THE DATE

49.4K 1.8K 1.5K
                                    

===========THE DATE===========


Hari ini adalah pernikahan Manuel Olsen dan Jenny Ding. Harold bingung melihat banyaknya manusia yang hadir. Katanya hanya keluarga besar, tapi kenapa begitu ramai. Yang hadir diluar ekspektasi. Wiliam Ding asli daratan China, ia memiliki keluarga yang kompleks, tiga belas kakak beradik tiri ataupun saudara kandung. Seluruh keluarga datang dari belahan dunia untuk pernikahan putri bungsu Wiliam Ding itu. Belum lagi kolega-koleganya. Pernikahan itu sangat ramai.

Manuel Olsen memiliki kastil yang megah lengkap dengan taman yang menakjubkan. Jenny Ding anak kolongmerat yang paling berpengaruh di Asia, namun entah mengapa dua orang itu memilih menikah di kapel kecil yang ada di pinggir danau kecil nan indah.

Membuat beberapa Helicopter Wiliam Ding hilir mudik di langit mengantar anggota keluarga ke kapel itu. Lala tertawa melihat wajah masam kakak laki-lakinya Kenneth. Sedari tadi kakaknya mendumel melihat kehebohan itu.

"Katanya pernikahan sederhana, sederhana apaan kaya gini?" Ken berujar ngeri menunjuk kapel yang baru seminggu di bangun demi pernikahan itu. Taman yang luas untuk area resepsi dan sisi timur ada parkiran mobil dan landasan untuk beberapa Hellocopter dan bahkan arah selatan dibuat dadakan landasan panjang untuk pesawat pribadi Wiliam Ding hadir ke danau itu. Tidak terbayang berapa banyak pohon tumbang demi landasan itu.

"Harus banget apa yah naik pesawat? Kita naik mobil aja sejam sampai kok.

"Mas, udahlah" Lala tertawa lagi memegang perutnya.

"Ini mah bukan sederhana, riweh bangeet" Dumel laki-laki memakai tuxedo hitam itu.

"Liat tuh lengkap juga dong dibuat studio foto lagi, anjir"

Lala terus tertawa geli. "Sirik, Mas tuh. Mba Githa nikahnya pasti heboh kaya gini juga"

Ken mengangguk setuju. "Jauh lebih heboooh. Aduh pasti kita ampe ke tiga bermuda" Lala tertawa lagi memukul lengan kakaknya.

------------------------------------

"Princess papa cantik banget" Jeremy membalas peluk Indah. Dari Kuala Lumpur kemarin Indah selalu manja padanya, kangen membuat dia manja seakan dia anak bungsu. Belum lagi ayahnya selalu memperlakukan dia benar seperti Princess.

"Oh ya?" Indah tersenyum malu. "Papa gak masalah masuk ke gereja?" Tanya Indah pada Ayahnya yang beragama Islam.

Jeremy mengangguk yakin "Papa gak masalah, kok. Papa harus menghargai Waigong kamu, menghargai ayahnya Marsyah, menghargai tante kamu. Papa happy dengan perjalanan kita ke sini" dia tersenyum tipis. "Kalian berdua baik banget tanya hal remeh itu ke Papa"

"Asyah?"

Ayahnya mengangguk. "Iya dia nanya itu lebih dulu waktu di Kuala Lumpur kemarin" Jeremy membelai pipi putrinya dengan senyum dan tatapan mata sulit untuk diterjemahkan. "May Allah bless you and fulfill your dreams, nak"

Indah memeluknya haru, cukup lama mereka berbincang sampai Patricia Ding menarik suaminya dari Indah, membawa untuk mengenalkan ke beberapa orang. Indah memilih untuk menghampiri Marsyah yang sedang berbincang dengan Artur.

"Indah cantik banget" Kata Artur terpesona melihat Indah, Marsyah berbalik badan ikut melihat. Indah tampak cantik memakai dress putih dan di rambut coklatnya ada Baby's Breath Crowns, mahkota bunga berbentuk lingkaran dihiasi bunga putih kecil-kecil.

"Makasih abang" Kata Indah tersenyum tipis "Indah mah dari dulu emang cantik"

Artur tertawa tidak menepis fakta. Dia salah satu manusia mengikuti puberty gadis itu. Cantik, angkuh namun juga menggemaskan gak heran adiknya Marsyah selalu menaksir gadis itu.

It's a curious wanting thing. [ complete ]Where stories live. Discover now