Suka cerita horror? Suka cerita menegangkan? Suka cerita misterius penuh teka-teki? Penasaran? Silahkan baca. Kalo suka, klik tombol vote-nya. Udah baca dan nge-vote, tapi belum bisa memecahkan teka-tekinya? Komen aja, siapa tahu Author bisa bantu j...
Aku ingat pada hari Natal saat umurku delapan tahun, seolah-olah peristiwa itu baru kemarin terjadi. Aku ingat bagaimana aku berbaring di bawah selimut bulu tua yang dibuat oleh ibuku. Aku bangun untuk mendengarkan suara yang tidak asing.
Suara pintu depan yang tertutup... Suara sepatu boot ayahku yang berlumpur di tangga... Dan suara yang sampai hari ini masih membuatku membeku ketakutan... Tes. Tes. Tes.
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Kemudian, ayahku akan melewati lorong. Cahaya dari lorong akan memantulkan bayangannya ke dinding kamarku. Dan juga bayangan kapak berdarah yang ia genggam di tangan.
Pagi harinya, aku memakan sereal-ku di dapur pada musim dingin.
Lalu, aku bertanya pada ibuku dengan hati-hati, "Ayah kemana tadi malam?"
Ibuku hanya menatapku dengan sedih dan murung. Aku tidak akan pernah melupakan perasaan sakit dan tersiksa di matanya, tapi ia tidak pernah mengatakan apa pun.
Setelah sarapan, aku mengerjakan tugas-tugasku di pertanian kecil kami. Ayahku tidak pernah bekerja keras di ladang. Dia selalu terlihat sibuk dengan aktivitas yang lain.
Pada pagi yang dingin dan berangin itu, saat salju mulai turun, aku memiliki banyak waktu untuk berpikir. Di sekolah, aku tidak bisa memperhatikan pelajaranku. Aku selalu tersesat dalam pikiran yang menggangguku.
Saat aku pulang ke rumah pada malam itu, kulihat ayahku akan pergi. Kapaknya tergenggam erat di tangannya. Aku jarang melihat ayahku selama siang hari. Sedangkan pada malam hari, aku hanya bisa melihat bayangannya.
Aku masih bisa mengingat dengan baik malam mengerikan saat aku terbangun oleh suara jendela terbuka yang membunyikan jeritan angin bulan Desember.
Saat aku beranjak untuk menutup jendela, aku mendadak menatap ke arah gudang. Aku melihat sebuah bayangan dalam kegelapan. Itu adalah ayahku. Ia meletakkan sesuatu ke dalam wadah makanan yang biasa kami gunakan untuk ternak.
Aku kembali ke ranjangku, lalu terjaga sepanjang malam. Pikiranku dibingungkan oleh apa yang baru saja kulihat. Akhirnya, aku tersiksa hingga tidak bisa tidur.
Hari berikutnya, aku kalah oleh rasa penasaran. Aku mengambil kunci yang tergantung di gantungan dapur, lalu membuka kotak makanan.
Aku ingat saat berdiri di sana sambil menatap beberapa detik pada darah kental berbau busuk di dalamnya. Aku mencoba memahami mengapa ayahku menaruh potongan-potongan daging binatang ke dalam kotak makanan. Kemudian, aku menatap ketakutan pada sebuah benda yang tidak bergerak.
Di antara kotoran itu ada penggalan tangan manusia.
Sejak saat itu, aku merasa sangat ketakutan. Aku tidak lagi menatap orang tuaku dengan rasa percaya. Tapi, aku menatap mereka dengan pandangan ketakutan.
Aku mulai memperhatikan hal-hal yang tadinya tidak kuperhatikan... Headline surat kabar yang menulis tentang pembunuhan sadis... Penemuan mayat... Semuanya bicara tentang iblis haus darah yang bebas berkeliaran.
Akhirnya, aku mendengar di sekolah ada seorang anak laki-laki mengucapkan dua kata yang terus menerus menyiksa benakku... Kapak berdarah.
Malam itu, tidurku diserbu oleh ketakutan yang tak berbentuk. Dalam mimpi buruk tersebut, aku melihat dua pemandangan yang menghantuiku terus menerus. Wajah ayahku dan sebuah kapak yang meneteskan darah.
Karena tidak bisa tidur, aku keluar dari kamarku lalu berjingkat-jingkat menuruni tangga. Aku mengambil kapak ayahku dari atas perapian. Lalu kukecilkan api dalam tungku sebelum meringkuk dalam kegelapan di atas tangga.
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Saat itu terasa sangat lama sebelum aku mendengar suara kunci yang diputar. Pintu depan terayun membuka, lalu menutup kembali.
Aku mendengar suara langkah kaki yang tidak asing sedang menaiki tangga. Aku melangkah dalam kegelapan, kuangkat kapak di atas kepalaku. Lalu, aku mengayunkannya ke bawah.
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Klak!
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Dalam keheningan mengerikan selanjutnya, aku mendengar suara gerakan dari kamar orang tuaku. Aku berharap ibuku tidak mendengar apa pun. Suara yang kudengar hanya berasal dari derit papan lantai di bawah kakiku, selain detak jantungku sendiri.
Aku melihat pada tubuh tanpa kepala yang tergeletak di bawah tangga untuk terakhir kalinya. Kemudian, aku berjingkat-jingkat kembali ke kamarku dalam diam.
Pada pagi selanjutnya, aku terbangun oleh suara asing di lorong rumah kami. Aku merangkak tanpa suara ke atas tangga untuk mengintip pemandangan di bawah.
Sekelompok polisi sedang berkerumun di sekitar mayat ayahku yang tergenang darah. Ibuku berdiri di samping mereka, melihat dalam diam. Tidak ada seorang pun yang memperhatikan saat ia menatap ke atas, ke arahku.
Kemudian ia mengedip padaku dengan lega secara diam-diam...