Part 45

1.3K 42 0
                                    

By : Aprilia C. Ayu

"Bagaimana keadaan saya tabib? Tanya jalal saat tabib memeriksa jalal
"Tuan sepertinya kaki tuan mengalami cidera parah. Butuh waktu lama agar tuan dapat berjalan seperti normal. Mungkin untuk saat ini tuan bisa gunakan tongkat. Nanti saya berikan beberapa ramuan khusus untuk mempercepat proses penyembuhan" ucap tabib
Jalal merasa dirinya hancur. Dia berfikir bagaimana caranya pulang dengan keadaan kakinya yg seperti itu. Butuh waktu berapa lama lagi untuk terpisah. Sebulan? 2 bulan atau selamanya hanya waktu yg menjawab.
"Baiklah tabib saya serahkan semuanya dengan tabib. Saya percaya pasti tabib memberikan yg terbaik" ucap jalal pasrah dan mencoba iklas
"Tuan sebenarnya ada seorang tabib yg ahli tulang namun dia berada di kerajaan tetangga dan seperti yg kita tau kerajaan ini dan tetangga sedang bermusuhan. Tidak akan mungkin raja jalal mengijinkan tabibnya kemari" ucap tabib itu
Rasanya jalal tidak bisa menelan ludahnya sendiri. Bahkan sebenarnya jalal sendiri kurang tau duduk permasalahannya mereka bermusuhan sejak kakek jalal menjadi raja. Kini dia tau akibat dari permusuhan itu, seandainya mereka tanpa masalah pastilah sekarang jalal tidak perlu menyembunyikan jati dirinya dan sudah berkumpul dengan jodha.
Jalal hanya tersenyum tipis mendengar ucapan tabib.
"Akbar sebaiknya kamu sering2 latihan menggunakan tongkat ini" ucap maya yg dtng dengan sebuah tongkat dari kayu yg dipatahkan
"Terimakasih maya. Kau begitu cepat mendapatkan tongkat ini" ucap jalal
"Iyaa ini tongkat milik peninggalan ayah. Ayah dulu adalah nelayan namun karena ayah terlalu jauh melaut hingga melaut diperbatasan nusantara sehingga ayah mendapatkan hukuman hingga menyebabkan kakinya patah. Kita tidak ada biaya sehingga tongkat ini sangat membantu. Namun luka ayah membusuk dan akhirnya tiada" ucap maya dengan mata berkaca2
Sekali lagi jalal merasa bersalah.
"Maya maaf aku tidak tau jika ayahmu sudah tiada" ucap jalal iba
"Tidak masalah akbar. Hanya 1 yg aku sesali seandainya dunia ini penuh perdamaian pasti ayah menemani aku lebih lama lagi" ucap maya lirih
"Maya apa kmu membenci kerajaan nusantara? Tanya jalal
"Tidak. Ini semua takdir jika aku membenci kerajaan nusantara apa bedanya aku dengan mereka. Harapanku hanya 1 jika ku bertemu raja jalal aku ingin dia menghapus permusuhan ini" ucap maya
"Aku pasti menghapus itu maya" ucap jalal tiba2
"Knp akbar? Tanya maya
"Oh bukan apa2" ucap jalal
"Kau beruntung begitu memiliki banyak perhiasan setidaknya dapat mengobati lukamu dan tidak membiarkannya tambah parah" ucap maya sambil membantu jalal berdiri
"Maya boleh aku tau dimana sungai perbatasan tempat aku jatuh? Tanya jalal
"Untuk apa? Disana bahaya. Jalannya sangat terjal dan banyak prajurit berjaga. Nanti kamu malah disangka penyelundup" ucap maya memperingatkan
"Tidak sekarang juga sih. Yaa setidaknya saat aku sudah sembuh nanti" ucap jalal
"Baik aku akan mengantarmu tapi hanya dari jauh yaa" ucap maya
Jalal mengangguk dan mulai belajar melangkah menggunakan tongkat.
"Hati2 akbar" ucap maya memperingatkan

***

Jodha sedang berbenah sebelum pindahan. Jodha mengambil sebuah jubah jalal dan memeluknya.
"Entah hingga kapan aku berharap tapi sepanjang aku hidup selama itu aku percaya kau ada jalal" ucap jodha sambil mencium jubah itu
"Aku bahkan masih bisa mencium aroma badanmu dijubah ini dan ku merasa dekat denganmu" batin jodha
"Jodha" suara jalal memanggil
"Jalal" ucap jodha sontak berbalik.
"Aku merindukanmu jalal" ucap jodha seketika memeluk jalal tapi saat dia memeluknya bayangan jalal menghilang dan ternyata dia hanya berhalusinasi. Jodha mulai menangis.
"Andai kamu merasakan rasa rinduku jalal. Rasa yg sungguh menyiksa menghirup udara namun tanpamu" ucap jodha lirih
"Jodha" panggil hamida
"Jodha berhentilah menangis" ucap hamida menghapus air mata jodha
"Setiap detiknya hati jodha selalu menangis menahan rindu walaupun tidak terungkapkan bu" ucap jodha
Hamida memeluk jodha.
"Bahkan ibu juga sama merindukan jalal sepertimu" peluk hamida dan meneteskan air mata
"Jodha sebelum kamu menyamar kita ke gua arjuna indra jaya ya? Ibu ingin kita meminta berkah darinya" ucap hamida
"Tapi perjalanan kesana membuatku mengingat kejadian pahit bersama atifa dan jalal" ucap jodha getir
"Tapi perjalanan kesana perlu dilakukan jodha. Kita harus kesana ibu mempunyai firasat disana kita menemukan petunjuk" ucap hamida
"Baiklah bu jika itu menurut ibu yg terbaik. Jodha berusaha tegar untuk kesana" ucap jodha

Kasta dan CintaWhere stories live. Discover now