"Sabtu siang besok kamu ada acara, Jeng?" tanya Papa saat makan malam keluarga.
"Jam berapa, Pa? Aku ada latihan dansa dari pagi sampai jam 12. Soalnya sudah dekat waktu lomba," tutur Ajeng.
"Sekitar jam 2 siang, kok. Setelah jam makan siang, lah."
"Oh, bisa-bisa. Ada acara apa?"
"Biasa, survey tempat dan gedung untuk acara pernikahan. Sekalian Papa mau buat skesta desain ruangan yang cocok."
Ajeng manggut-manggut setuju. Mulutnya masih asyik mengunyah tempe goreng kesukaannya.
Sebuah rutinitas hampir di tiap weekend untuk survey wilayah atau gedung yang akan menjadi tempat hajatan. Entah itu pernikahan, ulang tahun, konser band, tujuh belasan, sampai acara pemilu. Biasanya Ajeng cukup mendengarkan permintaan klien tentang dekorasi yang diinginkan, ataupun mengusulkan dekorasi yang kira-kira cocok. Lalu menginstruksikan para pegawai untuk mengerjakannya.
Orang tua Ajeng membuka perusahaan Event & Wedding Organizer lima tahun lalu saat Ajeng masih duduk di bangku kuliah tingkat 2. Awalnya hanya untuk menangani pemasangan tenda dengan pegawai tak sampai lima orang, hingga lama-lama berkembang menangani dekorasi, katering, sound system, dan sebagainya. Jumlah pegawai pun bertambah. Seusai kuliah, Papa meminta Ajeng yang menangani manajemen perusahannya.
"Mau Mama buatkan yoghurt, Jeng?" tanya Mama yang sedang beranjak ke dapur.
"Boleh, Ma. Makasih, ya."
"Aku juga mau, Ma. Yang strawberry," pinta Furky.
"Aku yang vanilla ya, Ma." Bani tak mau kalah.
"Yee.. buat sendiri, dong. Yang ditawarin kan cuma Mbak," tegur Ajeng pada kedua adiknya.
"Kan biar Mama sekalian, Mbak." Furky memberi alasan dan nyengir.
"Iya nih, Mbak sirik aja," tambah Bani. Tangannya mengambil tempe terakhir dari piring Ajeng.
"Eeh..., itu punya, Mbak!"
"Buat aku aja, ya. Kan lagi masa pertumbuhan. Hehe.." Bani ngeloyor pergi ke ruang TV.
Furky mengacung-acungkan jempol ikut-ikutan meledek kakaknya. Ajeng manyun. Furky kuliah di tingkat 3 di Teknik Arsitektur, tipikal cewek tomboy. Sedangkan Bani baru masuk kuliah di jurusan Ilmu Komputer, di kampus yang sama dengan kedua kakaknya. Mereka kakak beradik yang rukun meski terkadang sering saling meledek.
"Ban, ini yoghurtnya Mama simpan di meja makan, ya," seru Mama dan meletakkan tiga gelas yoghurt beda rasa. Jeruk untuk Ajeng, strawberry untuk Furky, vanilla untuk Bani. Mama masih saja memanjakkan tiga putranya meski mereka sudah dewasa.
"Mbak," panggil Bani. Ajeng menoleh, adiknya itu sudah kembali duduk di kursi sebelahnya. "Mbak kan sering menangani acara nikahan, tuh. Mbak sendiri kapan nikah? Nggak laku, ya? Jomblo melulu."
Ajeng melotot. "Heh, nggak sopan kamu, ya! Mbak itu banyak yang naksir, tau. Kakak kamu tuh, yang jomblo sejati." Ia menunjuk Furky.
"Eits, jangan salah! Cantik begini diam-diam banyak yang suka titip salam ke aku, loh," tangkis Furky. "Kamu juga jomblo, Ban."
Bani hanya menjulurkan lidahnya.
"Kamu masih kecil, udah pacar-pacaran," ujar Papa.

ESTÁS LEYENDO
Dansa Masa Lalu
RomanceMengapa harus ada kata "terlambat" untuk sebuah pertemuan yang masih menyisakan kisah cinta masa lalu?