura.

NAURA POV

Aku harus bisa hidup sendiri, Papa mau aku gugurin anak ini. Anak ini ngga bersalah tapi aku dan lelaki brengsek itu yg salah, aku harus bisa kabur, aku harus bisa pergi dari rumah ini, Mama dan Papa kecewa sama aku.

Aha...aku ini kan lulusan Hubungan Internasional, jadi aku bisa melakukannya, pindah keluar negeri dengan semua pelajaran yg telah aku dapatkan,

Aku juga punya kenalan, di luar negeri, namanya Pam, ia berasal dari Thailand, ya aku akan memutuskan untuk pindah ke Thailand,

Aku mulai menghubungi Pam, dia bekerja di bagian imigrasi, aku akan mudah mendapatkan semuanya, begitu pula dengan identitasku, aku akan bekerjasama dengan beberapa lembaga, itulah hal yg kini aku lakukan,

Semua keluarga sudah mengetahuinya, Mama, Papa, Nauval, dan Nesya.

Aku memiliki tabungan yg cukup untuk kehidupan baruku di Thailand. Itulah yg membuatku tenang.

"Tok...tok...tok..."

"Kak," sapa Nauval

"Kenapa Val?" Tanyaku

"Kak Nauval tau kakak mau kaburkan?" Tanyanya mengagetkanku.

"Tau dari mana kamu?" Balasku bertanya

"Tau dari mana itu ngga penting, tapi apa kakak ngga kasihan liat mama sama papa kak, tapi ya kalau itu keputusan kakak aku bisa apa,"jawabnya

"Hiks...hiks...hiks" tangisku yang langsung disambut pelukan hangan Nauval

"Kak, Nauval minta sama kakak, kakak hubungin Nauval trus ya, Nauval janji bakal kirim uang tiap bulan, buat calon keponakan aku," jelasnya yang membuat tangisku makin menjadi.

Hari ini aku akan pergi dari rumah, kulirik Mama, Papa, dan Nesya serta para pegawai rumah tangga masih terlelap, tapi tidak dengan Nauval yang sudah siap mengantarku ke bandara,
Akhirnya aku dan Nauval bergegas menuju bandara, tidak ada pembicaraan diantara aku dan Nauval, aku senang Nauval berniat untuk menyembunyikan kejadian ini, Nauval juga berjanji akan membantuku membiayai kehidupanku selama di Thailand dengan omset dari Rastautant yang aku dirikan, ya itu semua karena restaurantku makin melejit.

Sesampainya di Bandara...

"Kak, jaga diri ya, aku dan semua pasti akan merindukan kakak,"ujar Nauval

"Iya dek, kakak pasti ingat itu,"jawabku.

"Aku mohon kabari aku, dan aku akan mengunjungimu di sana selama aku ada waktu," pintanya

"Terserah kamu, aku minta jangan sampai rahasia ini terbongkar, aku percaya kamu dek, ini sudah waktunya selamat tinggal dek, I'll miss u all," pamitku pada Nauval dan langsung berlalu menuju ke gerbang keberangkatan di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta.


Hello! Where stories live. Discover now