Verinda dan rombongannya baru kembali ke hotelnya ketika malam telah larut. Setelah berbasa-basi sejenak dengan rekanan dari perusahaan lain Verinda dan Essam langsung kembali menuju kamar mereka masing-masing.
"Oiya, hair stylist yang gue pesen kemarin apa udah dapet?" tanya Verinda ketika mereka sedang berdiri menanti lift.
"Udah, Ver." Essam merogoh saku dalam jasnya. "Ini kartu nama orang yang saya pesan untuk lusa." Sahut Essam.
Verinda mengangguk membaca kartu nama itu. Ia baru membuka mulutnya ketika mendadak seseorang menubruknya dari belakang. Verinda langsung berbalik dan mendapati seorang cewek sempoyongan jatuh terduduk di depannya.
"Jalan tuh ati-ati dong!" bentak Verinda sambil menepuk kemejanya yang kusut.
Cewek itu mendongak menatap galak Verinda. Cewek itu adalah Maya. Artis yang juga bermain dalam satu film dengan Edenin.
"Elo nggak tau sapa gue?!" bentak Maya sambil berdiri dengan sempoyongan.
Verinda menatap sinis Maya yang harus dibantu oleh teman cowoknya yang juga sedikit sempoyongan. Dasar sampah masyarakat!
"Emang elo sapa, hah?!" bentak Verinda makin sengit.
Essam langsung mencium gelagat keributan yang akan berkembang makin besar jika dibiarkan. Verinda yang memang baru berapa bulan kembali ke Indonesia memang tidak tahu siapa saja yang kini jadi artis beken di Indonesia.
"Jangan sok beken lo jadi orang! Udah salah nggak minta maaf lagi lo!"
Essam buru-buru menahan lengan Verinda dan mengajaknya untuk masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.
"Yee, nyolot banget sih lo jadi orang!!" Maya bergerak maju berusaha mendekati Verinda namun ditahan oleh temannya.
"Ver, nggak usah diurusin." Essam melangkah masuk ke lift diikuti Verinda yang masih menatap galak ke Maya. "Mereka berdua itu emang artis kok, Ver." Jelas Essam begitu pintu lift tertutup.
"Hah?! Artis?!" Verinda berkacak pinggang. "Artis apaan kayak gitu?! Gue nggak pernah tau tuh!" Verinda menggeleng sangsi penuh under estimate.
Essam tersenyum melihat tingkah Verinda yang tampak kekanak-kanakan baginya.
"You just moved back here, Ver. So," Essam menggantungkan kalimatnya karena Verinda menatapnya dengan galak. "banyak artis baru yang muncul." Lanjutnya dengan suara pelan sambil mengangkat bahu.
Verinda tertegun mendengar perkataan Essam. Ia kemudian sadar bahwa bisa saja dua orang itu memang artis seperti kata Essam. Sejak kembali ke Indonesia, dia memang jarang mengikuti perkembangan di televisi. Apalagi sejak secara tidak sengaja ia tahu kalau kakak tirinya adalah salah satu artis terkenal, Verinda jadi membatasi diri untuk tidak terlalu menonton televisi kecuali untuk tayangan berita tentang bisnis saja.
Sialan! Kenapa juga harus ketemu artis kacangan di sini?! Ngerusak mood aja!
***
"Jo, itu kenapa sih Maya kayaknya sewot aja dari tadi?" tanya Edenin heran ketika mereka berada di dalam sebuah kapal cepat menuju lokasi syuting.
"Oh," Joshua lalu tertawa sambil menatap Maya yang memilih duduk menyendiri di bangku kursi paling depan. "paling gara-gara semalem. Jadi, dia mabok terus nabrak cewek jutek di depan lift hotel. Nah, cewek yang ditabrak si Maya itu marah-marah... si Maya juga sih yang salah nggak minta maaf,"
"Oh, jadi masih bete gara-gara semalem?" Raya menyembul dari belakang Edenin dan Joshua sambil tertawa nyengir.
"Elo ngeliat juga kejadian itu, Ya'?" tanya Edenin sambil menoleh ke Raya yang duduk di belakang mereka.
"Nggak sih. Pas gue di sana si cewek yang marah-marah ke Maya itu udah pergi. Jadi, pas gue di sana tinggal si Maya yang mencak-mencak nggak karuan."
"Oh, tapi kenapa betenya kok sampe kayak gitu sih?" Edenin heran sambil menatap Joshua dan Raya bergantian.
Joshua dan Raya saling berpandangan sejenak lalu tertawa.
"Ssst!! Ntar makin bete si Maya!" bisik Raya di sela tawa yang berusaha ditahannya.
"Apaan sih?! Iih, Raya nyebelin deh! Cerita dulu!" Edenin makin penasaran. "Jo, buruan ketawa mulu nih!" Edenin memukul gemas lengan Joshua.
"Aow! Iya sabar dong, Chel." Keluh Joshua sambil mengelus lengannya. "Dia bete gara-gara pas si cewek itu marah-marah, si Maya bilang gini, elo nggak tau sapa gue?!" Joshua berusaha menirukan suara Maya.
"Terus, terus?" Edenin makin dibuat penasaran.
"Elo tau si cewek yang ditabrak si Maya bilang apa ke Maya, Chel?" tanya Joshua yang langsung dijawab dengan gelengan. "Cewek itu bilang gini, emang elo sapa?!"
"Ssstt!!" ingat Raya pada Joshua yang terlalu bersemangat bercerita.
Joshua cecikikan sebelum kembali meneruskan ceritanya.
"Terus cewek itu bilang lagi, jangan sok beken lo jadi orang! Udah salah nggak minta maaf lagi lo!" lanjut Joshua dengan suara pelan tertahan.
Ketiga orang itu lalu tertawa dengan suara yang berusaha mati-matian ditahan agar tidak menarik perhatian. Edenin sampai menetes air mata karena menahan tawanya.
"Jadi, Maya bete gara-gara cewek itu nggak ngenalin si Maya," kata Edenin kemudian setelah kembali menguasai diri. "ya ampun.... Itu cewek hidup di mana sih? Kok bisa-bisanya dia nggak ngenalin Maya gitu loh!" Edenin menggeleng tidak habis pikir.
"Iya, lucu banget kan, Chel?! Tragis banget nasib si Maya." Kata Joshua dengan gaya yang dibuat-buat serius.
Edenin dan Joshua masih melanjutkan edisi cekikikan mereka. Sementara Raya diam-diam bisa bernafas lega melihat Edenin yang tampaknya telah kembali ceria.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Troublemaker (terlalu sulit untuk dimengerti)
ChickLitSequel of Miss Troublemaker (nona si pembuat onar) Edenin stress mikirin nasib Verinda, adik yang selama ini dia musuhin tanpa alasan itu pergi nggak tau ke mana. Bertahun-tahun dihantui perasaan bersalah dan ketakutan soal nasib adiknya, bikin hid...