-xiv-

2.8K 432 95
                                    

Setelah hampir 2 minggu berada di rumah sakit, Jimin akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah. Namun ia tetap harus kembali ke rumah sakit untuk melakukan fisioterapi.

Di rumah, terpaksa ia harus tidur di kamar tamu, karena kamarnya berada di lantai dua. Taehyung dan Wendy pun harus siap siaga bila Jimin memerlukan sesuatu. Bahkan terkadang Taehyung tidur bersama Jimin.

Saat Jimin masih dalam tahap penyembuhan, cowok itu tak.lagi bisa mengantarkan Wendy sekolah. Sedangkan Taehyung tak bisa setiap hari mengantarkan Wendy, karena ia memiliki jadwal kuliah. Apalagi kelas pagi yang diambilnya diampu dosen yang cukup strict. Membuat cowok itu harus berangkat lebih pagi. Sehingga tidak sempat mengantar Wendy, seperti pagi ini.

"Hari ini Bang Tae bener-bener nggak bisa anterin adek?" tanya Wendy pada Taehyung yang sedang menghabiskan sandwich-nya.

Taehyung menggeleng. "Aduh dek. Nggak bisa. Dosen Bang Tae galak banget hari ini. Abang nggak bisa telat!"

"Lah, terus Wendy dianter siapa dong? Bang Jim kan kakinya masih kayak gitu," tukas Wendy sambil cemberut.

"Gue ada ide," tiba-tiba Jimin keluar dari kamar tamu. Masih tertatih-tatih, karena belum terbiasa menggunakan kruk-nya.

"Bang Jim kok keluar sih? Ini mau Wendy bawain ke dalem sarapannya," ujar Wendy.

"Bang Jim bosen sarapan di kamar terus adek!" sungut Jimin.

Wendy yang tadinya membawa nampan ditangannya buru-buru meletakkannya ke meja. Lalu cewek itu membantu Jimin duduk di kursi.

Wendy kemudian menyorongkan nampan berisi sarapan milik Jimin.

"Jadi apa tadi idenya, bang?" tanya Wendy mengingatkan.

"Oh ya, hampir aja lupa," Jimin mencomot sandwich-nya. "Kenapa adek nggak bareng Bang Suga aja. Dia ada jadwal ngajar kan hari ini?"

"Kak Suga?!" Wendy tersentak kaget.

"Phiihe hu, Him!" puji Taehyung dengan mulut terisi penuh makanan. (Pinter lu Chim)

Taehyung memasukkan potongan terakhir sandwich-nya ke dalam mulutnya. Menyeruput jus jeruk, kemudian beranjak dari duduknya.

Setelah menelan seluruh makanannya, cowok itu berseru, "Gue buru-buru! Jadi gue berangkat duluan. Adek bareng Bang Suga aja ya!"

"Yaah, Bang Tae, kok gitu sih! Adek nggak mungkin kan berangkat bareng Kak Suga!" tolak Wendy.

"Kenapa enggak? Pulangnya abang jemput deh! Janji!" bujuk Taehyung.

Sebelum Wendy sempat menjawab, Taehyung buru-buru menambahkan.

"Berangkat dulu! Assalamu'alaikum!" pamitnya.

"Bang Tae!" panggil Wendy putus asa.

"Wa'alaikumsalam," jawab Jimin.

"Bareng Bang Suga ajalah, dek. Abang telponin sekarang nih," ujar Jimin sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"Yaah, Bang Jim. Wendy, kan... malu," Wendy tertunduk malu.

"Segitu sukanya ama Bang Suga?" goda Jimin. "Ati-ati potek, ntar."

"Apaan sih! Enggak kok! Wendy kan cuma.. mm.. cumaa.." gadis itu mencoba mencari-cari alasan yang lain, "... kalo muncul gosip di sekolah gimana?"

"Nggak bakal. Emang kalian pacaran? Nggak kan?" ucap Jimin. Namun kata-kata Jimin terakhir cukup menusuk hati Wendy.

Emang nggak pacaran, sih. Tapi kaan tetep aja...

"Abang telponin sekarang aja. Keburu berangkat ntar, Bang Suga," ucap Jimin sembari membuka kontaknya. Diteleponnya seniornya tersebut. Tanpa basa-basi cowok itu meminta tolong agar Suga mau memberikan tumpangan untuk Wendy.

Suga mengiyakan permintaan Jimin. Cowok itu juga berpesan bahwa ia akan berangkat 5 menit lagi.

Setelah berterima kasih, Jimin segera memutuskan sambungan telepon.

"Siap-siap, gih! Bentar lagi Bang Suga kesini," ujar Jimin sambil mencomot potongan sandwich yang tersisa di piringnya.

Wendy mengumpat pelan, lalu berlari ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Sepuluh menit kemudian gadis itu kembali menghampiri Jimin di meja makan.

Jimin sedikit heran dengan tampilan adiknya hari ini. Ada yang berbeda. Adik perempuannya itu menambahkan semprotan parfumnya dan menambahkan sedikit lip tint di bibirnya.

"Duilee, yang mau berangkat bareng gebetaaan! Parfumya kemana-mana neng!" Jimin tak henti-hentinya menggoda Wendy.

"Bang Jimin diem deh!" Wendy manyun mendengar ledekan kakaknya itu.

Tiiin! Tiiin!

Terdengar suara klakson dari depan rumah. Mungkin itu suara motor Suga. Wendy buru-buru ke depan untuk memastikan siapa yang datang.

"Siapa, dek?" tanya Jimin nyaring.

"Kak Suga udah dateng, Bang! Adek berangkat dulu, assalamu'alaikum!" Wendy balas berteriak untuk berpamitan.

"Wa'alaikum salam!" terdengar sahutan Jimin dari dalam rumah.

Gadis itu keluar menemui Suga lalu menghampiri cowok itu. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, cowok itu menyerahkan helm kepada Wendy.

"Makasih Kak Suga, udah nebengin Wendy," kata Wendy sambil menerima helm yang disodorkan Suga.

"Naik, buru!" ucap Suga.

Wendy segera naik. Namun karena motor Suga adalah motor dengan cc cukup besar, Wendy cukup kesulitan. Sehingga ia terpaksa berpegangan pada pundak Suga.

"Udah?" tanya Suga.

"Ya, kak!"

"Pegangan! Ntar jatoh, lagi," pesan Suga.

Wendy mencubit kecil jaket Suga untuk berpegangan.

"Pegangan yang bener, Wen," cowok itu menarik tangan Wendy ke pinggangnya. Dengan canggung, Wendy memindahkan tangannya yang satunya ke pinggang Suga. Tak terasa, senyum gadis itu mengembang.

Skinship sama Kak Suga, assa!

Kemudian motor tersebut sudah melaju ke jalanan, menuju sekolah mereka berdua.

Lima belas menit kemudian, mereka hampir sampai di sekolah. Wendy kemudian memanggil Suga.

"Kak, turunin Wendy di gang sebelum sekolah aja," pinta Wendy tahu diri.

"Kok gitu? Nggak masuk sampai dalem?" tanya Suga.

"Nggak. Kalo ada yang lihat Kak Suga boncengin aku, terus nyebar gosip aneh-aneh gimana?" ucap Wendy khawatir.

"Kebanyakan liat drama, lu, Wen," meski berkata begitu, cowok itu menuruti permintaan Wendy.

Wendy turun di gang sebelum sekolah. Setelah mengucapkan terima kasih, Wendy pamit, dan berjalan menuju sekolahnya.

Sedangkan Suga mengawasinya dari belakang. Dipandanginya Wendy dari belakang.

Cute!

Suga terkekeh sendiri. Kemudian cowok itu tersadar. Ada yang aneh dengan dirinya.

Wendy terlihat begitu imut dari tempatnya memandang saat ini. Suga menggelengkan kepalanya beberapa kali, mengusir Wendy dari pikirannya.

Kenapa ia berada di pikiranku? She's not even my type!

*

Bang! | p.jm-k.th-s.swWhere stories live. Discover now