"Deek!"
Jimin masih berada di depan kamar mandi sambil memegang benda keramat milik Wendy.
"Lho, Bang Jim?" tanya Wendy terdengar heran. "Kak Jin kemana?"
"Baju lo nih!" Jimin mengabaikan pertanyaan Wendy, dan lebih memilih langsung ke inti pembicaraan.
"Iya, bentar adek bukain," ucap Wendy.
Jimin sedikit harap-harap cemas ketika Wendy akan membukakan pintu kamar mandi.
Celah kecil terbentuk ketika Wendy membuka pintu tersebut. Menampilkan Wendy yang sedikit berantakan, tetapi masih dengan pakaian yang lengkap. Tak sesuai dengan dugaan Jimin.
"Kok minta ambilin baju ganti kenapa, dek?" tanya Jimin tiba-tiba ketika tak melihat sesuatu yang aneh pada adiknya tersebut.
"Ini, tadi basah pas lagi nyiram," Wendy berbalik perlahan, memperlihatkan baju bagian belakangnya yang basah. "Jadi sekalian aja. Lagian gerah juga sih."
Wendy kemudian kembali menghadap Jimin untuk menerima dalamannya yang tadi ia minta. Kini dalaman Wendy yang berada di tangan Jimin telah berpindah pada pemiliknya.
"Makasih, Bang Jim."
Wendy menutup pintunya kembali.
Namun selang beberapa detik, pintu kembali terbuka. "Bang!"
Jimin menoleh. Ia tak jadi duduk di sofa, dan berbalik menghampiri Wendy lagi. "Apaan?"
"Anu, satu lagi," Wendy memberi tanda pada Jimin agar cowok itu mendekat, lalu berbisik, ".. itu.. tolong bukain kaitan belakang adek. Gara-gara infus, adek jadi susah bukanya."
Permintaan Wendy dengan raut muka polos itu sontak membuat Jimin berpikiran gila selama sepersekian detik. Bagaimana bisa ia berpikiran untuk ikut masuk ke kamar mandi agar ia bisa memuaskan hasratnya. Buru-buru ditepisnya pikiran liarnya barusan.
Bangsat ni bocah.
"Bang?" panggil Wendy.
"Iya, bentar ah," tangan Jimin pelan-pelan masuk ke dalam baju gadis itu melalui kerah belakang, lalu mencari letak kaitan yang dimaksud Wendy. Setelah ia menemukan, segera saja cowok itu melepasnya.
"Bisa lo buka baju sendiri? Infusnya ganggu nggak?" tanya Jimin. Yang ini ia bertanya karena khawatir. Modusnya? Cuma sedikit kok.
"Bisa kok. Ntar kalo nggak bisa, biar adek panggil abang lagi," ucap Wendy.
"Oke, sip," sahut Jimin. "Panggil aja."
"Eh, dek..." Jimin menahan kalimatnya. "Besok-besok jangan minta tolong selain abang, sama Taehyung kalo lagi di toilet."
"Emang kenapa, bang?" tanya Wendy tak mengerti.
Ini bocah bege apa polos ya? Gue polosin juga nih lama-lama! umpat Jimin dalam hati.
"Astaga.." gumam Jimin menyadarkan dirinya sendiri.
"Bukan muhrim!" cetus Jimin sebal sambil menutup pintu kamar mandi tersebut.
Untung gue sabar! batinnya.
*
Menjelang sore hari, Taehyung sudah kembali berada di kamar Wendy. Ia merasa jauh lebih baik setelah mendapatkan satu kantong cairan infus dan beberapa obat yang tadi dikonsumsinya.
Seokjin juga tak tampak lagi keberadaannya. Sekitar pukul dua siang tadi, ia pamit karena memiliki janji bertemu seseorang. Jimin tentu saja maklum. Ia merasa terbantu dengan kehadiran Jin meskipun hanya sebentar.

YOU ARE READING
Bang! | p.jm-k.th-s.sw
FanfictionFluffy drabble(?) story, tentang Wendy dan kakak kembarnya Jimin & Taehyung yang punya sister complex! Beware of cringey words! cover by me :)