Aku kerja di divisi advertising & promotion, ngurus event gitu, macem EO deh, orang lapangan, bukan yg nongkrong seharian depan komputer. Kalo ada hari-hari besar, macem bulan puasa atau kayak sekarang agustusan, itu kerjaan hectic banget.
Jadi harap maklum update sekenanya. Ya, ini kalo ada yg kepo aja sih (kenapa bunga update lama bener, nunggu Cumi macem nunggu jodoh wey!!) Tapi aku niat nulis ini sampai selesai kok.
Aku gak ngelarang pada komen 'next kakak, kapan update kakak', or sejenisnya. Silakan, bebas, semerdeka lo aje deh (mentang-mentang agustus). Tapi gak ngaruh, update tetep nunggu aku sempet. Hehehe
Sabar ya,
Orang sabar disayang bos.
Oke?
#####
-Part 29-
.
.
Sebulan berlalu sejak adegan ala film Bollywood di jalan Malioboro antara Rivera dan Rama. Rama jelas kalang kabut waktu itu, baru seminggu jadian, Rama udah berkali-kali dicuekin pacarnya.
Bueh! Bisa retak hatinya, kering kerontang karena kurang kasih sayang.
Selama dua hari, setelah kepulangan mereka dari Jogja. Rivera mengabaikan Rama. Beruntungnya Rama, di pagi hari ketiga Rivera menghubunginya lebih dulu. Bukan untuk memberinya maaf, cuma karena kepepet, ban mobilnya bocor di jalan, dan dia nggak bisa ganti ban mobilnya sendiri.
Rama yang sudah sampai di kantor, dengan senang hati datang menjemput sang pacar yang merengut di pinggir jalan. Rama tau Rivera gengsi banget, kapan sih pacarnya nggak pake gengsi. Jadi, tanpa menegur Rivera, Rama dengan cepat menuju bagasi mobil Rivera, mengambil dongkrang dan ban cadangan, mengganti ban dengan cepat agar Rivera juga cepat sampai di kantor.
Rama menepuk kedua tangannya, menghilangkan debu, setelah selesai dengan pekerjaan ala montir dadakan, kemudian menutup pintu bagasi mobil Rivera. Rama berjalan ke arah motornya dan duduk di sana. Dia bermaksud menunggu Rivera masuk ke dalam mobil dan dia akan mengikuti dari belakang.
Dari atas motornya, Rama diam memperhatikan apa yang Rivera lakukan. Bukannya dia nggak mau nyapa Rivera. Dia mau, mau banget. Rivera nggak tau aja gimana kangennya Rama ke dia. Tapi Rama pikir, pacarnya itu mungkin masih butuh waktu untuk sendiri, menghilangkan rasa kesal karena salah paham kemarin.
Rivera sendiri masih berdiri diam di samping mobilnya. Bingung aja harus gimana. Satu sisi dia masih marah karena sikap Rama di Jogja kemarin, di sisi lain dia tersentuh dengan perhatian Rama yang mau datang dan membantunya.
Rivera berdecak dan masuk ke dalam mobil. Dia kesal dengan dirinya sendiri yang punya gengsi melebihi candi Borobudur. Tapi mau gimana lagi, Rama juga kelihatannya kurang inisiatif, udah tau pacarnya ngambek, bukannya dirayu atau gimana, malah ikut diam.
Rama bermaksud memakai helmnya saat melihat Rivera benar-benar sudah masuk ke dalam mobil, tapi belum sempat helmnya mencapai kepala, tangan kanannya ditahan oleh seseorang. Sedikit terkejut, Rama hampir tertawa melihat wajah Rivera yang jutek berdiri di sebelahnya. Dengan sedikit kasar Rivera menarik telapak tangan Rama, membukanya dan meletakkan beberapa lembar tisu di sana.
"Buat lap keringat kamu."
Rama mulai cengengesan dan memandang kekasihnya yang membuang muka sok-sok ngambek. "Kalo di film-film, biasanya ceweknya ngelapin keringat cowoknya gitu loh, Yang." Rama mulai mencari peruntungan. Siapa tau dengan ini mereka bisa akur lagi. "Kamu nggak mau bersihin muka aku gitu?"
Rivera memutar matanya malas. "Bersihin sendiri." Ucapnya sebelum berpaling, masuk ke dalam mobilnya, dan benar-benar pergi meninggalkan Rama yang masih senyam-senyum sendiri, memandang mobil Rivera yang semakin menjauh, sambil mengusap keringat di dahinya dengan tisu pemberian Rivera.

YOU ARE READING
Cupid's Mistake
General Fiction[SEBAGIAN CERITA SUDAH DIHAPUS] Bukan cerita cinta dua dunia, tentang vampir anemia yang jatuh cinta sama cewek cantik rakyat jelata. Ini cuma tentang Rivera, wanita di penghujung usia 29 tahun, perawan tua, bos dari makhluk-makhluk kurang amal di d...