Mau Nggak, Jadi Pacar Gue? (6)

1.2K 50 0
                                    

 "Thanks udah ninggalin gw hari ini," ujar Ajeng di telepon.

       "Hah? Maksud lo?" Putri yang baru selesai mandi dan masih mengeringkan rambutnya terkejut dengan kalimat Ajeng barusan.

       "Tadi gw beli kaset bareng Adhit."

       "Hoaaaa...! Kemajuan besar, tuh! Terus-terus?" tanya Putri antusias.

       "Ya, gitu lah. Kita nunggu hujan reda di halte sambil ngobrol-ngobrol."

       "Ngobrolin apa?

       "OSIS."

       "Ngobrolin tentang perasaan kalian masing-masing?"

       "Nggak..."

       "Yah, lu berdua emang aneh!"

***

       Indra dan Putri makin lengket, kemana-mana selalu berdua. Pagi hari terlihat ngobrol di koridor kelas, jam istirahat jajan bareng, pulang sekolah makan siang berdua di kantin. Sore hari, Indra biasanya diam di perpus untuk belajar, sekalian menunggu Putri yang sedang sibuk dengan kegiatan OSIS atau ekskulnya. Layaknya pengantin baru, hubungan mereka masih anget-angetnya. Fase bulan madu.

       Panggilan mereka pun mulai berganti dari 'aku-kamu' berubah menjadi 'Yang' atau 'Say'. Yang selalu diledek Ajeng menjadi 'Peyang', atau Adhitya memanggil 'Sayur'. Tapi toh Indra dan Putri tetap tak peduli. Mereka makin mesra tiap hari.

       Imbasnya, Adhitya dan Ajeng pun makin dekat. Kadang mereka ikut gabung makan siang dengan Putri dan Indra, ataupun sama-sama belajar di perpustakaan. Meski begitu hubungan mereka tetap statis, tidak ada perkembangan apapun. Hanya terkadang ngobrol jika tak sengaja bertemu. Seperti siang ini, di perpustakaan.

       "Lagi buat apa, Kay?"

       Ajeng mendongak. Adhitya sudah berdiri di hadapannya membawa beberapa buku persiapan SPMB. "Oh, ini tugas biologi menggambar struktur bunga." Ia langsung menutup bukunya.

       "Kok ditutup?"

       "Gambarku jelek, nanti kamu ketawa."

       Adhitya tersenyum simpul. Ia duduk di bangku di samping Ajeng, membuat jantung gadis itu kembali berdebar kencang. "Mana sini aku lihat."

       "Nggak mau."

       "Emang sejelek apa, sih? Aku lihat, dong."  

      "Nggak mau!"

    Adhitya mengambil buku Ajeng. Gadis itu mempertahankan bukunya. Sudah terjadi saling merebut buku ketika semua orang di perpustakaan menatap mereka berdua dengan pandangan tak suka. Berisik!

        "Dari dulu aku nggak bakat gambar," bisik Ajeng.

        "Aku buatin, deh." Adhitya menawarkan.

       Ajeng menatap cowok itu ragu.

       "Serius, aku bantu buatin. Mana, sini bukunya."

       Ajeng menyerahkan buku tugas biologinya perlahan. Saat Adhitya membukanya, cowok itu terkikik geli. Ajeng manyun.

       "Lebih bagus gambar keponakanku yang SD kelas 1," ledek Adhitya.

       "Niat bantuin nggak, nih?"

      "Iya...Iya..." Adhitya mengambil pensil yang dipegang Ajeng. Sedetik tangan mereka bersentuhan. Terasa ada kejutan listrik bagi keduanya.

Dansa Masa LaluWhere stories live. Discover now