Ini +/- 3000 words!
Soek deh tuh mata. 😵 Haha
Nggak bisa mangkasnya yang asik, dipecah malah gak danta kalo kata anak sekarang mah.Siapin plastik. Takut gumoh 😂
#####
-Part 17-
..
Sabtu siang itu, Rama memenuhi janji pada Ibunya untuk mengunjungi keluarga Pakde Handoko. Mata Rama melirik kanan dan kiri, membaca urutan nomor rumah yang berjajar di komplek perumahan daerah Ciputat itu. Sebagian besar rumah tidak memiliki nomor. Entah dicopot dengan sengaja, atau terlepas tanpa diketahui pemiliknya. Rama jadi kesulitan mencari rumah Pakdenya
Sudah lebih dari tiga tahun yang lalu, saat terakhir Rama berkunjung ke rumah Pakdenya. Dia ingat letak rumah Pakde Handoko terletak di bagian belakang komplek, harus melewati sebuah masjid dahulu. Tapi Rama sudah dua kali putar balik melewati masjid dan belum menemukan rumah Pakdenya. Mau bertanya pun tidak ada orang yang dia temui. Menelepon keluarga Pakdenya juga tidak ada yang menjawab panggilannya.
Saat untuk ketiga kalinya dia akan berputar melewati masjid, dari jauh dia melihat seorang pria bersarung keluar dari masjid, Rama segera menarik gas motornya lebih kencang, diarahkan laju motornya menuju pria bersarung itu dan memberikan salam.
"Mau tanya, Pak. Blok H 37, di mana ya?"
"Wah Mas, saya nggak hafal. Tapi kalo blok H sih gang kedua setelah masjid ini. Emang mau cari rumah siapa?"
"Pak Handoko."
"Oh, Pak Handoko yang kumisan ya?"
Rama diam, berpikir sejenak. Ini orang deskripsinya umum banget ya.
Memang sih, saat terakhir bertemu, Pakdenya memiliki kumis. Tapi kumis kan nggak permanen. Kalau sudah dicukur bagaimana? Karena bingung, akhirnya Rama memutuskan mengangguk walau ragu-ragu.
"Masnya belok ke kanan nih gang kedua. Rumah ketiga di kanan, pagar item."
Rama mengangguk dan menggumamkan terima kasih sebelum melajukan motornya lagi.
Rama memarkirkan motornya di depan sebuah rumah berpagar hitam. Matanya mencari-cari nomor rumah, yang akhirnya dia temukan di dinding kiri rumah, tertutup sebagian oleh tanaman hias. Rama berdecak kesal. Dia sudah melewati rumah ini sebanyak dia melewati masjid tadi, jelas saja nomor rumahnya tidak terlihat.
Segera Rama turun dari motornya dan membuka helm. Rama berjinjit melongokkan kepala, mencoba mengintip kondisi di dalam rumah. Tangannya merogoh celah pagar, berusaha menggapai slotnya.
"Om siapa?"
"Aw!" Rama mengusap-usap punggung tangan kanannya yang terantuk bagian atas pagar yang lancip, meninggalkan goresan panjang di sana. Rama terkejut dengan kemunculan tiba-tiba seorang bocah perempuan di balik pagar.
Bocah itu menatap Rama menyelidik, matanya menyipit, bibirnya maju. "Om tukang culik ya?"
Rama melotot mendengar pertanyaan bocah di hadapannya. "Bukaaaan!"
"Kok pake gituan?"
Rama meraba wajahnya yang ditunjuk bocah itu, dan menyadari bahwa dia belum menurunkan masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Rama menurunkan maskernya dan tersenyum ke arah bocah yang masih menatap curiga ke arahnya. "Kesya 'kan?" Bocah itu mengangguk, membenarkan namanya yang disebut Rama. "Bukain pagarnya dong."
"Kata Eyang Kung nggak boleh buka pintu sembarangan."
Ribet banget ini anak kayak bapaknya.

DU LIEST GERADE
Cupid's Mistake
Aktuelle Literatur[SEBAGIAN CERITA SUDAH DIHAPUS] Bukan cerita cinta dua dunia, tentang vampir anemia yang jatuh cinta sama cewek cantik rakyat jelata. Ini cuma tentang Rivera, wanita di penghujung usia 29 tahun, perawan tua, bos dari makhluk-makhluk kurang amal di d...