#135 Kursi Roda

8.7K 750 34
                                    

Sumber: Scaryforkids
Translate: Author

Pada tahun 1984, ada seorang wanita tua yang tinggal sendirian di sebuah mansion berlantai dua. Si wanita lumpuh dari pinggang ke bawah, sehingga ia terpaksa memakai kursi roda. Ia benar-benar tidak bisa bergerak. Ia juga tidak bisa merawat dirinya sendiri. Sejak kematian suaminya, ia memiliki seorang perawat yang mengunjunginya setiap hari untuk membantunya beraktivitas.

Ada sesuatu yang membuatnya tambah kesulitan, yaitu kenyataan bahwa dua lantai di mansionnya hanya dihubungkan oleh sebuah tangga tua. Saat si wanita tua butuh pindah dari lantai satu ke lantai lainnya, si perawat harus mengangkatnya lalu membawa tubuhnya yang lemah seperti bayi, baik naik maupun turun tangga.

Suatu hari, polisi menerima panggilan dari seorang janda tua yang ketakutan. Ada sebuah pembunuhan. Karena saat itu tidak ada banyak unit polisi sedangkan pembunuhan telah terjadi, maka mereka hanya mengirim seorang detektif untuk memberikan laporan awal di tempat kejadian perkara.

Saat detektif tiba, ia menemukan si perawat terbaring di lantai dalam genangan darah. Lengan dan kakinya miring dalam posisi aneh. Tenggorokannya juga telah sobek. Si wanita tua duduk di kursi rodanya di atas tangga sambil menonton si detektif. Ia diam saja, terlihat sangat terkejut. Si detektif tidak segera mencurigai wanita tua karena ketidakmampuannya bergerak menaiki dan menuruni tangga. Juga karena ia terjebak di atas sana pada saat pembunuhan terjadi. Hal itu mirip dengan kematian suaminya beberapa tahun yang lalu. Laki-laki itu mati lemas dalam tidurnya saat berada di lantai bawah.

Si detektif memakai sarung tangan, lalu mengambil foto korban. Ia juga mengumpulkan bukti-bukti yang ada, kemudian menutup mayat si perawat sampai petugas koroner datang. Ia mencari ke setiap ruangan di lantai bawah untuk mencari petunjuk. Lalu, ia bertanya pada si wanita tua apakah ia boleh melihat ke lantai atas. Wanita tua itu bersikeras bahwa ia berada di lantai atas sepanjang waktu. Tapi si detektif tetap menaiki tangga sementara si wanita tua di atas kursi roda bergeser dengan ragu-ragu.

Dekat tangga, ada sebuah koridor sempit dengan tiga pintu yang tertutup. Si detektif memeriksa belakang setiap pintu, hanya ada ruangan kosong. Tidak ada apa pun. Di kamar mandi juga tidak ada apa-apa. Ia mulai gelisah saat melangkahkan kakinya secara perlahan-lahan ke kamar terakhir dimana si wanita tua biasa tidur. Ia membuka pintunya, segalanya tampak normal. Ada ranjang, lemari, dan meja tidur dengan lampu. Ia memeriksa setiap dinding dengan ketakutan. Bukan karena apa yang ia temukan, tapi apa yang tidak ia temukan yang membuatnya membeku di tempat. Ia pelan-pelan meraih pistol. Itu merupakan detail kecil yang mereka cari saat melakukan investigasi terhadap kasus kematian sang suami.

Tidak ada telepon di lantai atas.

Si detektif menarik keluar pistol dari sarungnya. Ia berlari terburu-buru ke arah koridor. Saat ia sampai di puncak tangga, ia hanya menemukan kursi roda yang kosong.
***

Happy 10K! Karena ada yang bela-belain mention gue di Ig, yaudah deh gue kasih nih. Tapi tetep ditunggu 950 follower-nya ya. Hahaha.

Berhubung banyak pertanyaan di komen, gue jawab di sini aja ya.
Kebanyakan nanya motif ngebunuh apa? Cerita ini sebenernya bukan buat nyodorin motivasi ngebunuh ya. Gue baca dari awal sampe akhir juga nggak nemu. Kita anggep aja si nenek ini psikopat. Orang yang seneng ngebunuh, orang gila. Ngebunuh karena ada kepuasan saat nyakitin orang lain.
Bukan alasannya ngebunuh. But, how the detective solved the case. Kuncinya, lo inget kalo si nenek nelepon kantor polisi dan bilang ada pembunuhan? Posisinya si nenek ada di lantai atas. Dia lumpuh, nggak bisa turun ke lantai bawah pake kursi roda. Otomatis si nenek nelepon dari lantai atas. Sedangkan korban ada di lantai bawah. Tapi saat detektif naik ke lantai atas, dia nemuin bukti kalau nggak ada telepon di sana. Berarti si nenek bohong. Kenapa dia harus bohong? Karena dia yang ngebunuh, dia juga yang manggil polisi. Dipikirnya polisi nggak bakal curiga sama orang lumpuh. Dia pernah lolos sekali pas ngebunuh suaminya, jadi mungkin dia ketagihan ngerjain para polisi.

Jadi reader, saran gue kalo rada bingung mending baca lagi dari awal. Karena fokus tiap cerita itu beda, nggak melulu alasan kenapa tokoh utama berbuat kejahatan. Mungkin karena gue nerjemahin kata per kata, gue jadi dapet poinnya. Beda kalau langsung baca terjemahan kaya gini. Semoga paham ya. ^_^

Btw, sedih banget gue Timnas kalah. 😩😩😩

Creepypasta! [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt