"Selain tadi kau menyentuh lengannya, apa kau ingat kapan kau menyentuh putrimu itu ha.?!! Saat dia umur 10 tahun kau menendang dia yang mencoba melindungi aku dari kau yang membati buta karena alkohol. Setelah itu,"
Artur menggeleng
"Bahkan kau tidak penah menatap putrimu. Kau melewati dia yang terus mengikutimu dari belakang. Kau pergi dan pulang setelah 6 bulan di bali. Itupun karena hotel di padang mengalami krisis. Setelahnya, entah berapa tahun. Tiga.? Empat.? Atau setelah Enam tahun kau baru kembali lagi kerumah itu he.?
Saat itu kedatanganmu menjawab harapan dan seluruh doanya yang mendambakan sentuhan sayang darimu. Tapi sayang, lagi, lagi, dan lagi kau menghancurkan harapannya. Dia memimpikan tanganmu mengelus kepalanya, bukan pukulan tangan di pipinya. Bukan makian pedas tidak tau trimakasih. Kau mendang kakinya keras namun rasa sakitnya teras di hati. Tamparan keras kau torehkan di wajahnya, hanya karena dia bersihkeras ingin kuliah di bandung bersama Indah. Setelah itu bahkan kau pergi meninggalkannya lagi."
Artur menyeka air matanya dengan kera bajunya seperti anak kecil. Penampilannya terlihat sangat brantakan karena emosi meledak ledak. Wajahnya sembap. Rambutnya brantakan karena sedari tadi di tarik dan di acak-acak melampiaskan rasa sakitnya.
"Daddy, dimana rasa malumu saat membanggakan anak yang tidak pernah kau sentuh itu? umurnya baru 24 tahun. Masih layak bermalas malasan kuliah seperti Indah. Masih layak meminta uang ke orang tuanya. Masih layak bergantung hidup pada orang tuanya. Masih layak menikmati kehidupan mudanya. Bukan berkerja secara gila-gilaan dari umur 18 tahun.
Apa kau tau saat dia di Dubai, bekerja untuk prusahaan besar yang kau banggakan tadi dia berkerja seperti orang gila.? Dia hanya bisa tidur dari jam 9 malam hingga 1 pagi, kemudian dia harus sudah harus sampai di kantor pukul 3:30 pagi untuk memantau prekembangan transaksi, kemudian pukul 9 dia harus menjalani tugasnya yang lain hingga 7 malam. Itu yang kau inginkan darinya.? Kenapa ucapan untuk memperhatikan kesehatannya malah terdengar dari mulut orang lain.? Dia sering pingsan, dia sering mengeluh kepalanya sakit.
Tapi sukurnya aku tidak lagi menemaninya di ujung telpon. Aku telah mampu terbang dan langsung memeluknya. Menemani dia menahan sakit. Aku sangat prihatin melihat cara dia menjalani hidup.. Aku menyuruhnya berhenti bekerja, karena tabungannya yang mengalahkan tabunganku berlikali lipat. Hasil bisnis franchise-nya yang di tangani Istriku malah ia suruh untuk menjadi modal lagi sampai franchise-nya menjamur. Dia sudah bisa hidup tenang sampai dia mati, tapi dia menolak dengan alasan. Dia merasa kesepian jika tidak sibuk.
Dan barusan, aku kembali melihat arogansimu terus melawan orang yang telah merawat putrimu.Mereka, keluarga Sugandi-lah yang memberi kasih sayangnya selama kau mengabaikannya bertahun-tahun. Wanita ini yang menemaninya saat putrimu panik menghandapi Mens pertamnaya. Keluarga ini yang memeluknya anak kecil yang di tinggal ayah brengseknya itu.
Di doa mereka dia mendengar namanya di sebut.
Pernahkan nama putrimu kau sebutkan dalam doamu Dad?"
"Artur" panggil Daddnya dengan menyeka ingus dan air matanya. "Maaf"
"Tidak Dad. Mintalah maafmu pada putrimu itu. Karna hanya dia yang masih memohon pertolongan Tuhan untuk menyampaikan rasa sayang dia ke kau ayahnya. Jika aku, aku akan memaafkanmu setelah kau mati. Jika bukan demi Marsyah, aku tidak sudi memangilmu dengan sebutan itu."
Artur mengambil gelas berisi air dan menyiramkan ke kepalanya yang terasa panas dan sembap. Mengacak rambutnya dan mengusap wajahnya. Dia mengambil Jas dan bersiap pergi.
"Mimpi terbesar dalam hidup dia hanya memandang langit bersamamu, dan jangan pernah bangunkan dia jika itu terjadi, karna dia tidak ingin terbangun dari mimpi itu. Sepertinya alasan dia bertahan hidup juga telah lenyap"

YOU ARE READING
It's a curious wanting thing. [ complete ]
Teen Fiction*Ndah kalo suka sama seseorang enaknya di ungkapin atau di pendem?:') =enakan di pendem sih kalo gw. *Tapi nyesalnya jauh lebih ngenes, hiks *Tapi kak masa hanya cuma bisa mengagumi, tanpa di cintai... = "aku mencintaimu, itu uru...