Kupanggil Kamu 'Kay' (5)

1.4K 58 1
                                    

"Put, jelaskan sama gw sejelas-jelasnya," Wajah Ajeng tampak serius. "Gimana perasaan lu sama Indra?"

      Yang ditanya melongo, biskuit yang hendak dimakannya hanya menempel di bibir. Putri menatap sahabatnya tajam. "Lu nggak naksir gebetan gw, kan?" tanyanya hati-hati.

      Ajeng menepuk jidatnya. "Gw nggak minat sama penjaga pintu neraka."

      "Terus kenapa lu tanya kayak gitu? Jauh-jauh gw dateng ke rumah lu, katanya ada hal penting ternyata cuma buat ditanyain tentang perasaan gw ke Indra? Jelas lu udah tau kan, gw naksir berat sama dia. Dan gw nggak mau saingan sama lu!"

      "Bebs, jangan sewot dulu, dong..." Ajeng menenangkan dan tersenyum. "Pertanyaan kedua, kenapa lu naksir berat sama dia? Awalnya, kesan pertama yang bikin lu naksir."

     "Soalnya dia keren."

     "Keren dimananya? Gw ngeliat dia termasuk cowok rata-rata di sekolah ini." Cowok rata-rata dalam deskripsi Ajeng, nggak cakep nggak jelek juga. Nggak bodoh, tapi bukan top 10 siswa terpintar di sekolah. Nggak ada prestasi olahraga apapun, plus nggak keliatan tajir karena ia hanya mengendarai motor bebek jika ke sekolah.

      "Yaa... Gw ngeliatnya keren aja. Setelah kenal, ternyata dia orangnya baik, humoris, pinter, sangat menghargai Ibunya, tipikal cowok pecinta keluarga. Banyak hal-hal kecil yang berharga dan membuat orang tersebut tampak keren."

      "Ah, itu sih karena dia lagi pedekate sama lu, makanya memperlihatkan sisi baiknya aja."

      "Katanya lu mau tau alasan gw. Ya itu alasan gw, suka-suka gw!"

      "Oke... Oke..." Ajeng mengalah. "Kalau ternyata lu menemukan cowok yang sama kayak dia, baik, pinter, humoris, de-el-el yang tadi lu sebutin, lu bakal milih mana?"

      "Ya milih Indra, dong."

      "Kenapa milih dia? Kan punya sifat baik yang sama."

      "Tapi gw cintanya sama Indra, Ajeng sayang..."

      "Berarti alasan-alasan tadi bukan alasan utama lu naksir dia, kan? Alasan utamanya apa, Put? Cinta? Cinta kenapa?"

      Putri mendesah bingung dengan sahabatnya yang satu ini. Ia tahu Ajeng belum pernah jatuh cinta sama cowok, puber yang terlambat. Apalagi sahabatnya itu sering dikelilingi kakak-kakak sepupunya yang kebanyakan lelaki. Membuat Ajeng tumbuh di lingkungan lelaki dan terlalu biasa dengan mereka.

      "Honey..." panggil Putri lembut. "Cinta bukanlah suatu hal yang perlu macam-macam alasan agar bisa diterima oleh akal logika kita. Karena cinta dirasakan oleh hati. Ketika kita berdebar saat melihatnya, salah tingkah saat bertemu, ada rasa rindu jika jarak menjauh. Itu sudah termasuk kategori jatuh cinta. Siapapun orang itu, meski ia bukan aktor ataupun Pangeran sebuah kerajaan, ia akan tetap terlihat indah di mata kita," jelasnya panjang lebar.

      Ajeng terdiam. Selama ini ia terbiasa melihat segala hal dari sudut pandang logika otaknya. Semua ada sebab musabab yang bisa diterima oleh akal.

      "Dan lu mulai merasakan hal itu pada Adhit, kan?"

       Jika diibaratkan pertanyaan Putri barusan tadi adalah anak panah, maka telah tepat menghujam jantungnya. Ajeng mengagguk. "Gw bingung. Selalu ada rasa deg-degan tiap kali ketemu dia. Tapi kalau nggak ketemu malah pengen ketemu. Gw juga selalu gugup atau salting kalau ketemu dia. Malah malu-maluin..."

      Putri tersenyum. "Simpan dan nikmati rasa itu, Jeng. Yang harus lu lakukan sekarang adalah, keluarkan semua potensi lu supaya dia juga jatuh cinta sama lu."

Dansa Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang