Meskipun hari ini merupakan pelaksanaan Band Competition, namun seluruh murid SMA Nusantara tidak dibenarkan untuk bersantai riang di rumah. Mereka tetap datang ke sekolah. Bukan untuk belajar, melainkan untuk turut menyukseskan acara dengan hadir sebagai bentuk partisipasi. Mereka diperbolehkan mengenakan pakaian bebas, namun tetap sopan.
"Kan, udah mulai! Ini semua gara-gara elo kelamaan!" Protes Wizy sambil setengah berlari menuju GOR disusul oleh Kay. Mereka berdua sempat antre sebentar di depan GOR sebelum dipersilakan masuk oleh panitia.
Wizy terus menarik tangan Kay membelah kerumunan penonton. Mereka tampak kebingungan akan memposisikan diri dimana agar dapat menyaksikan setiap band yang tampil dengan jelas. Entah mengapa, gadis berponi itu sangat antusias berdesak-desakan seperti ini.
"Ribet banget sih, Wizy! Di sini aja kali!" Omel Kay seraya mengusap keringat seukuran biji jagung yang lolos dari pelipisnya.
Wizy menggeleng cepat. "Kita harus nonton di barisan depan!" Ujarnya menggebu.
Kay mengedar pandangan ke sekeliling. Semakin lama tempat ini disesaki oleh muda-mudi yang ingin mendukung band kesayangan mereka. Tidak tanggung-tanggung, mereka membawa kertas karton bertuliskan rentetan kalimat penyemangat.
Lampu dipadamkan secara mendadak. Suara jeritan sontak menggema ke setiap sudut GOR. Beberapa detik kemudian, sebuah lampu panggung menyorot seseorang yang tengah berdiri di atas sana. Suara ketakutan itu kini berubah menjadi teriakan histeris.
"Virgo! Virgo!"
"Virgo! Virgo!"
Lautan manusia kini menjelma menjadi lautan kunang-kunang. Penonton berinisiatif untuk menyalakan flash handphone mereka. Virus kunang-kunang itupun menyerang Wizy. Bahkan gadis itu turut meminta Kay agar mengeluarkan ponselnya.
"Gak ah!" Tolak Kay.
"Ih, lo gak totalitas banget sih?! Ini kan acara sekolah kita!"
Jika sudah disangkutpautkan dengan sekolah, Kay bisa apa? Ia melakukan apa yang diminta oleh temannya itu.
Dari sini, Kay bisa melihat dengan jelas Kak Dirga bersama band-nya membius para penonton dengan suara merdunya. Pandangannya beralih ke arah Kak Jo, sang gitaris band tersebut. Dadanya bergemuruh saat Kak Jo memetik senar gitarnya dengan begitu mumpuni. Kay terpesona olehnya.
"Aku patah karena cintaku sendiri...
"Pada dirimu yang kini telah pergi...
"Bersama dia yang kau anggap terbaik...
"Oh, jangan enggan 'tuk kembali...
"Aku di sini selalu menanti...
"Cinta sejati tak pernah mati...
"Teruntuk kamu wahai dambaan hati..."
Prok! Prok! Prok!
Tepukan meriah menghadiahi penampilan memukau Virgo Band. Sebelum turun dari panggung, Kak Dirga, sang vokalis memberikan dukungan dan doa untuk kelancaran acara ini.
"Hidup itu seni, sama halnya seperti musik. Apapun yang kalian rasakan dalam hidup merupakan bagian dari seni. Baik itu perasaan bahagia, sedih, kecewa, dan patah hati. Nikmati saja. Percaya, semua akan indah pada waktunya bersama orang yang tepat. Salam, Virgo!" Kak Dirga mengacungkan dua jari berbentuk huruf V.
Perlombaan yang sebenarnya baru saja dimulai. Satu persatu band terbaik dari SMA sederajat dan umum menyuguhkan penampilan terbaik mereka.
"Penampilan selanjutnya... Basement Band dari SMA Galaksi!" Seru pembawa acara penuh semangat.

YOU ARE READING
FREEZE HEART ✔[END]
Teen Fiction04/04/2019 #1 Freeze 12/11/2019 #1 Freeze 08/1/219 #3 Beku 04/01/2021 #1 Freeze 04/02/2021 #beku Apa jadinya jika cinta muncul di antara persahabatan dan masa lalu? Apakah Kay tetap bersikukuh menganggap bahwa hubungannya dengan Kenan hanyalah sebat...