Marsyah masuk kekamar Indah, menatap perih berselimutkan rindu pada Indah yang terbaring lemah di tempat tidur. Ia menyeret kursi ke samping ranjang itu dan duduk membelai kepala gadis itu lembut. Petir memantak dari kepala merasuk hati seraya dia mengetahui bagaimana prasaan Indah karena sikapnya, di sana, tersakiti. Topan badai menerpa arteri mengisi denyut nadi, menyadari gadis yang ada di luar jangkauannya, bersedih. Karenanya
"Asyah" suara igauan Indah terdengar lemah.
"Iya sayang, aku disini" jawab Marsyah meneteskan air mata yang membuat sesak. Indah membuka matanya perlahan, menoleh pada Marsyah yang duduk di bangku, air mata menetes pelan. Ia menggengam tangan kiri Marsyah dan meringkuk memeluk tangan itu ke arahnya. Marsyah membelai lembut yang ada di kening Indah, Indah semangkin meringkuk ke arahnya, memeinta di peluk pada orang yang menhujamkan rindu pada nadinya.
. Marsyah menunduk, mencium kepala Indah yang ada di pelukannya. "Sayang aku panas banget" ucapnya mencium rahang pipi Indah yang terasa hangat. Di mata Indah yang terpejam, air mata menetes perlahan. "Minum obat ya sekarang?" Indah menggeleng pelan. "Kenapa?" tanya Marsyah sedih.
"Obat pereda nyeri itu gak mampu meredahkan rasa nyeri di hati aku. Aku gak mau sembuh. Kalau badan aku sembuh, rasa sakit hati aku malah terasa nyiksa"
"Indah ka-"
"Kamu jahat Syah.Kamu gak sayang lagi sama aku." Suara Indah terdengar lemah, merengek manja namun mendekap perih. "Kamu bela dia dari pada aku, kamu bentak aku, kamu tampar aku. Kamu gak sayang sama aku"
Marsyah semangkin erat memeluk kepala Indah yang meringkuk ke arahnya. "Maafin aku, aku bukan bela dia, aku gak mau kamu menghina orang. Aku sayang kamu Ndah, cuma kamu." Bisiknya terisak pelan di telinga Indah. Indah mundur kepalanya dari pelukan Marsyah. Marsyah mengusap air mata Indah dengan punggung jemarinya.
"Aku ngak ngerti, kalau kamu memang punya perasaan yang sama dengan aku, kenapa bisa serumit ini? Atau kamu hanya berusaha memperumitnya supaya aku ngak pernah sekalipun berhasil sampai ke sana?
Apa semua cinta seperti ini? Hanya satu pihak yang berusaha meraih ke pihak lainnya? Tolonglah Syah, biarin ini lebih sederhana. Aku hanya mau kamu. Kalau kamu mau aku kenapa kamu gak mau menyederhanakan cinta.?"
"Apa kita gak bisa tetap seperti ini aja Ndah tanpa ucapan cinta dari aku? Tanpa status hubungan? Bukannya cinta itu yang penting orang yang di cintai ada di dekatnya? Bukannya hanya melihat dari jauh aja sudah membuat bahagia? Bukannya apa adanya kita sekarang sudah lebih dari cukup.?"
"Enggak.itu bulshit." Indah melepas kasar tangan Marsyah yang ia genggam. "Yang ada sakit setiap ngeliat kamu yang pengecut. Sakit ngeliat orang yang aku cintai gak cinta sama aku. Sudalah, sudah cukup aku ngemis di kaki kamu. Pergilah, aku gak mau ketemu kamu lagi. Aku bersumpah, aku bakal buang prasaan ini seperti membuang memori tentang kita. Jangan paksa aku buat berteman sama kamu karna itu nyakiti rasanya. Aku harap kamu gak bakal pernah ngerti gimana rasanya di maki bahkan di tampar dengan orang yang kamu cintai. Karna itu sakit banget rasanya"
"Indah, aku mohon. Aku bakal bayar semua rasa sakit kamu. Bukannya yang terpenting kamu bisa meluk aku sepuas hati kamu? Kalau kamu pergi apalagi yang pantas aku tunggu mengorbankan sisa waktu hidup aku? Dari dulu cuma kamu alasan aku bertahan hidup Ndah"
"STOP MAINI AKU!! Aku kecewa banget sama kamu. Pergilah aku gak mau ketemu kamu lagi!! Pergi pergi!! Demi Tuhan.Aku bersumpah buang prasaan kotor ini!!"
~~~***~~~ ~~~***~~~ ~~~***~~~
Indah terbangun karena mendengar suara berisik di sekitarnya. Ia melihat ada ayahnya dan Daddy Marsyah terlibat perang dingin lagi. Kamar itu amat luas dan memiliki tiga sova dan dua kursi kayu di sudut dekat pohon yang memiliki daun lebat. Ada Daddy dan calon ibunya-Marsyah duduk di sova sisi kiri tempat tidur Indah. Ada Artur duduk di sova sisi kanan kamar di samping mamanya duduk.

YOU ARE READING
It's a curious wanting thing. [ complete ]
Teen Fiction*Ndah kalo suka sama seseorang enaknya di ungkapin atau di pendem?:') =enakan di pendem sih kalo gw. *Tapi nyesalnya jauh lebih ngenes, hiks *Tapi kak masa hanya cuma bisa mengagumi, tanpa di cintai... = "aku mencintaimu, itu uru...