Indah bangkit dari posisi baringnya, menyingkirkan bantal yang ada di pangkuan Marsyah ke ujung kursi untuk ia bersandar. Kedua kakinya ketekuk melangkahi pangkuan Marsyah.
Marsyah melirik curiga dari senyuman Indah yang genit, gadis itu sengaja mendekatkan tubuhnya ke dia. Dan menarik kepalanya ke untuk bertatapan. Namun tidak ada sepata katapun ia ucapkan. Marsyah mengalihkan tatapannya namun Indah menariknya kembali. "Apa.?"
"Tau apa yang paling aku suka di dunia ini?"
"Indomie"
"Ugh" Indah mendengus. "Yang aku suka itu-"
"Coklat yang pahit"
"Syah, dengerin dulu! Yang aku suka itu-"
"Mandi dua jam, berendam di buthup ampe keriput, main hanpone dan nyanyi bak seperti Ariana Grande, alias gak jelas selama dua jam itu"
"Love!" ancam Indah geram. Marsyah tersenyum geli. "Sayang bisa diam dulu? dengerin aku" ucap Indah kesal namun terdengar manja. Ia mengigit pelan bahu Marsyah dan memeluknya.
"Yang aku suka itu-"
"Meluk aku" Jawab Marsyah membalas pelukannya, "Atau lebih tepatnya pelukan?"
Indah tersenyum malu karena akhirnya tepat sasaran, meski bukan ia yang menyebutkan kesukaannya tersebut. Bibir mengecup lembut leher it dan hidung menghirup dalam, Mata memandang ribuan bintang yang bersinar di angkasa yang begitu jelas karena letak apartemen itu berada di puncak gedung dan berdinding kaca transparan.
"Kamu tumben kayak gini, biasanya selalu gila bikin perut aku sakit ketawa"
"Kamu juga tumben, gak buat aku nangis"
Marsyah terkekeh pelan. "Kamu aja kali yang ngambekan, kalau aku yang buat salah, kamu marah, aku wajib minta maaf. Tapi kalau kamu yang buat salah, aku marah kamu jauh lebih marah, akhirnya aku juga yang harus minta maaf. Aku bentak, kamu ngambek, aku diamin, kamu nangis. Dasar orang aneh" ucap Marsyah mengigit pipi Indah gemas. Indah ikut tertawa malu, dan merasa dirinya memang aneh karena tidak bisa menyangkal fakta itu.
Indah melepas pelukannya, mengambil sesuatu dari kantong baju tidurnya. "Sayang bisa turun dari pangkuan aku?" pintah Marsyah agar Indah tidak menduduki satu kakinya. Indah menggeleng dengan senyuman manisnya. Menarik lengan Marsyah ke arahnya dan memasangkan gelang mas putih yang ada batu permata menghiasnya.
Selesai ia memasang ia tersenyum sendiri menatap gelang itu begitu cantik tersematkan di tangan yang tepat. Indah mendongak menatap Marsyah, tersenyum manis dan menyentuh pipinya lembut. "Happy Birthday Sayang," Ucap Indah menatap matanya lembut.
Lambat, degup jantung yang seperti hendak meledak membuat ia gugup memajukan wajahnya pelan, hendak mencium bibir Marsyah, namun Marsyah menarik mundur. Indah tersenyum miris, menarik kepala gadis itu, menahan nafas mengecup ujung bibir gadis itu lama, memejamkan mata, menikmati rasa yang tercipta setiap kulit itu bertemu. Kemudian ciuman itu naik mengecup lembut pipi itu.
Marsyah mengendik geli saat nafas Indah menggelitik telinganya. "Happy Birthday. Trimakasih telah lahir kedunian ini" ucap Indah berbisik lirih. Trimakasih telah lahir kedunian ini, kalimat itu adalah kalimat wajib di ucapkan Indah setiap ia berulang tahun, kalimat sederhana namun terasa kuat memperjelas bahwa hidupnya sangatlah berharga untuk gadis itu. Indah memejamkan matanya, bernafas berat menaran rasa di dalam dada. "Love" bisik Indah nyaris tak terdengar. "Kamu harus beranggung jawab, aku seperti benar-benar jatuh cinta sama kamu"
Marsyah hendak mendorong Indah menjauh, namun Indah menggeleng lemah, menyatukan kening mereka behadapan dengan menekan prasaannya yang ingin menangis karena begitu sakit memendam prasaannya. Ia tidak berani membuka matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's a curious wanting thing. [ complete ]
Teen Fiction*Ndah kalo suka sama seseorang enaknya di ungkapin atau di pendem?:') =enakan di pendem sih kalo gw. *Tapi nyesalnya jauh lebih ngenes, hiks *Tapi kak masa hanya cuma bisa mengagumi, tanpa di cintai... = "aku mencintaimu, itu uru...