Tiga hari ini, kegiatanku padat bersama Sasha. Mulai dari nyalon bareng sampai puncaknya hari ini, shopping bareng. Aku menyadari perubahan moodku yang jadi begitu drama jika Dulfi mengantarkanku pergi bersama Sasha. Meskipun kusadari, Sasha tidak akan sejahat itu padaku, namun trauma mendalam itu membuatku takut merasakan sakit lagi.
"lo kenapa sih ga nembak Dulfi aja?" tanya Sasha begitu Dulfi pergi. Ya, Dulfi hanya boleh mengantar dan menjemput kami. Itupun kalau pakaian Sasha sudah lolos verifikasi dan bersertifikat SNI dari Ori.
"kenapa?"
"Abisnya lo posesif banget sama Dulfi"
"Biasa aja deh kayaknya"
"Perasaan lo doang yang biasa, gw aja ga bisa pake baju sexy gegara laki lo yang jemput, takut kepincut sama gw?"
"Aku ngelakuin itu, biar sepanjang jalan ga diliatin sama orang, risih aaah jadi pusat perhatian gitu"
"Yang diliatin kan gw, kenapa elo yang repot?"
"Aku disebelah kamu dodol, emang ga diliatin juga?" Aku mematut diri dicermin dengan sebuah gaun merah muda yang sangat cantik.
"Lo masih ga berani nyatain cinta sama Dulfi? cemen lo" Jawab Sasha sembari memilih gaun bernuansa hitam dengan bunga-bunga pink dibagian bawahnya. Aku diam tak membalas. Sibuk berkelana dengan fikiranku sendiri.
"apaan sih Sha?"
"Heloo jangan sia-siain doong usaha Ibu Kartini yang berjuang demi kita, biar dapat emansipasi"Oceh Sasha panjang lebar. Aku menggeleng pelan. Kumat gilanya dia.
"Bukan itu masalahnya" kataku.
"terus?"
"Tau ah Sha" kataku sebal dan berjalan keluar outlet dengan brand ternama tersebut. Aku masih membayangkan Dulfi yang mengenakan kemeja kotak kotak hijau hitam dengan celana jeans hitam dan sneaker putih plus lesung pipinya yang menawan menatap kepergianku dengan tidak rela. Apalagi lengan Dulfi, pelukable banget. Jadi kangen kan?
"Kalo gw embat gapapa kan?"
Aku terdiam beberapa saat lalu mendelik kearah Sasha "Gapapa, tapi kamu bukan sahabatku lagi"
"Ciyeee ngambek"
"Abisnyaa kamu nyebelin sih" melanjutkan langkahku dengan kesal.
"Buruan halalin sono" Ini bocah minta di iket di Monas kayaknya. kalo ngomong ga pake saringan banget sih?
"Adek mau kakak, tapi si mamas yang ngegantung adek, terus adek harus gimana?"
"Bukannya elo yang buat mamas gantung?"
"Bukan... sebenarnyaa" aku duduk disalah satu bangku. menghela nafas panjang lalu memalingkan wajah kearah lain. Bermain dengan imajinasi dan juga delusi.
"Lo sebenarnya kenapa?" tanya Sasha yang ikutan duduk disampingku.
"Aku sudah pernah ngajak dia pacaran, tapi dia nolak" kataku sambil menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Malu.
"KYORI OLIVIA BERMANA SERIUS LO" teriakan Sasha membuat beberapa pengunjung menoleh kearah kami.
"ga usah pake teriak-teriak kenapa sih?"
"lo kesambet apaan sampe nembak cowok?"
"kesambet cintaa" kataku sambil berkedip genit.
"Najis banget sih lo.. jauh jauh sana" kata Sasha dengan kasar. Ck! ga sopan!
"awas kamu minta jemput aku" aku merajuk.
"yaa jangan dooong, kalo lo ga mau jemput gw, gw minta jemput Dulfi aja deh"

ŞİMDİ OKUDUĞUN
ORI
Genç Kız EdebiyatıCOMPLETE Perjuangan Ori lepas dari bayang masa lalunya yang telah di bangun dengan susah payah harus hancur lebur menjadi butiran debu setelah sang mantan menyapanya via inbox sosial medianya. Damn it!!! gara-gara "hai" semenit rusak move on set...