Hopelessly Devoted To You 🖤

34.3K 1.7K 632
                                    

*. Rencanya mau update sekaligus langsung ending di chapter ini, tapi nanti kaya maksa banget, padahal di arsip aku gak gitu. Cuma demi cepat ending cut sana sini tar pada protes. Gila posesif bgt kalian tuh.

*. Kalian kayaknya gak suka ending mengantung ya, padal seru loh. Karena saya penggemar A barely breathing story haha ada nyeri-nyeri gitu. Tapi ya udah aku bakal tulis sampai bener ending, ikut ini ada tiga chapter sudah selesai, mau aku buka untuk publik satu persatu kaya dulu aktif nulis atau nunggu aja seabrek sampai ending? please vote. kalau seabrek tunggu kelar yah, gak akan sampai sebulan kok.

*. satu lagi dan yang terpenting, chapter ini ada banyak kata, alias panjang, kalian masalah gak sih kalau panjang? karena dari dulu aku deskripsi detail. aku lupa normalnya satu chapter berapa kata, dah puluhan tahun gak main wattpad

 aku lupa normalnya satu chapter berapa kata, dah puluhan tahun gak main wattpad

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.
Batas

===Hopelessly Devoted To You 🖤===

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

===Hopelessly Devoted To You 🖤===

Indah dan Marsyah tiba pukul tiga pagi. Kastil megah itu sungguh hening dan dingin. Marsyah melihat Patricia Ding terlelap tidur. Ada Lala di ujung kasur. Marsyah meletakan buket mawar putih yang dia beli untuk Indah di kota tadi ke atas nakas. Dia membersihkan tubuhnya, mengganti baju tidur kemudian naik ke tempat tidur. Memeluk punggung wanita paruh baya itu.

Marsyah teringat perkataan Sabai. Cewe yang selalu berpikiran kompleks itu mengaku pernah membohongi Indah. Sabai mengaku pernah menjelek-jelekan Patricia Ding pada Indah. Mengatakan bahwa ibu Indah itu memanfaatkan Masyah demi uang. Telah memperalat Marsyah semenjak SMP, hanya demi keuntungan pribadi. Tidak benar-benar menganggapnya sebagai anak. Ibunya hanya menginginkan uang Marsyah.

Padahal faktanya Patricia Ding adalah anak pertama dari seorang Williams Ding. Billionaire Asia yang terlalu jauh untuk dibandingkan pada apa yang dimiliki Olsen Manuel. Meski tidak setajir ayahnya, Patricia Ding berhasil menjadi bisnis woman yang memiliki passive income menggurita, pintar mencari peluang. Bukan cuma gemar mengoleksi barang branded, namun juga gemar mengoleksi Private Island. Gemar membangun Rumah sakit dan pom bensin lagi dan lagi.

It's a curious wanting thing. [ complete ]Where stories live. Discover now